Kau dengan mudahnya membuatku senang. Dengan mudahnya juga kau membuat hatiku hancur.
👑
Setidaknya suara televisi menjadi pengisi, menghilangkan hening di rumah Audrey yang sepi itu. Makan malam sendirian di meja makan membuat Audrey merasa dirinya terlihat menyedihkan. Jadi, dipilihnya sofa ruang tengah dengan suara televisi yang sengaja dia besarkan volumenya.
Sebenarnya, dia tidak benar-benar larut dalam sinetron yang sedang tayang itu. Itu hanya upaya menghibur dirinya saja.
Clark tidak datang untuk makan malam di rumahnya, begitu pun dengan Kai. Dari yang Audrey lihat sebelum menyiapkan makan malam, Clark pergi keluar bersama Agneta. Itu dilihatnya kala dia menutup gorden ruang tamu, mendengar seorang gadis berbicara dengan suara keras, membuatnya mengintip sebentar dari balik jendela karena penasaran.
Habis makan malam, televisi dimatikan olehnya. Menaruh piring beserta gelas di wastafel dapur, dia menuju kamarnya. Ponsel di atas nakas kini berada dalam genggamannya. Di tepi kasurnya, dia duduk bersila.
Berada di semester akhir sekolah membuat Audrey jarang membuka ponselnya jika tidak perlu. Dia hanya sesekali mengecek grup WA kelasnya saja, mungkin ada info penting. Jempolnya tanpa sengaja menekan aplikasi Instagram, aplikasi yang hanya terhitung jari dia membukanya sejak semester akhir itu. Ada banyak direct message yang masuk, terutama dari pembacanya. Rata-rata menanyakan kapan dia update next chapter cerita. Kenapa dia jarang update. Kenapa dia jarang aktif di instagram atau wattpad. Padahal mengenai itu pernah dia infokan baik di Instagram atau Wattpad.
Beralih ke Wattpad, di sana juga sudah dibanjiri dengan notifikasi. Memijit pelipis, Audrey malah mematikan ponselnya. Menarik napasnya panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ponselnya kembali dia taruh ke atas nakas.
Membuka buku paket dan belajar, dia rasa bukan pilihan tepat saat itu. Pikirannya asyik mengingat Clark. Jujur saja, dia rindu pada cowok itu. Dia rindu narsisnya Clark. Dia rindu dengan lesung pipit yang terlihat kala Clark sedang tersenyum. Dia rindu segalanya tentang Clark.
Tak pernah disangka dia akan menarik kembali ucapannya, bahwa dia tidak akan merindukan Clark. Baru sebentar saja, dia sudah merindukan cowok itu.
Daripada bertahan dalam kamarnya yang terasa bosan itu, bertolaklah dia ke halaman belakang. Sedikit pun tak ada rasa takut bila duduk di ayunan malam-malam sendirian seperti itu. Rambut kuncir kudanya sedikit bergerak karena angin malam. Pelan saja, ayunan itu berayun.
Ditatapnya rumah Clark. Salah tidak bila dia ingin Clark datang sekarang juga?
Menghela napas, kepalanya tertunduk. Pandangannya kosong ke arah jari-jari kakinya. Sekitar lima detik kemudian, dirasakannya sebuah tangan dingin menyentuh tangannya. Dia tersentak. Namun, hanya sebentar. Dengan senyum yang tertahan, diliriknya wajah sosok yang dirindukannya itu.
"Clark?"
Clark mengangguk. Lesung pipitnya tampak kala dia tersenyum manis. Tangan kanannya terangkat, melambai ke arah Audrey. "Hai Audrey! Kau rindu pada orang tampan ini, kan?"
Meski ingin, Audrey tidak mengangguk. Meski ingin, Audrey tidak tersenyum. Wajah kesalnyalah yang dia tunjukkan pada Clark. Padahal, dia senang sekali. Sifat Clark yang dirindukannya telah kembali. "Aku kesal padamu, Clark!"
"Hei, kau duduk sendirian di ayunan," Clark menatap Audrey dari ujung kaki hingga berhenti di wajah, "terlihat seperti kuntilanak yang sedang kesepian. Alangkah baiknya kalau kau mengajakku. Omong-omong, kau kesal padaku karena aku membuatmu rindu padaku, kan?"
"Iya. Kau benar, Clark," jawab Audrey dalam hatinya. Sedangkan ini yang keluar dari mulut Audrey, "Dih, percaya diri sekali kau, Clark!"
