Ketika ada yang mau menyakitimu, aku ingin berteriak dengan lantang bahwa kau milikku dan jangan menyentuhmu. Tapi, apakah aku pantas?
👑Langit tidak cerah, mendung di atas sana. Audrey berjalan di trotoar seorang diri. Dia mengangkat tangannya kala rintikan hujan mulai turun. Dia tersentak ketika tiba-tiba seseorang menarik tangannya, menggiringnya ke tempat teduh, depan salah satu toko terdekat.
Kelopak mata Audrey membesar. Dia tidak salah lihat, orang yang menarik tangannya itu adalah Clark. Ini apa masudnya? Bukankah Clark sudah kembali ke Wings? Dia tidak sedang menciptakan ilusinya sendiri bukan? Mata Audrey berkaca-kaca.
"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Clark heran. "Kau baru sadar aku tampan?"
"Ini benar-benar kau?" Audrey balik bertanya. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipi cowok itu. "Clark, ini benar-benar kau? Bukannya kau sudah pergi?"
Clark mengernyit bingung. "Pergi? Emangnya aku pergi ke mana? Kau ada-ada saja, ya! Aku tidak pernah pergi. Aku selalu di sisimu."
Audrey semakin bingung lagi. Dia geleng-geleng, tak percaya. "Kau sudah pergi, kan? Kenapa kau ada di sini? Benar, kau sudah pergi."
Tatapan teduh Clark bertemu pandang dengan tatapan sendu Audrey. Audrey merasakan tangan Clark yang menangkup wajahnya.
"Aku tidak pernah pergi, Audrey. Tidak pernah. Jika sewaktu-waktu aku tidak ada di sisimu, bukankah aku selalu ada dalam hatimu? Aku menetap di sana, kan?"
Audrey mengangguk. Clark mendekat ke telinganya. Lalu berbisik, "Aku akan menetap di sisimu. Selamanya."
Dua detik kemudian, mata Audrey terbuka. Yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit kamarnya. Jadi, itu hanya mimpi? Jika tahu begitu, Audrey tidak ingin bangun dulu. Itu adalah mimpi yang terasa nyata.
Audrey mengucek matanya. Ketika kesadarannya telah kembali sepenuhnya, dia mengubah posisinya menjadi terduduk. Matanya menatap sinar matahari pagi yang memasuki kamarnya melalui celah-celah ventilasi udara.
Tiba-tiba, dia merasakan nyeri yang luar biasa di dada bagian kanannya. Tangannya mencengkram kuat bagian dada itu. Matanya terpejam. Nyeri sekali. Pun sesak.
Dia tidak tahu kenapa. Rasa menyakitkan itu semakin bertambah. Audrey mulai berpikir yang aneh-aneh.
Apa dia sedang menunjukkan gejala penyakit kronis? Apa umurnya tidak lama lagi? Pikirnya.
👑
Raja Kell benar-benar cerdas. Dia menyusun jadwal Clark bersama Agneta pagi ini agar berita tentang sayap Clark cepat berakhir, dan beralih ke berita tentang kelanjutan hubungan keduanya.
Jadwal Clark dan Agneta adalah mengunjungi anak-anak penderita penyakit parah, seperti kanker, di Rumah Sakit Kerajaan Wings.
Clark seperti sedang berakting bersama Agneta, berpura-pura dekat dengan wanita itu di depan anak-anak dan kamera yang meliput. Dia benar-benar muak. Jika hanya sendiri, mungkin dia lebih menikmati waktunya bersama anak-anak tersebut. Melukis bersama-sama, memberikan semangat, dan terakhir sesi foto bersama.
Clark berpamitan, tangan Agneta bertautan dengan tangannya. Dia tak suka. Namun, apa boleh buat? Dia terpaksa. Melewati lorong-lorong rumah sakit dalam keadaan masih seperti itu. Dia tidak bisa menyingkirkan tangan itu menjauh selama banyak pasang mata masih menaruh perhatian pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
111 Days [END√]
FantasyRomance & Fantasy Ketika, Audrey hendak bunuh diri, sosok laki-laki bersayap mencegahnya dari perbuatan dosa itu. Ketika, Audrey kesepian, Clark datang dan mengisi hari-harinya. Ketika, Audrey dan Clark saling jatuh cinta. Keduanya sadar waktu merek...