🎶Play: Ailee - I Will Go To You Like the First Snow🎶
👑
Aku tahu, aku harus ikhlas. Bagaimanapun, tempatmu di sana. Bukan di sisiku.
👑Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Berarti tersisa dua jam lagi sebelum Clark pergi. Audrey mengeratkan genggamannya dengan Clark. Kepala Clark bersandar di bahunya. Dia dan cowok yang dicintainya itu duduk berdampingan di sofa ruang tengah. Televisi tidak menyala, tidak mau terganggu.
Audrey menatap sekilas ke wajah Clark. Mata cowok itu terpejam, namun tidak tertidur. Tanpa sadar Audrey menggigit bibir bawahnya. Matanya berkaca-kaca. Dia gelisah. Suara jarum jam mengisi telinganya, terdengar menyeramkan, tepatnya menakutinya. Jika dia diberi kekuatan, mungkin dia akan menghentikan waktu sekarang juga.
Dia meragukan dirinya sendiri, dia merasa belum sanggup ditinggalkan sendiri lagi. Dia takut. Meski demikian, dia tidak ingin egois. Dia sepenuhnya sadar, tidak boleh seperti itu. Clark memiliki kehidupannya sendiri di tempat asalnya. Tempat Clark bukanlah di sisinya, tapi di sana, di Wings.
Audrey menarik napasnya panjang. Merasa air matanya hendak turun, segera dia menyekanya sebelum jatuh dan menyapa pipinya. Dia memejamkan matanya sesaat. Dalam hati terus berkata, "Tolong jangan menangis sekarang! Jangan sekarang Audrey." Dia harus menahannya.
Kelopak mata Clark terbuka. Dia menegakkan badannya, memandang wajah Audrey lekat-lekat. Dia tersenyum manis sambil mengusap lembut pipi Audrey. Lalu dia menyelipkan anak rambut Audrey ke belakang telinga. "Sudah jam sepuluh lewat. Ayo ke kamarmu! Aku akan mengantarmu tidur."
Audrey menggeleng. Tangannya tambah erat menggenggam tangan Clark satunya lagi. "Aku tidak mau tidur dulu! Jika aku tidur sekarang, kau akan menghilang ketika aku bangun. Jadi, biarkan aku melihatmu sampai detik-detik terakhir kau di sini."
Clark terenyuh mendengar balasan Audrey. Dengan senyum paksa dia menyetujui keinginan gadisnya itu. "Baiklah."
Clark kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Audrey. Detik terus berjalan, semakin dekat dengan perpisahan.
Perhatian Audrey tak tersita oleh sesuatu yang lain. Fokusnya hanya pada Clark. Dia ingin menatap Clark puas sebelum dia tidak bisa melihatnya lagi. Hingga satu jam setengah keduanya ada dalam posisi tersebut. Sisa setengah jam lagi.
Posisi keduanya berpindah ke kamar Audrey yang akan menjadi tempat perpisahan mereka, sebentar lagi.
Clark berdiri membelakangi jendela kamar Audrey. Gadisnya itu di hadapannya. Tangannya terulur, menarik Audrey ke dalam dekapan hangatnya. "Biarkan aku memelukmu yang terakhir kalinya."
Audrey membalas pelukannya Clark. Diam-diam dia menangis di sana, tangisan tanpa suara. Sebisa mungkin dia mencoba agar tubuhnya tidak bergetar karena isaknya. Dia tidak ingin pelukan itu segera usai. Tapi, waktu mereka tinggal beberapa menit lagi. Pada akhirnya, dekapan itu melonggar dan usai. Namun, tangan mereka masih saling bertautan.
Delapan menit lagi.
"Tolong, jangan menangis," lirih Clark. Padahal dia sendiri tidak menahannya, Clark juga menangis. Untuk yang pertama kalinya sejak dia dewasa. Setelah menyeka air matanya, dia juga menyeka milik gadisnya.
Audrey semakin tak kuat menatap Clark yang ikut menangis. Rasanya seperti ada jarum yang menusuk-nusuk hatinya. Sakit, dan perih.
