Sebelum Iblis Menjemput ayat 2 adalah film bergenre Horror/Thriller yang disutradarai oleh Timo Tjahjanto dan dirilis pada tahun 2020. Menceritakan tentang kelanjutan kehidupan kakak-beradik Nara dan Alfie yang sudah bebas dari teror iblis dua tahun silam, namun konflik pun dimulai ketika Alfie masih dihantui rasa bersalah dan mendapatkan penglihatan yang tidak wajar.
Apabila di film ayat pertama, penonton dihadirkan oleh karakter utama seperti Alfie, Nara dan Maya. Di film ayat kedua, penonton dihadirkan oleh karakter pendatang baru. Film SIM 2 ini sangat mengingatkan gua dengan film "Evil Dead" yang keluar di tahun 2013, beberapa kemiripannya seperti sekelompok grup beranggotakan lima orang yang tinggal di sebuah kabin/tempat terbengkalai, lalu adanya buku gaib yang dapat membangkitkan iblis dan merasuki tokoh utama, begitu juga dengan kematian setiap tokoh satu per satu dengan cara yang berbeda dan yang paling menyerupai Evil Dead adalah scene terakhir yang dialami oleh tokoh-tokoh utama di depan kabin/tempat mereka menginap. Namun, bukan berarti gua mengatakan bahwa filmnya mencontek atau terinspirasi dan semacamnya, hanya saja poin yang ingin gua tekankan adalah ide pokok yang cukup mainstream bagi film-film horror pada umumnya. Di film bagian kedua ini, gua menemukan beberapa kekurangan yang sama seperti film SIM 1, salah satu kekurangan yang paling menonjol di kedua film ini yaitu penampakkan wujud setan yang terlalu sering ditampilkan di layar; terlalu banyak eksposur sosok makhluk halus ini justru menghilangkan rasa seram dari setannya sendiri. And, this is one of the reasons why I don't like mainstream horror movies. Ketika penonton sudah terlalu sering disuguhkan oleh penampakkan setan, lama-kelamaan itu akan menjadi suatu hal yang lumrah dan bukan lagi hal yang seram atau bahkan ditakuti, karena dari awal kita sudah terbiasa oleh penampakkan setan tersebut maka pada adegan selanjutnya kita akan merasa bahwa itu bukanlah sesuatu hal yang baru, malah kita akan dapat memprediksi kapan wujud setan tersebut akan kembali dimunculkan. Ini menjadi "turn-off" terbesar filmnya, yang seharusnya filmnya dapat membangun sebuah perasaan ngeri dan menyeramkan malah sebaliknya, begitu juga dengan hilangnya rasa antisipasi yang memungkinkan untuk dialami oleh penonton andai saja mereka tidak menentukan untuk tidak meng-over-exposed penggambaran setan tersebut. Kesalahan ini tetap diulang oleh sutradara Timo di film SIM 2, walaupun gua paham sebetulnya faktor apa yang ia miliki dibalik keputusan yang ia pilih, beliau pasti ingin menghajar filmnya, dalam artian ia ingin film SIM ini menjadi sebuah film yang "gila" atau "sakit", karena dapat terlihat dari caranya mengeksekusi filmnya dan beberapa teknikalitas penyutradaraan yang dilakukan olehnya. Namun, dapat dikatakan bahwa ia masih kurang paham keefektifan untuk mencapai goal tersebut sesuai ekspektasi yang ia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Movie Reviews
AcakBuku ini berisi ulasan-ulasan saya mengenai film yang sudah pernah saya tonton sebelumnya. Seluruh tulisan dan resensi 100% murni alias jujur di setiap tanggapan, dan semuanya berdasarkan opini saya sendiri. Selain resensi, terdapat bagian-bagian la...