👑 37 - Destiny and Black

220 35 2
                                    

Jika kaulah takdirku, tentu saja aku akan memilihmu.
👑

Malam ini Clark mengunjungi perpustakaan kapal yang masih buka itu bersama Albin. Dia tersenyum ramah pada beberapa pengunjung. Ada ratusan ribu buku di perpustakaan kapal tersebut. Dia berhenti di rak khusus buku-buku yang berkaitan dengan Wings.

"Kenapa aku bisa dengar suara batin Audrey?" gumamnya dengan suara kecil. Itu salah satu alasan mengapa dia ada di sana malam ini. Sejujurnya dia masih bingung, jadi ke sana untuk memastikan itu.

Matanya menelusuri setiap inci rak buku yang didominasi warna cokelat kayu itu. Hingga atensinya terenggut oleh kehadiran nenek bernama Miranda di sebelahnya. Miranda adalah nenek yang pernah bertemu dengan Audrey di toko buku yang bisa menghilang di bumi itu. Selain itu, Miranda tercatat sebagai orang dengan IQ tertinggi di Wings. Nenek itu banyak menghabiskan waktunya bersama buku-buku.

"Mungkin ini bisa menjawab pertanyaanmu," ucap Miranda sembari memberikan buku berjudul Mate and Destiny pada Clark.

Clark mengambil alih buku itu dari tangan Miranda. Hingga jantungnya berdebar-debar ketika Miranda berucap, "Gadis bumi itu, manis sekali. Bagaimana kalau dia adalah takdirmu?"

Miranda tersenyum penuh arti. "Buka halaman seratus dua puluh. Semoga buku ini membantumu," pungkas Miranda sebelum menghilang dari pandangan Clark.

Clark mematung mendengar ucapan Miranda. Jantungnya, jangan tanya lagi. Sudah menggila. Dia menoleh, menatap sekilas ke arah Albin yang memandangnya dengan wajah penuh tanya.

Bersama buku itu, dia duduk sambil menyelonjorkan kakinya di kursi santai yang ada di geladak utama kapal. Angin malam tertiup menerpa wajahnya serta menggerakkan rambutnya. Suara ombak saling bersahutan, namun sama sekali tidak mengacaukan fokusnya. Dia meminta Albin untuk membuat jarak, memberinya ruang privasi.

Dengan debaran yang tak kunjung normal, dia membuka halaman yang dikatakan Miranda tadi. Dia mulai membaca apa yang ada di halaman tersebut.

"Jika seorang laki-laki bisa mendengar  suara hati atau membaca pikiran seorang perempuan, apa itu tandanya keduanya ditakdirkan? Jodoh itu memang sudah diatur oleh Sang Pencipta. Tapi, jika kejadian demikian terjadi di Wings, rata-rata orang yang mengalami itu berjodoh. Berbeda dengan di bumi, di sana mereka bisa membaca pikiran banyak orang.

"Di Wings, kemungkinan hanya bisa mendengar atau membaca pikiran lawan jenis satu orang saja. Kejadian ini beberapa kali terjadi di Wings, pada akhirnya yang mengalami itu menikah dengan orang tersebut. Rata-rata hidup bersama sampai akhir hayat. Tunggu dulu, bisa mendengar atau membacanya tidaklah selamanya. Hanya beberapa saat. Kejadian ini seperti memberi tahumu bahwa seseorang itu adalah takdirmu. Tak terkecuali, misal orang Wings kepada orang bumi.

"Jika ragu dengan tulisan ini, kamu boleh tidak percaya. Tapi, jika kamu sendiri mengalami kejadian ini, maka temukanlah jawabanmu sendiri dan kamu akan tahu."

Clark menutup buku itu. Apa Audrey benar-benar takdirnya? Apa itu benar?

Clark memang pernah mendengar tentang itu, tapi awalnya dia ragu sebelum membaca buku tersebut. Ketika dirasakannya tetesan air hujan menyentuh pipinya, dia menengadah ke langit sana. Tak ada bintang, hujan rintik-rintik. Dia bangkit berdiri, lalu mengangkat tangannya. Membiarkan rintikan hujan itu berakhir di telapak tangannya. Jantungnya berdebar tak karuan. Apa yang tertulis di buku itu membuatnya kepikiran. Apa itu benar? Apa Tuhan sedang menunjukkan padanya bahwa Audreylah takdirnya?

Sementara itu, di tempatnya Audrey masih sore hari saat ini. Dia duduk di ayunan. Langit terlihat mendung. Ketika rintikan hujan jatuh melalui celah-celah ranting dan dedaunan pohon yang menaunginya, Audrey mengangkat tangannya. 

