The Prestige adalah film bergenre Mystery/Thriller yang dirilis di Indonesia pada tahun 2006. Menceritakan tentang dua orang pesulap bernama Alfred Borden dan Robert Angier. Kisah dimulai ketika salah satu dari mereka menggagalkan trik utama sehingga mencelakakan pemain, mereka pun akhirnya berseteru dan bersaing hingga salah satu dari mereka mati.
This film is a magic within magic, but remember, are you watching closely?
Film ini menjadi salah satu film terumit yang pernah gua nonton, bukan karena semata-mata trin sulap yang dihadirkan namun perseteruan gila antara Alfred dan Angier. Awalnya gua berekspektasi bahwa ini akan menjadi film yang menampilkan trik sulap gila namun ternyata kunci utama di film ini adalah bagaimana filmnya "menyulap" kita. Kalau kalian tahu Nolan, memang terlihat dia selalu ingin setiap karyanya agar spektakuler dengan banyak detail yang harus diperhatikan, event di third-act yang ternyata nyambung ke first-act, dan ending yang luar biasa membingungkan. Ini lah yang terjadi di film ini, Nolan mengaplikasikan semuanya dengan sangat sempurna. Yang paling unggul disini adalah story-telling dan narasinya, seperti biasa, kalian harus memerhatikan setiap detail kecil. Bahkan dari shot opening scene yang paling pertama gua udah langsung terpikir "Ini pasti ada kaitannya nanti.", dan ternyata bener aja. Satu poin besar yang gua sadari setelah menonton ini adalah, disini ada salah satu line yang kutipannya begini, "Every great magic trick consists of three parts or acts. The first part is called "The Pledge". The magician shows you something ordinary: a deck of cards, a bird or a man. He shows you this object. Perhaps he asks you to inspect it to see if it is indeed real, unaltered, normal. But of course... it probably isn't. The second act is called "The Turn". The magician takes the ordinary something and makes it do something extraordinary. Now you're looking for the secret... but you won't find it, because of course you're not really looking. You don't really want to know. You want to be fooled. But you wouldn't clap yet. Because making something disappear isn't enough; you have to bring it back. That's why every magic trick has a third act, the hardest part, the part we call "The Prestige"." dan inilah yang dilakukan Nolan dalam storyline-nya, ia membaginya menjadi tiga bagian dan meskipun tidak ditampilkan secara jelas namun dapat terlihat bahwa ada perbedaan dalam setiap bagian. Bagian pertama adalah ketika Nolan mengenalkan kepada penonton tentang 'The Pledge' dimana ia menyuguhkan kita hal-hal normal seperti sulap klasik yang dilakukan oleh Angier atau Alfred, lalu bagian kedua adalah 'The Turn' dimana ia mulai membelokkan apa yang kita pikir filmnya akan mengarah ke sebuah direction tapi ternyata bukan itulah inti sebenarnya dan seperti yang dia bilang kita ngga akan menemukan apa kesalahannya karena kita ngga benar-benar melihat, hingga sampai ke bagian ketiga yaitu bagian terakhir atau tersusah yaitu 'The Prestige', ketika ia menampilkan sebuah final yang kita pikir adalah akhir dari segalanya namun ternyata bukan. Ini semua dibungkus dengan sangat strategic dan excellent, serta plus point-nya yang juga memberatkan filmnya dengan menambah sebuah plot-twist luar biasa dan bisa dibilang adalah 'sulap yang menipu kita sendiri'. Lalu, barulah sulap dari filmnya ditutup dengan sebuah ending yang membuat kita bertanya-tanya, "Apakah sulapnya telah berakhir? Lalu, manakah sulap yang sebenarnya?". Plot twist disini merupakan salah satu plot-twist terapih yang pernah ada karena tidak hanya unexpected namun juga pengeksekusian yang amat baik. Banyak orang yang berpendapat bahwa selama sebuah plot-twist itu mengejutkan maka itu adalah twist yang bagus namun sebetulnya twist yang sukses adalah yang mengejutkan namun juga relevant kepada plot-nya, tidak hanya sekedar ingin mengejutkan, namun harus masuk akal. Bahkan tidak perlu mengejutkan, selama masuk akal pun akan jauh lebih bagus. Filmnya bukan hanya menyulap kita menggunakan trik sulapnya namun kita pun disulap oleh filmnya, dan inilah yang menyebabkan The Prestige menjadi salah satu film yang masih dibicarakan bahkan sampai sekarang. Beliau memanipulasinya menggunakan narasi non-linear, mencampurkan beberapa timeframe serta berbagai perspektif agar dapat mendapatkan sensasi misterius itu sendiri. Pikirkan setiap kata yang keluar dari mulut para pemeran, bisa jadi itu adalah kunci untuk membuka 'magic trick' yang disembunyikan oleh Nolan, karena memang beliau menaruhnya bukan hanya dalam visual, namun juga narasi, dialog, bahkan hingga ke art-direction-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Movie Reviews
DiversosBuku ini berisi ulasan-ulasan saya mengenai film yang sudah pernah saya tonton sebelumnya. Seluruh tulisan dan resensi 100% murni alias jujur di setiap tanggapan, dan semuanya berdasarkan opini saya sendiri. Selain resensi, terdapat bagian-bagian la...