Tangan Clark terangkat, menangkup wajah Audrey. Tatapannya menyiratkan kesedihan yang amat dalam. "Jangan coba-coba untuk mengakhiri hidupmu lagi. Jangan terlalu menutup dirimu. Jangan kesepian lagi. Jangan terlalu cuek pada laki-laki yang akan kau cintai nanti. Kau harus makan dengan teratur dan kurangi makan mie. Jaga dirimu baik-baik, ya! Bertemanlah dengan banyak orang. Banyaklah tersenyum, senyummu manis, aku sangat suka.
"Jangan rindu aku lama-lama, ya! Berjanjilah, kau harus menemukan cinta yang lain. Dan yang terpenting ... semoga kau bahagia. Maaf, aku tidak bisa menetap di sisimu sampai akhir. Good bye, mine."
Sejak awal kedatangan Clark, cowok itu hanya tamu. Singgah sebentar lalu akan pergi, tidak menetap untuk selamanya bersamanya. Mata Audrey buram karena air mata. "Terima kasih, Clark. Terima kasih sudah menetap di sisiku meskipun cuma sebentar. Aku senang walau kau sering membuatku kesal. Aku tidak pernah menyesal mengenalmu. Aku akan merindukanmu. Pergilah dengan tenang dan cepat-cepatlah lupakan perasaanmu padaku. Aku tak apa."
Clark mendekat, lalu memberikan kecupan terakhir di dahi Audrey.
Lima detik lagi.
"Aku akan kesepian lagi," batin Audrey.
"Aku mencintaimu," ucap Clark terakhir kalinya seraya menampakkan sayapnya. Itu bersamaan dengan Audrey yang membatin. Mata Clark agak terbelalak. Barusan, dia bisa mendengar suara batin Audrey. Namun, waktunya telah habis. Dia tertarik keras ke udara lalu menghilang dari pandangan Audrey.
"Hiks." Tak ada lagi Clark di hadapannya. Dadanya rasanya perih sekali. Tangannya gemetar. Tak tertahan lagi, dia menumpahkan semuanya segera. Tadi dia memang menahannya kala Clark masih di sisinya. Tapi, sekarang Clark sudah benar-benar pergi. Dia menangis tersedu-sedu. Dia kembali disambut sepi, di dunia yang sunyi ini.
Orang yang dia sayangi kembali pergi. Mulai detik ini, tak ada lagi Clark yang selalu tersenyum padanya. Tak ada lagi Clark yang narsis itu. Tak ada lagi dekapan hangat cowok itu yang selalu menenangkannya. Clark pergi menyisakan rindu yang membuatnya tersiksa.
"Hiks, Clark ..." Tangisan yang semakin tersedu-sedu. Belum dua menit Clark pergi, tapi Audrey sudah rindu saja.
Audrey tahu, menyedihkan sekali dirinya bukan? Mereka yang berharga baginya, tak pernah menetap lama. Apa mungkin dia memang selalu ditakdirkan untuk ditinggal pergi?
Audrey menautkan dua tangannya. Pandangannya buram karena air mata, namun dia menyempatkan menatap tangannya yang pernah digenggam Clark itu.
Mulai besok pagi dia akan sarapan sendiri lagi.
Clark yang menyebalkan itu sudah tak ada di sisinya, telah pergi jauh.
👑
To be continued....
See you next part 😉
Thanks for reading...Maaf atas segala kekurangannya, hanya seorang penulis amatir.
Jangan lupa tinggalkan komentar dan votenya ya!
Best regards, Warda.
KAMU SEDANG MEMBACA
111 Days [END√]
FantasíaRomance & Fantasy Ketika, Audrey hendak bunuh diri, sosok laki-laki bersayap mencegahnya dari perbuatan dosa itu. Ketika, Audrey kesepian, Clark datang dan mengisi hari-harinya. Ketika, Audrey dan Clark saling jatuh cinta. Keduanya sadar waktu merek...