Clark hanya terkekeh. Berdiri tepat di hadapan Audrey, menghentikan ayunan itu. Tangannya menggenggam tali ayunan, di bawah tangan Audrey. Tatapan teduhnya bertukar pandang dengan gadis itu. "Bukan tanpa alasan aku mengabaikanmu. Bukan karena kau sering cuek dan berkata ketus padaku. Kau salah besar jika menyebut itu salahmu, Audrey. Aku minta maaf karena membuatmu salah paham."
"Terus, karena apa?"
Clark terdiam. Tatapannya berubah sendu. "Aku sedang mencari jawaban. Dari sesuatu yang membuatku bingung."
Audrey mengernyitkan dahinya, tidak mengerti. "Maksudmu apa, Clark? Mencari jawaban? Sesuatu yang membuatmu bingung?"
Clark mengangguk. "Ternyata aku merindukanmu. Ternyata perasaanku benar."
"Maksudmu apa?" tanya Audrey lagi. Tampaknya gadis itu tidak juga paham.
"Perasaanku padamu," jawab Clark cepat.
Jantung Audrey mulai marathon. Apakah maksud Clark kalau cowok itu menyukainya? Maksud Clark perasaannya terbalas begitu?
Clark membungkuk. Tatapannya begitu tulus. Tangannya telah mendarat di bahu Audrey. Clark memangkas jarak dengan Audrey. Matanya menatap ke arah bibir Audrey yang seolah-olah menariknya untuk semakin mendekat, ingin merasakannya. Jantungnya, jangan tanya lagi, sudah berdebar dengan kencangnya.
Matanya dia pejamkan, semakin mendekat hingga bibirnya dan bibir Audrey bertemu. Tak ada penolakan dari Audrey. Itu pertama kalinya dalam hidupnya.
Itu juga yang pertama bagi Audrey. Berada dalam jarak sedekat itu dengan Clark, rasanya seperti mimpi. Seperti sedang terbang di hamparan langit sana. Namun, siapa sangka. Ditengah rasa memabukkan itu, mata Audrey terbelalak. Sepasang sayap bewarna putih terang membentang dari punggung Clark.
Jantungnya seperti berhenti berdetak, secepat mungkin melepaskan diri dari Clark, mendorong cowok itu menjauh. Tampaknya, Clark juga terkejut, sama sepertinya. Tangan Audrey bergetar. Kakinya yang kini telah berpijak di tanah terasa lemas. Mulutnya menganga, tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Jelas sekali, sepasang sayap itu melekat di punggung Clark.
Ingatan tentang kejadian aneh mulai berdatangan. Dari apa yang dilihatnya sekarang, tidak salah lagi, laki-laki bersayap yang mencegahnya bunuh diri itu adalah Clark.
Rasanya Audrey tidak sanggup berdiri lagi. Gila, itu benar-benar gila! Dengan rasa takut, diliriknya wajah Clark yang terlihat gelisah. Sebenarnya, siapakah Clark itu? Apa Clark itu hantu? Atau makhluk aneh lainnya seperti yang ada di novel-novel fantasi?
"Sebenarnya kau itu apa, Clark?!" teriak Audrey.
Bukannya menjawab, Clark malah mendekat. Namun, Audrey melangkah mundur.
"JANGAN MENDEKAT!" teriak Audrey dengan suara lebih keras. "Kau itu apa? Katakan, sebenarnya kau itu apa?!"
Hati Clark terasa sesak tatkala melihat Audrey ketakutan karenanya. Tapi, itulah dia. Pada akhirnya, Audrey akan tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Namun, Clark tidak menyangka akan secepat itu. Itu benar-benar diluar kendalinya.
Clark menghela napasnya. Dia sadar, kalau dirinya telah membuat kesalahan besar.
"Kau itu siapa?!" teriak Audrey lagi. Namun, kali ini dengan suara agak bergetar.
Setelah lama terdiam, Clark pun bersuara, "Maaf. Dan baiklah, aku akan menceritakannya padamu, mengenai siapa aku sebenarnya."
👑
Sejauh ini bagaimana? Sudah mulai menebak? Apa sebenarnya Clark itu?
Oke, thanks for reading 😊
C U next part! Tolong tinggalkan jejak ya!By Warda.
Published : March, 29, 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
111 Days [END√]
FantasyRomance & Fantasy Ketika, Audrey hendak bunuh diri, sosok laki-laki bersayap mencegahnya dari perbuatan dosa itu. Ketika, Audrey kesepian, Clark datang dan mengisi hari-harinya. Ketika, Audrey dan Clark saling jatuh cinta. Keduanya sadar waktu merek...