Aku tidak butuh dicintai banyak orang. Aku hanya ingin dicintai olehmu. Itu saja sudah sangat membuatku bahagia.
👑Audrey benar-benar tak betah terkurung dalam bangsal rumah sakit. Dia lebih senang duduk di bangku taman rumah sakit sambil menikmati angin malam.
"Apa kau benar-benar tak bosan terus menemaniku seperti ini?" tanya Audrey pada Veena yang seharian ini terus menemaninya.
Veena menggeleng, terbiasa walaupun dia tahu Audrey tak melihat itu. "Di rumah lebih bosan. Di sini ada kau yang sebaya denganku, yang bisa diajak bicara."
"Oh."
Kemudian hening berkepanjangan.
Dalam hening tersebut, tiba-tiba Veena memegangi perutnya. Sepertinya dia mendapatkan panggilan alam. Harus segera menuntaskannya. Dia menatap ke arah Audrey setelah bangkit dari duduknya.
"Audrey, perutku sakit sekali. Sepertinya aku harus segera ke toilet. Apa tak apa aku meninggalkanmu di sini? Sepertinya aku tak sempat lagi mengantarmu ke ruangan," ucap Veena sambil menahan desakan itu.
Audrey sedikit mengernyit, kemudian mengangguk. "Pergilah! Aku tak apa."
"Oke. Aku hanya sebentar ya!" Veena pun berlari kecil mencari toilet terdekat.
Audrey menengadah dengan wajah datarnya itu. Jika saja penglihatannya tak direnggut, dia pasti sudah melihat bintang-bintang di langit sana saat ini. Jika tak ada bintang, mungkin dia bisa melihat langit malam yang dihiasi gumpalan awan gelap.
Andai saja Clark tahu kondisinya saat ini, apa yang akan dilakukan cowok itu? Audrey mendengkus. Suatu yang kerap datang tiba-tiba dan tak terbayar. Yaitu merindukan Clark.
Lagi. Ada apa sebenarnya? Dia tiba-tiba merasakan lagi nyeri luar biasa di dada bagian kanannya. Tangannya mencengkram kuat bagian itu. Sangat menyakitkan.
Sementara itu, Clark juga sangat bosan berada di bangsalnya. Demamnya sudah turun, kata dokter besok dia sudah boleh pulang. Merasa terganggu, dia bahkan melepaskan infusnya. Dia rasa dia tidak memerlukan itu. Dasar Clark. Dia berjalan menuju taman, saat ini dia sendirian tanpa Kai.
Entah kenapa dia terenyuh ketika tanpa sengaja melihat gadis buta yang sebelumnya juga dilihatnya di lobi itu, sedang duduk sendirian di bangku taman. Tergerak hatinya mendekat ketika sadar gadis itu seperti kesakitan.
Setelah jarak terpangkas, dia menyentuh bahu Audrey pelan. Duduk di sebelah gadis itu, dia iba. "Hei, kau tidak apa-apa?" tanyanya.
Deg! Kenapa rasa sakit itu sekejap menghilang? Dan tergantikan dengan debaran yang bertempo cepat. Audrey tidak salah dengar, bukan? Suara itu sangat familier. Audrey tidak mungkin salah. Suara itu sangat dirindukannya.
"Kau benar-benar tidak apa-apa?" tanya Clark lagi ketika sadar orang yang ditanyainya itu tidak tampak kesakitan lagi.
Audrey mematung. Itu suara Clark. Jelas sekali. Segera sesuatu dari matanya terdesak untuk keluar. "Clark?"
Clark terbungkam. Bagaimana gadis itu tahu namanya? "Iya, benar aku Clark. Tapi, bagaimana kau tahu namaku?"
Audrey merasakan kakinya menjadi lemas. Jantungnya masih berdebar-debar. "Kau benar-benar Clark?" tanyanya memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
111 Days [END√]
FantasyRomance & Fantasy Ketika, Audrey hendak bunuh diri, sosok laki-laki bersayap mencegahnya dari perbuatan dosa itu. Ketika, Audrey kesepian, Clark datang dan mengisi hari-harinya. Ketika, Audrey dan Clark saling jatuh cinta. Keduanya sadar waktu merek...