Hereditary adalah film bergenre Psychological Horror/Thriller yang dirilis di Indonesia pada tahun 2018. Menceritakan tentang seorang nenek dari keluarga Graham yang telah meninggal dunia, kejadian tersebut menyebabkan anak serta cucunya mulai mencari tahu misteri rahasia dari leluhur mereka yang tersembunyi.
This is easily the best horror movie in 2018, and probably the best horror movie of A24 film production. When Indie meet Horror = perfection
Kalau kalian mengekspektasikan film horror seperti The Conjuring, Annabelle, atau Insidious, maka kalian tidak akan mendapatkannya dari film ini. Film ini adalah contoh kuat akan seberapa ngerinya film horror itu bisa dibuat. With a film like this, you have to approach it with an open mind, you meed to see behind every aspects, and look pass through each perspectives. Karena film seperti ini tidak memiliki sebuah stigma, dan meskipun gua penggemar film-film dari A24, serta memang gua sudah familiar dengan karya-karya serta karakteristik film mereka, bukan berarti gua akan menyukai semua film mereka, tapi tentunya film ini menjadi salah satu film favorit gua pribadi yang pernah diproduksi oleh A24.
Bicara tentang pembangunan film ini, yang mana bagus betul. Tidak seperti film lainnya, film ini membangun ketegangannya dengan sangat baik, it's like they're bulding up all the anxiousness, the intensity and when it's supposed to reach the climax, they just let it off. Dan penerapan film ini memang sudah direncanakan seperti itu dari awal, jadi tidak ada momen dimana mereka benar-benar memberikan "jumpscare", bisa dikatakan film ini menghadirkan "false jumpscare" tapi bukan "fake jumpscare". Namun, inilah definisi dari horror yang sesungguhnya. Kebanyakan penonton lebih menyukai cheap jumpscare, dimana benar-benar 2 detik filmnya mulai sudah ada hantunya yang tiba-tiba muncul atau audio yang volume-nya keras banget. It doesn't scared me, it annoyed me. Padahal, dengan cara seperti ini akan jauh lebih mengerikan dan jauh lebih membuat kita merinding. Because we meed to find a way, an escape, to release all of our anxieties during the movie progresses, but we couldn't, because there is no gap. Penonton akan mengekspektasikan, "Oh, bagian ini pasti akan ada jumpscare-nya atau klimaksnya." namun di film ini tidak ada kedua aspek tersebut, dan bukan karena filmnya yang buruk namun justru karena filmnya yang cerdas. Dan memang cerdas. Dengan cara ini, kita masih berkutat pada rasa ketegangan yang sudah kita rasakan dari awal namun kita tidak dapat melepaskannya di bagian manapun hingga pada akhirnya kita akan tetap memiliki perasaan itu sampai akhir film, which is way scarier for me. Namun, bukan semena-mena filmnya tidak mempunyai klimaks malah jadi bland/hambar. Justru sebaliknya. Mereka mengubah klimaks itu menjadi sebuah "kejutan" di momen-momen yang kita kira tidak akan terjadi apa-apa tanpa adanya sebuh "warning" atau sebuah "leading up". Jadi, ketika kita mengantisipasikan adanya jumpscare, malah tidak ada. Dan ketika kita pikir adegannya akan cooling down, mereka malah akan langsung menyajikan sebuah kejutan yang frightening. And, I loved it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Movie Reviews
De TodoBuku ini berisi ulasan-ulasan saya mengenai film yang sudah pernah saya tonton sebelumnya. Seluruh tulisan dan resensi 100% murni alias jujur di setiap tanggapan, dan semuanya berdasarkan opini saya sendiri. Selain resensi, terdapat bagian-bagian la...