Senang rasanya saat kau tidak lagi membentangkan jarak.
👑Audrey tak menghindarinya lagi. Hanya tersisa sikap cuek gadis itu saja. Walau demikian, Clark sangat-sangat senang.
"Audrey, kau sudah memaafkanku, kan?" Clark bertanya lagi. Mungkin itu pertanyaan keempat sejak dia mengekori Audrey dari depan rumah gadis itu. Keduanya kembali berangkat sekolah bersama. Tidak ada Kai, karena Kai biasanya tiba di kelas di menit-menit ketika bel masuk hendak berbunyi. Sekarang Clark dan Audrey berjalan menuju kelas keduanya.
Itu memang pertanyaan keempat. Tapi, keempat juga tak ada jawaban dari Audrey. Kecuali, "Hm."
Memasuki kelas, tangan Clark menghentikan Audrey kala dia hendak duduk. Audrey menatap Clark seolah bertanya ada apa lagi? Clark malah menatap ke arah Tiara yang sudah duluan tiba.
"Tiara. Aku benar-benar minta maaf. Tapi, apa boleh kau kembali duduk di tempatmu?" pinta Clark.
Tiara tadinya menatap layar ponsel pun mendongak ke arah Clark. "Maksudmu, Audrey akan duduk kembali di sebelahmu?"
Clark mengangguk. Wajah Tiara langsung berubah masam, kesal. "Karena kalian sudah baikan, makanya aku kembali ke tempat dudukku? Cih. Jadi, kalian mempermainkanku?!"
Audrey benar-benar merasa bersalah pada Tiara. Karena sejak awal itu adalah kemauannya. "Aku--"
"Kami benar-benar minta maaf," sela Clark.
Tiara menghentakkan kakinya, agak marah. Lalu menuju ke tempat duduk awalnya.
Audrey tidak menolak. Dia mau ketika Clark kembali menarik tangannya dan memintanya untuk kembali duduk dengan cowok itu.
Setelah duduk, Clark menatap senang ke arah Audrey yang kini kembali duduk di sebelahnya. "Makasih. Omong-omong, kau tidak menolak untuk duduk kembali di sini. Berarti kau sudah memaafkanku, kan?"
Audrey menatap Clark datar. "Sudah berapa kali kau menanyakan itu pagi ini?"
Clark terlihat berpikir. "Hm ... aku tidak ingat. Karena kau tidak kunjung memberi tahuku. Jadi, sudah apa belum?"
"Tolong beri tahu aku bagaimana caranya agar aku tidak bisa memaafkanmu?"
Clark menggeleng. "Meskipun aku tahu caranya. Tak akan kuberi tahu. Karena kau harus memaafkanku."
"Baiklah."
"Benarkah?"
Mata Clark berbinar. Ditambah ketika Audrey mengangguk kecil. Clark merentangkan tangannya hendak memeluk Audrey, dia sangat-sangat senang. Namun, Audrey malah mendorongnya.
"Ini di sekolah," ucap Audrey memperingatkan Clark.
"Berarti, nanti di rumah boleh, kan?"
Audrey menggeleng. Menatap tajam Clark. "Tidak boleh!"
Senyum Clark surut. Padahal dia ingin sekali memeluk Audrey. Tapi, tak apa juga, yang penting Audrey sudah memaafkannya. "Ya sudah, tak apa. Yang penting kau sudah memaafkanku."
Perihal memaafkan Clark, setelah dia berpikir-pikir semalaman, dia memutuskan untuk memaafkan sekaligus tidak marah lagi pada cowok itu. Dia menyukai Clark. Clark juga menyukainya. Mengesampingkan dari mana Clark berasal dan tujuan awal cowok itu datang, Audrey mendapati ketulusan Clark yang amat besar. Dia luluh pada Clark. Jadi, dia memaafkan cowok itu.
👑
Bel istirahat berbunyi. Kai langsung bangkit dari tempat duduknya, melangkah cepat ke meja Clark dan Audrey. Dia menepuk pundak Clark sekali. "Kalian sudah baikan, bukan? Karena itu, ayo ke kantin! Aku yang traktir."
"Kau serius mentraktir kami?" Clark bertanya. Takutnya Kai malah bohong.
"Serius, kok. Ayo!" ajak Kai.
Audrey terlihat tak berminat. Dia lebih tertarik menghabiskan jam istirahatnya di taman belakang sekolah saja, menikmati ketenangan.
"Ayo, Audrey!" Clark juga mengajak.
Audrey menggeleng. "Kalian saja."
"Lah, kau tak asyik. Ayolah, Audrey! Sesekali pun. Kita itu ada pada tahun terakhir sekolah. Jadi, jangan biarkan kenangan sekolahmu monoton! Suatu hari, kau akan menyesalinya. Kau tidak akan punya bahan cerita perihal masa SMA-mu pada anak-anakmu nanti. Ya sudah, ayo! Kau harus ikut!" paksa Kai.
"Iya, benar. Aku setuju dengan Kai. Kau harus ikut." Clark menarik tangan Audrey. "Cuma ke kantin kok. Kami bukan mengajakmu ke sungai penuh buaya."
"Iya, ayo!"
"Cepatlah, ayo!"
"Baiklah."
Akhirnya, Audrey menyetujui juga. Ketimbang sakit telinga mendengar Clark dan Kai ribut memaksanya. Audrey ikut saja.
Di kantin, Clark duduk berhadapan dengan Audrey. Sedangkan Kai, duduk di sebelah Clark. Banyak tatapan iri yang tertuju ke Audrey karena menempati meja kantin bersama dua cowok tampan. Tapi, Audrey tak acuh.
Audrey memesan burger. Ketika hendak memesan minuman soda, Clark tidak mengizinkannya. Katanya tidak baik minum minuman bersoda. Jadi, Clark menyuruhnya pesan jus jeruk saja. Audrey mengiyakan, daripada Clark terus mengomelnya.
Sambil menunggu pesanan datang, Audrey mengajukan pertanyaan pada Clark. "Kai, omong-omong kau juga berasal dari tempat yang sama dengan Clark, kan?"
Kai langsung mengangguk, tidak perlu dirahasiakannya lagi dari Audrey. Toh, Audrey sudah sedikit tahu mengenai tempat asalnya sekaligus sayap yang dimiliki mereka.
"Berarti saat ini aku berteman dengan makhluk-makhluk aneh, ya. Terdengar mengerikan."
"Hei, kami bukan makhluk aneh!" balas Clark tak terima disebut makhluk aneh.
"Cih, terus kalian apa? Alien?"
Clark dan Kai kompak menggeleng.
"Kami adalah orang-orang tampan," balas Kai cepat.
"Benar, aku setuju!" Clark ikut menyahut. "Aku yang paling tampan dan Kai sedikit tampan."
"Hei, aku yang paling tampan!"
"Apa katamu? Ayo kita buat pemungutan suara siapa yang paling tampan di sekolah ini! Aku yakin, aku pemenangnya. Pasti sembilan puluh sembilan persen memilihku."
"Clark, kau terlalu narsis. Berhentilah membandingkan diriku dengan dirimu! Nyatanya senyumku bisa langsung membuat cewek-cewek meleleh."
Audrey tidak bersuara, menatap kedua cowok yang sedang ribut siapa yang lebih tampan itu. Dia sedikit risih. Tapi, jujur saja, Audrey sempat merindukan ribut sekaligus narsis keduanya. Jadi, kali ini dia membiarkannya.
👑
See you next part.
Saya tunggu komentar dan votenya, ya. Thanks ;)By Warda.
KAMU SEDANG MEMBACA
111 Days [END√]
FantasyRomance & Fantasy Ketika, Audrey hendak bunuh diri, sosok laki-laki bersayap mencegahnya dari perbuatan dosa itu. Ketika, Audrey kesepian, Clark datang dan mengisi hari-harinya. Ketika, Audrey dan Clark saling jatuh cinta. Keduanya sadar waktu merek...