👑 43 - END

691 36 13
                                    

Stay by my side. Not just one hundred and eleven days, but forever.
👑

Satu Minggu kemudian.

Di bibir sebuah pantai dekat perbatasan antara Kerajaan Wings dan Kerajaan Zinnia, ada Xavier dan Agneta yang berdiri menghadap hamparan laut sana. Xavier dengan senyum bahagianya, dan Agneta dengan wajah kesal. Keduanya diapit oleh pengawal pribadi masing-masing.

"Perkataanku benar, bukan? Kau tidak akan pernah menjadi ratu di kerajaanku. Karena akulah yang akan naik takhta dan aku sama sekali tidak tertarik pada wanita sepertimu. Dan aku akan memilih gadis yang baik hati," ucap Xavier sembari tersenyum. Kali ini senyumnya tampak mengejek. Dia puas sekali sejak Clark diusir dari Wings. Selain itu, Raja Kell pun sudah memutuskan bahwa raja Kerajaan Wings selanjutnya adalah dia.

"Cih, kau sedang mengejekku?!" ketus Agneta. Matanya mengerling sesekali.

"Benar. Aku sedang mengejekmu," jujur Xavier. "Omong-omong, aku dengar kau sedang dihukum, ya? Katanya kau hanya boleh keluar istana seminggu sekali. Apa itu gara-gara gadisnya Clark itu?"

Agneta tidak menjawab. Dia amat dongkol dengan pertanyaan Xavier. Matanya memandang ombak yang saling kejar-kejaran. Dia memang sedang dihukum. Benar kata Xavier, dia hanya boleh keluar dari istana seminggu sekali. Alasannya karena ayahnya, selaku raja di Kerajaan Zinnia tahu perbuatannya pada gadis bumi alias Audrey itu.

Pada malam Clark dihukum, ayahnya diam-diam mengutus beberapa orang untuk mengawasinya dan Audrey. Ayahnya tahu kalau Agneta marah dan sedih atas apa yang dialami Clark. Jadi, dia perlu berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Agneta akan menyakiti gadis yang dicintai Clark. Dan itu benar terjadi. Namun, orang yang diutus itu tidak sempat mencegatnya, dan kecelakaan yang pernah merenggut penglihatan Audrey pun terjadi.

Hanya pihak istana Zinnia yang mengetahui perihal itu, tidak bocor ke rakyat. Selain itu, ayahnya juga mengancam untuk menghapus status kerajaannya jika dia berani kabur dari pengawasan ayahnya. Karena tahu ancaman itu tidak main-main, yang bisa Agneta lakukan sekarang hanyalah mematuhi perintah.

"Kau membuatku penasaran, kenapa kau malah menghabiskan hari bebasmu dari istana bersamaku?" heran Xavier, membuyarkan lamunan Agneta. Ada tatapan mengejek dari matanya. "Apa kau berniat merayuku agar memilihmu menjadi permaisuriku nanti? Hei, jangan berkhayal!"

Agneta tertawa kecil mendengar Xavier yang begitu percaya diri. "Apa aku terlihat seperti sedang merayumu? Tidak, kan? Bodoh! Aku bertemu denganmu di sini hanya ingin mengucapkan selamat untukmu. Karena aku pikir, jika aku tidak menemuimu dan memilih tetap di kamarku, aku terlihat seperti pengecut yang sedang mengakui kekalahanku. Karena aku sama sekali tidak merasa kalah, jadi aku menemuimu. Mengerti?"

Xavier manggut-manggut. "Baiklah, baiklah, aku pergi dulu, ya! Kau hanya menghabiskan waktu orang sibuk sepertiku."

"Cih, menyebalkan sekali."

👑

Audrey sesekali menatap ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hari menjelang sore, dia berdiri di halte yang di seberangnya ada sebuah gedung mewah dan tinggi. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyum kala Clark bersama sepeda yang bisa bonceng mendekat ke arahnya, menjemputnya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, ada apa di gedung itu?" Clark menunjuk ke arah gedung tinggi di seberang jalan tersebut. "Kenapa kau ke sana?"

111 Days [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang