suatu hari

938 127 35
                                    

"P-pergi?"

Minju lagi - lagi cuma senyum. Dia milih buat gak ngegubris hal itu.

"Jeno mungkin bentar lagi bakal kesini. Gue gak mau kalian ribut, jadi kalian berdua pergi ya," ucapan Minju terdengar seperti usiran, hanya saja caranya halus.

"Oke," Yujin langsung aja narik tangan Wonyoung keluar, dia bertindak seolah dia gak peduli Minju bakal pergi ke mana, padahal mah hatinya gelisah.

Senyum palsu yang dari tadi Minju pasang akhirnya pudar. Pelupuk matanya mulai tergenang air mata.

Dia sakit hati.



Minju menundukkan kepalanya, ia memegang dadanya yang sesak. Terlalu sakit untuk menahan tangis.

Jeno dan Jaehyun yang baru saja datang terlihat panik pas liat Minju nunduk sambil megang dadanya.

"Minju," ucap keduanya kemudian mendekat ke Minju.

Minju mendongak, menatap Jaehyun dan Jeno yang terlihat khawatir padanya.

"Lo kenapa?" tanya Jaehyun.

"Emm," balas Minju dengan suara bergetar. Ia menarik Jeno kemudian memeluknya erat. Minju menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jeno kemudian terisak di sana.

Jaehyun menatap Minju yang memeluk Jeno. Ia sedikit mengepalkan tangannya. Sementara Jeno melirik Jaehyun sekilas, sejujurnya dia merasa gak enak ke Jaehyun.

"Kenapa nangis hm?" tanya Jeno sambil mengelus kepala belakang Minju. Tapi Minju masih diam, mungkin dia emang belum mau cerita.

"Gue pergi dulu," ucap Jaehyun.

"J-Jae—"

"Gak usah salah paham. Gue cuma mau nemuin seseorang," ucap Jaehyun seraya melangkah pergi. Dari wajahnya, keliatan kalo dia marah banget.

Dulu, Minju sering banget kayak gitu, ke dia, bukan ke Jeno.

Minju sebenernya sering nangis karena perlakuan Yujin, tapi dia gak pernah nunjukin itu ke publik.

Maka dari itu, Jisoo dan Seokjin merasa bersyukur karena putri mereka ngeluapin Yujin.

Tapi sekarang, Minju udah inget Yujin. Dan Minju balik lagi kayak dulu, Jaehyun gak terima.

Jaehyun mencari Yujin, paling awal ia ke kantin. Karena biasanya Yujin akan di sana bersama Wonyoung.

Tapi ternyata tak ada di kantin. Jaehyun mengacak kasar rambutnya kemudian melangkah ke tempat lain.

Hingga pada akhirnya ia menemukan Yujin dan Wonyoung di taman.

"Disini lo bangsat," batin Jaehyun kemudian menghampiri keduanya.

Tanpa ba bi bu, Jaehyun langsung melayangkan pukulan ke wajah Yujin.

"Maksud lo apa?!" Yujin berdiri kemudian mencengkram kerah seragam Jaehyun.

"Maksud lo yang apa, setan!" Jaehyun melepaskan tangan Yujin dari kerahnya kemudian kembali nyerang Yujin.

"Gak jelas lo, tai!" Yujin balas nyerang Jaehyun.

"Yujin! Udah!" teriak Wonyoung, cewek itu berusaha melerai keduanya.

"Minggir! Dia tuh udah Keterlaluan!" ucap Yujin dengan mata berapi - api.

"Yujin cukup!"

"Akh!"

Yujin terhenti karena dengan begonya dia ngedorong Wonyoung sampe jatuh.

"Wonyoung," lirih Yujin

"Cukup, aku mohon," ucap Wonyoung.

"Jaehyun, kenapa?" tanya Wonyoung seraya berdiri.

"Gue gak ada masalah sama lo. Gue cuma mau ngasih pelajaran buat bangsat satu ini!" Jaehyun ingin menyerang Yujin lagi, tapi Wonyoung langsung ngambil posisi di depan Yujin serta merentangkan tangannya.

"Tolong, selesaikan baik - baik," ucap Wonyoung.

"Sekarang, kita semua ketemu Minju. Minju yang jadi penyebab ini kan?" ucapan Wonyoung tepat sasaran.

"Ayo," ucap Wonyoung. Yujin hendak memegang tangan Wonyoung untuk memastikan tangan Wonyoung baik - baik saja, tapi Wonyoung menolak.

"Jangan sentuh aku," ucap Wonyoung.


Mereka bertiga tiba di UKS. Disana Jeno berdiri, sementara Minju posisi setengah berbaring dengan kepala bersandar di dada Jeno.

Minju ketiduran rupanya.

"Dia tidur," ucap Jeno tanpa melirik tiga orang yang berdiri di belakangnya.

"A-aku gak tidur," ucap Minju sambil membuka matanya perlahan. Dia bohong kalo dia gak tidur, dia cuma baru bangun tapi udah pw di dada Jeno.

"Kenapa rame?" tanya Minju sambil mendongak menatap Jeno.

"Gak tau," jawab Jeno.

"Percuma. gak ada guna lo kesini," ucap Jaehyun ke Yujin.

"Guna kok guna," ucap Minju sambil menatap Yujin. Yujin balas menatap Minju.

Dan langsung saja Minju tersenyum.

Yujin itu ibarat sumber kebahagiaan dia.

Dia gak bisa gak senyum kalo liat Yujin.

Tapi, sekarang senyum di depan Yujin rasanya sakit.

"Kalian semua, makasih udah pernah mewarnai hidup gu—, maksudnya aku"












"Suatu hari,"











"Kalo memang garis takdir menyetujui.."















"Semoga kita bisa ketemu lagi,"














Tbc

𝔸𝕟𝕥𝕒𝕘𝕠𝕟𝕚𝕤𝕥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang