Dua Garis Biru adalah film bergenre Drama/Romance yang disutradarai oleh Gina S. Noer dan dirilis pada tahun 2019. Menceritakan tentang sepasang remaja muda yang melewati batasan dengan berhubungan seksual dan mencoba untuk bertanggung jawab dengan harus menanggung konsekuensi yang akan dihadapi.
Film ini sukses menjadi film Drama yang segar dan cukup groundbreaking bagi penonton Indonesia. Satu hal yang patut diberi apresiasi lebih adalah keberanian filmnya dalam mengangkat tema/topik sensitif yang bisa dikategorikan sebagai hal tabu di masyarakat Indonesia serta sering memicu terjadinya kontroversi, namun yang patut dikagumi disini adalah filmnya yang melakukannya secara layak. This film done it right, and in a proper way. Umumnya jika ada film Indonesia yang berani mengangkat tema serupa pasti hasilnya kira-kira seperti ini: a) pretentious, b) overly dramatic/romanticized, c) contradicted to its original purpose. Dua Garis Biru digarap dengan sebagaimana mestinya, tanpa menghadirkan hasil yang berisi poin-poin tersebut. Filmnya ngga pretentious, ngga berusaha untuk menggurui penonton dengan memberi tahu bahwa betapa pentingnya untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Filmnya pun tidak terlalu didramatisir atau dilebih-lebihkan (meskipun masih ada beberapa sequence yang terlalu mellow namun untungnya tidak dihabiskan berlama-lama di adegan tersebut), penggambarannya hanya fokus terhadap konflik yang terjadi pada kedua pasangan ini serta orang yang ikut terlibat didalamnya. Yang terakhir, poin paling penting dan cukup dikemas secara baik oleh filmnya adalah filmnya tidak berkontradiksi dengan tujuan awalnya. Ini sering sekali menjadi common mistakes yang dibuat oleh film-film Indonesia lainnya, yaitu dimana hasil akhir berkontradiksi dari tujuan awal ceritanya. Dua Garis Biru justru menunjukkan kepada penonton bahwa filmnya bukan tentang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual, bukan juga untuk mengajarkan mereka untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (premarital sex), serta bukan juga untuk mengajarkan penonton agar lebih paham mengenai sex education/betapa pentingnya edukasi seks saat dini. No, the film is not about that. Filmnya memiliki satu tujuan utama yaitu untuk mengajarkan orang-orang agar membuka mata mereka dan melihat dunia secara luas, filmnya mengajarkan bahwa ketika kita menemui hal ini di kehidupan nyata; kita diharuskan untuk lebih membuka pikiran dan perasaan agar tidak langsung membuat negative judgment terhadap itu, filmnya juga bertujuan agar kita dapat mengetahui lebih dalam pendekatan seperti apa yang layak untuk dilakukan ketika kita menemukan kejadian serupa. Dua Garis Biru juga memberantas pakem-pakem serta stigma dan stereotype orang Indonesia yang kebanyakan besar menghubungkan segalanya dengan unsur agama, namun dengan cara pandang yang terbuka dan dari segala perspektif yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Movie Reviews
RandomBuku ini berisi ulasan-ulasan saya mengenai film yang sudah pernah saya tonton sebelumnya. Seluruh tulisan dan resensi 100% murni alias jujur di setiap tanggapan, dan semuanya berdasarkan opini saya sendiri. Selain resensi, terdapat bagian-bagian la...