👑 24 - Kau yang Pertama

188 37 0
                                    

Kau memang yang pertama bagiku. Tapi, aku tidak yakin kalau kau akan menjadi yang terakhir untukku.
👑

"Audrey, kau mau ikut?" tanya Clark. Dia dan Audrey baru selesai makan malam. Tak ada Kai, karena temannya itu akan makan malam di luar katanya.

Audrey menggeleng, kakinya dia selonjorkan. Saat ini dia duduk di sofa ruang tengah.

"Ayolah!" ajak Clark lagi.

"Emangnya kau mau ke mana?" tanya Audrey dengan wajah tak teralih dari layar televisi yang sedang menayangkan talkshow.

"Ke suatu tempat. Kurasa kau tak akan menyesal ke sana," jawab Clark. "Jadi, mari pergi denganku!"

"Aku tidak mau!" balas Audrey cuek. Dia melipat kedua tangannya di perut. "Sebentar lagi aku mau belajar."

"Ayolah! Lagian ini malam Minggu. Kau bisa belajar besok." Clark terus memaksa. Menaruh asa kalau Audrey akan pergi bersamanya. Dia ingin membuat banyak kenangan bersama Audrey, sebelum dia pergi dari sisi gadis itu, pada waktu yang telah ditetapkan.

"Katakan dulu! Kau mau mengajakku ke mana?"

"Ikut saja, nanti kau akan tahu sendiri."

Audrey terlihat berpikir. "Bukan ke tempat aneh-aneh, kan?"

Clark menggeleng. "Tentu saja bukan."

"Baiklah." Audrey beranjak dari duduknya.

Lesung pipit Clark tampak, dia tersenyum senang. Clark memangkas jarak dengan Audrey. Namun, Audrey malah melangkah mundur kala dia hendak mengambil ancang-ancang sebuah pelukan.

"Jangan bilang kita akan pergi dengan kekuatanmu itu," ujar Audrey. "Teleportasi, kan?"

"Benar, teleportasi. Atau ... terbang bersamaku?" tanya Clark. Detik berikutnya dia ragu. "Tapi, kurasa terbang kurang nyaman. Sayapku akan tampak dan bisa dilihat banyak orang. Jadi, teleportasi saja. Ayo!"

Audrey terlihat ragu. Teleportasi atau terbang bersama Clark? Dulunya dia pikir hal semacam itu tak ada di dunia nyata. Tapi, sekarang dia tidak mungkin tidak percaya. Dia sudah pernah merasakannya saat bersama Clark. Itu, sesuatu yang masih terdengar gila baginya, walaupun sudah dirasakannya.

"Kau ragu, ya?" terka Clark. Audrey mengangguk. Ternyata benar. "Kau tidak usah ragu."

Clark mendekat, menarik Audrey ke pelukannya. "Tutup matamu!"

Akhirnya, Audrey menutup matanya. Satu detik. Kemudian terdengar bisikan Clark. "Buka matamu!"

Sebelum membuka matanya, Audrey merasakan pelukan Clark melonggar. Hitam dan gelap. Dua kata yang didapatinya kala kelopak matanya terbuka. Tangan Audrey bergerak, meraba-raba udara. Dia tidak bisa melihat apa pun. Dia tidak bisa menemukan kehadiran Clark. Dia jadi gelisah. Audrey menengadah, dilihatnya sesuatu di atas sana. Diapit warna hitam, di dalam suatu lingkaran besar itu tampaklah taburan bintang di hamparan langit sana. Sangat indah.

Jika melihat bintang itu, gelisahnya hilang. Tapi, tatkala kembali pada suasana di mana dia berdiri, dia jadi gelisah. "Clark, kau di mana?!"

"Kau tak perlu takut Audrey! Aku ada bersamamu, kok." Lalu terdengar bisikan dari Clark. Masih gelap. Ketika meraba-raba lagi, dia masih tidak bisa menemukan Clark. Di mana laki-laki itu berdiri.

"Hahaha. Hei, Audrey! Tidak usah panik begitu. Tenang saja, kau saat ini sedang bersama orang tampan, kok. Bukan bersama setan buruk rupa. Kau tidak perlu takut," ucap Clark sambil tertawa. Dia sengaja melakukan itu pada Audrey.

"Bagaimana aku tidak panik? Di sini gelap sekali. Emangnya ini tempat apa?! Kau tidak berniat melakukan sesuatu yang buruk, kan?!" kesal Audrey.

Satu detik. Dua detik. Hingga detik ke sepuluh, tak ada balasan dari Clark. "Clark, jangan main-main!"

111 Days [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang