Jaehyun mau marah pas denger pertanyaan Minju. Potek hati mas ganteng ini. Tapi dia kudu tahan, gak bole marah - marah.
"Jeno gak ikut," jawab Jaehyun.
"Tapi, dia minta ke gue buat jagain lo," ucap Jaehyun lagi.
"Gue gak butuh dijagain lo. Mending lo balik aja," tolak Minju.
"Ju, gue sayang sama lo. Jadi, izinin gue buat jadi orang yang ngelindungin lo," ucap Jaehyun tanpa basa - basi.
"Jeno gak bilang sama lo, cowok kayak gimana yang gue suka?" tanya Minju.
Jaehyun berpikir sejenak, kemudian dia menjawab, "lo suka cowok kayak Jeno,"
"Nah itu tau."
"Jadi kalo sekarang yang di hadapan lo ini Jeno, lo bakal nerima?" lirih Jaehyun.
"Enggak," jawab Minju tanpa mikir.
"Ada yang ketinggalan. Gue pernah bilang ke Jeno, gue suka cowok kayak dia, tapi yang bentukannya kayak Yujin. Dan kalian gak masuk kriteria itu," ucap Minju sambil tersenyum, dia lagi bayangin komuk si Yujin.
"Lagian kalo ngejagain doang, gue ada dia," ucap Minju sambil merangkul Hyunjin yang lebih tinggi darinya.
"Dia siapa lo?" tanya Jaehyun.
"Gu—"
"Dia pacar gue," potong Minju kemudian melirik Hyunjin tajam seolah minta tuh cowok buat diem.
"Lo.. becanda kan?" lirih Jaehyun.
"Lo liat muka gue, ada kesan becandanya ga?" tanya Minju sambil nunjuk wajahnya
"Gak ada kan, yaudah," lanjut Minju.
Entah apa yang terjadi ke diri Minju, dia sama sekali gak inget soal Jaehyun di kehidupan dia. Dia lebih mudah nginget tentang Yujin walaupun isiannya ya menyakitkan semua.
Yang Minju tau Jaehyun tuh gak suka sama dia, Jaehyun jarang berbuat manis ke Minju, gak kayak Jeno. Jeno tuh keliatan banget sayangnya ke Minju.
"Dah ya, gue males," ucap Minju tanpa perasaan gak enak.
"Gak ada penghargaan sedikitpun buat gue yang datang kesini demi lo?"
"Gak,"
Di belahan bumi lain, di waktu yang beda, dua pasangan bucin sedang dalam pertengkaran yang bisa dikatakan kecil bisa juga besar.
Entah garis takdir yang maksa Yujin gak boleh jauh - jauh dari Minju atau emang Wonyoung itu bukan jodohnya.
"Sayang, please . Ikut aku ya? Aku gak bisa tanpa kamu,"
Ini Yujin yang ngomong, dia lagi di rumah Wonyoung. Keduanya lagi di depan rumah Wonyoung dengan Yujin yang megang kedua tangan Wonyoung.
"Aku gak bisa. Temen ibu aku siapa nanti? Lagian nanti aku tinggal ama siapa? Gak bener kalo kita harus tinggal serumah Yujin," tolak Wonyoung sambil berusaha melepaskan tangan Yujin.
"Kalo gitu aku nikahin kamu," potong Yujin tanpa pikir panjang.
"Kamu gila? Hidup aku masih panjang untuk mikirin pernikahan. Kita masih sma Yujin," Wonyoung menggeleng tak paham dengan jalan pikiran Yujin.
"Tapi sayang—"
"Yujin," potong Wonyoung.
"Kamu bisa nolak kan?" lirih Wonyoung sambil menatap mata Yujin. Yujin gak berani natap balik Wonyoung, dari situ aja Wonyoung bisa nebak apa yang sebenernya terjadi.
"Kamu tetep bisa disini tanpa harus ikut orang tua kamu"
"Tapi ada alasan kuat yang bikin kamu harus ikut,"
"Minju kan?"
"Wonyoung, please jangan bahas dia. Kamu tau kan aku gak suka banget sama dia," ucap Yujin sambil memegang kedua bahu Wonyoung.
"Kalo gitu, kamu disini," ucap Wonyoung dengan senyum menantang.
Jadi, orang tua Yujin bakal pindah ke kanada. Bakal balik lagi kok, hanya saja kontraknya cukup lama, yaitu 10 tahun. Orang tua Yujin ngasi pilihan ke Yujin, netap disini atau ikut mereka ke kanada.
Yujin denger kata kanada langsung sumringah dong ya, tentu aja dia seneng bakal ada kesempatan buat bisa ketemu Minju, tapi dia keinget sama Wonyoung.
"Gak bisa Wonyoung. Hidup aku masih bergantung sama mama papa aku," ucap Yujin meminta pengertian dari Wonyoung.
"Kamu sadar hidup kamu bergantung sama mama papa kamu. Tapi kamu dengan mudah ngomong mau nikahin aku?"
"Kamu bukan kayak Wonyoung yang aku kenal deh. Kamu nyudutin aku terus. Biasanya kamu bakal ngasi solusi bukan gini," Yujin mulai kesal sama pacarnya ini.
"Kamu juga bukan Yujin yang aku kenal! Kamu lebih terobsesi sama orang yang kamu bilang kamu benci! Kamu pikir aku gak tau apa yang kamu sembunyiin di hp kamu hah?! Kamu pikir karena aku miskin, aku gaptek?! Aku gak sebodoh itu Yujin," akhirnya Wonyoung ngeluarin semua unek - uneknya ke Yujin. Udah gerem banget diatuh.
"Maafin aku. Tapi aku gak bohong Wony, aku cuma sayang kamu," ucap Yujin sambil meluk Wonyoung.
"Nak Yujin," Ibu Wonyoung keluar dari rumah. Dia udah gak tahan ngeliatn keributan antara Putri tersayangnya dengan sang kekasih.
"Kalo boleh tau, kalian permasalahankan apa?" tanya Jennie baik - baik.
"Saya mau Wonyoung ikut saya ke Kanada," ucap Yujin tanpa pemanasan dulu. Ya Jennie langsung gak setuju dong, masa putri satu - satunya mau dibawa pergi ke negara orang tanpa dirinya.
"Gak gak, mana boleh," ucap Jennie.
"Tante ikut deh. Tenang aja, saya bakal tanggung tempat tinggal tante disana," ucap Yujin.
Dia masih muda, Jennie paham itu. Tapi setidaknya Yujin tuh punya otak, harusnya dia sadar ucapannya itu ngerendahin Jennie dan Wonyoung. Tapi emang dasar akhlaknya minus, mau gimana lagi.
"Tetap gak boleh," ucap Jennie.
"Kamu pergi aja ya," usir Jennie kemudian menarik tangan Wonyoung masuk ke rumah.
"Arghh!" Yujin mengacak rambutnya gusar kemudian terduduk. Dia barus memikirkan cara lebih ampuh supaya Wonyoung mau ikut ama dia.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝕟𝕥𝕒𝕘𝕠𝕟𝕚𝕤𝕥
Fanfiction"Aku adalah karakter yang selalu dibenci di dalam kisah apapun. Tapi cobalah lihat dari sudut pandangku" -Kim Minju- Start : 14 Feb 20