Selagi masih bisa, aku akan menatapmu sepuasnya. Sebelum wajahmu itu hanya bisa kuingat dalam kenang.
👑
Malam sudah larut, Clark melambaikan tangannya pada Audrey. Tak lupa mengucapkan kata-kata manis untuk gadisnya itu. Menunggu Audrey benar-benar menutup pintu rumah, baru dia bertolak ke teras rumahnya. Namun, dia yang hendak meraih kenop pintu seketika terhenti. Sebuah tangan melingkar di perutnya tiba-tiba. Yang Clark tahu, itu bukan Audrey.
Menyingkirkan tangan itu dari perutnya, Clark berbalik. Dia menatap datar si empunya tangan. "Apa maumu?"
"Kau baru pulang dari kencanmu dengan Audrey?" Agneta balik bertanya.
"Jika iya, kenapa? Kau keberatan?"
Agneta mengangguk. "Benar sekali. Sangat keberatan."
"Oh." Sangat singkat pun datar balasan dari Clark. Tangannya kembali bergerak menuju kenop pintu. Namun, gagal ketika Agneta mendahuluinya, menghalanginya tepatnya.
"Aku ingin bicara," ucap Agneta.
Clark mengembuskan napas lelah. "Ini sudah larut. Aku mau tidur."
"Aku ingin bicara," ulang Agneta seolah sekali tak cukup. Upaya membujuk Clark agar menyanggupinya.
Clark menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya sendiri. Matanya menatap ke arah rumah Audrey, seolah enggan menatap Agneta. "Kalau begitu, bicaralah! Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Tapi, tidak di sini," balas Agneta. Ada senyum penuh arti di wajahnya.
"Jika tidak mau di sini, ya sudah. Aku tidak akan mendengarmu bicara. Aku mau tidur."
"Baiklah." Tampaknya Agneta menyerah. Senyumnya surut. Dia pun memangkas jarak dengan Clark. Berjinjit, lalu tiba-tiba tangannya melingkar di leher Clark. Wajahnya semakin dekat dengan wajah Clark. Hampir saja bibirnya mendarat di bibir Clark jika saja Clark tidak memalingkan wajahnya, menolaknya.
Tatapan Clark berubah tajam, terganggu dengan apa yang hendak Agneta lakukan padanya barusan. Dia mendorong Agneta menjauh. "Kau ingin berbicara padaku atau ingin berbuat lancang?"
Agneta tersenyum sinis. "Dua-duanya."
"Kau membuang-buang waktuku saja."
"Kenapa kau hanya bersikap dingin padaku, Clark? Aku calon permaisurimu! Akulah yang akan berdiri di sebelahmu ketika kau akan menjadi pemimpin Wings. Tapi, kau selalu mengabaikanku. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku bahkan tidak bisa melakukan apa pun pada gadis yang menempatkanmu dalam bahaya itu. Lihatlah ke arahku Clark! Akulah yang bisa bersanding denganmu. Dua-duanya kerajaan mendukung kita. Tapi, kau malah memilih gadis yang membuatmu melawan hukum Wings." Agneta mengeluarkan isi benaknya. Napasnya naik turun.
"Tapi, aku tidak ingin bersanding denganmu." Clark berucap jujur.
"Terus dengan siapa? Dengan Audrey?" tanya Agneta mengejek. "Jangan mimpi!"
"Kau juga, jangan mimpi! Kembali ke Wings aku akan memilih gadis lain dari Zinnia. Yang pasti gadis yang tidak sepertimu," pungkas Clark tidak ingin memperpanjang adu mulut dengan Agneta. Dia membuka pintu rumahnya dan masuk ke sana. Meninggalkan Agneta dengan perasaan campur aduk, marah lebih mendominasi.
Agneta mengepal kuat. Rasanya ingin berteriak keras jika saja dia tidak ingat bahwa malam sudah larut.
👑
Audrey mengucek matanya. Suara ketukan pintu kamarnya membangunkannya dari tidur. Pandangannya belum terlalu jelas. Namun, melalui ventilasi udara dia tahu di luar masih gelap, masih pagi buta jika dia tidak salah. Ketukan pintu masih terdengar. Audrey menebak, itu pasti Clark. Tidak perlu heran lagi bagaimana cowok itu bisa masuk ke rumahnya bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
111 Days [END√]
FantasíaRomance & Fantasy Ketika, Audrey hendak bunuh diri, sosok laki-laki bersayap mencegahnya dari perbuatan dosa itu. Ketika, Audrey kesepian, Clark datang dan mengisi hari-harinya. Ketika, Audrey dan Clark saling jatuh cinta. Keduanya sadar waktu merek...