"Aku mencintaimu, Clark."

"Aku mencintaimu, Audrey."

Di tempat yang berbeda, keduanya saling mengangkat tangan, sama-sama di bawah hujan rintik-rintik. Lalu mengucapkan kalimat itu berbarengan. Sayangnya, keduanya tidak saling tahu itu.

Tiba-tiba, Clark merasakan nyeri yang luar biasa di dada kanannya. Tangannya berpindah dan mencengkeram kuat daerah dadanya yang kesakitan itu. Semakin bertambah, rasanya jantungnya seperti ditikam belati tajam.

"Pangeran, apa Anda baik-baik saja?" khawatir Albin kala mendekat.

Di geladak itu sedang tak ramai, hanya beberapa orang saja. Namun, para pengunjung itu kini juga menaruh perhatian pada pangeran mereka itu. Mereka ikut khawatir.

Clark membuar gestur agar Albin menjauh. Rasa sakit kian bertambah, Clark merintih. Hingga tanpa kendali dia mengeluarkan sayapnya. Barulah rasa sakit itu berujung, telah usai. Dia bernapas lega. Tetapi, kala dia mengedarkan pandangannya, dia merasakan keanehan. Semua orang yang tertangkap indera penglihatannya menganga, termasuk Albin.

"Pangeran," desis Albin sambil menunjuk ke arah sayap Clark.

Clark menoleh ke arah sayapnya. Sudah dia duga.

Sayapnya menghitam.

👑

PLAKK!

Suara tamparan menggema di ruang luas itu. Raja Kell yang tadinya duduk di singgasananya kini mendekat dan menyalurkan kemarahannya pada putranya itu.

Clark memegangi wajahnya yang ditampar oleh ayahnya. Dia menunduk, merasa bersalah. Tentu saja, toh dia telah membuat ayahnya kecewa berat padanya. Ah, tidak, bukan hanya ayahnya dan keluarga kerajaan. Tapi, seluruh penghuni planet itu.

Emosi Raja Kell telah sampai ke ubun-ubun. Matanya menyiratkan rasa kecewa sekaligus kemarahan. Dia tidak menyangka putranya yang sangat dia banggakan itu, seorang pewaris takhta Kerajaan Wings yang kini melanggar hukum Wings. Dia pun malu pada rakyatnya.

"Clark! Aku benar-benar kecewa padamu! Sayapmu telah menghitam. Kau melanggar hukum Wings! Bukankah kau baru saja bersumpah?! Tapi, lihatlah dirimu sekarang! Kau membuatku jadi membenci darah dagingku sendiri. Kau telah menghancurkan kepercayaanku, Nak! Kau tak akan dimaafkan lagi.

"Hukum tetaplah hukum. Walaupun kau putra kandungku, putra seorang raja. Kalau melanggar aturan, kau tetap dihukum! Sudah lama pasal ini tidak dilanggar. Sekalinya dilanggar kembali, yang melanggarnya adalah pewaris takhta. Sangat memalukan! Bersiap-siaplah, hukuman menantimu! Nikmatilah malam terakhirmu di Wings, di penjara bawah tanah sana tepatnya.

"Karena perbuatanmu ini, KAU BUKAN LAGI CALON RAJA! NANTIKAN HUKUMANMU!" tegas Raja Kell. Matanya seperti berapi-api. Jika ada tingkatan, kemarahannya berada di tingkatan tertinggi.

Mata Raja Kell beralih ke arah para pengawal yang sedari tadi terdiam di tempat, hanya menyaksikan. Dia memberi gestur agar membawa Clark ke penjara bawah tanah.

Clark tidak menolak ketika dia digiring menuju tempat yang ayahnya maksud. Clark ikhlas, karena pilihannya kini bukan lagi pada takhta. Dia memilih cintanya pada Audrey. Lagipula, sayapnya telah menghitam, tidak bisa diputihkan lagi. Ibaratnya nasi yang sudah menjadi bubur.

Mungkin Audrey, memanglah takdirnya. Dia berjanji, tidak akan menyesal karena telah memilih gadis yang dicintainya itu.

👑

Nantikan part selanjutnya...
Thanks for reading 😊

Maaf atas segala kekurangannya, hanya seorang penulis amatir. Kalau ada typo, mohon diberi tahu, ya!;)

Jangan lupa tinggalkan jejak! See you next part 👋

Best regards,

Warda.

111 Days [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang