Author POV
Azka menyimpan ponselnya ke dalam saku celana jeans hitamnya.
Ini adalah minggu kedua dimana Azka harus membicarakan tentang perjodohan itu. Dan kali ini Azka akan dipertemukan langsung dengan calonnya, karena pertemuan tersebut diadakan dirumah pihak cewek.
Azka duduk membungkuk sembari menumpukan dagunya dengan tangan kanannya. Azka menunggu mobil sang ayah yang akan menjemputnya langsung di halte. Tidak terlalu sepi, ada beberapa pengendara baik itu mobil ataupun motor yang masih berlalu lalang dijam delapan malam ini.
Sebenarnya untuk berkali-kali izin keluar dari asrama apalagi saat malam hari, Azka benar-benar segan dengan pihak sekolah dan juga teman-temannya yang lain. Karena untuk bepergian keluar itu bukanlah sembarang, ada waktu-waktu yang sudah ditentukan. Meski alasan Azka untuk keluar merupakan alasan yang kuat, tapi tetap saja Azka merasa tidak enak.
Entah kenapa hatinya merasa tidak tenang sejak tadi. Bukan karena ia sendirian si halte dan takut akan makhluk-makhlum tak kasat mata, atau malah takut diculik. Azka memang bukan anak gadis perawan, tapi kalau ia diculik pun Azka tak merasa keberatan karena ia juga sudah lelah dengan kehidupannya yang penuh penderitaan tanpa ada ujungnya.
Harapan Azka pada perjodohan ini sangat besar. Ia selalu berharap kalau calonnya nanti bisa membuat kebahagiaannya kembali, bisa membuat kehidupannya yanh pudar jadi lebih berwarna. Menyelamatkan dunia kecilnya yang telah lama hancur.
Sekitar hampir tiga puluh menit Azka melamun ditempat ini, akhirnya mobil hitam yang ia tunggu-tunggu telah tiba dihadapannya sekarang.
Azka langsung bangkit dan masuk kedalam tanpa berpikir panjang.
"Nunggu lama ya Den?" Tanya pak supirnya.
"Lama pak, tapi saya gapapa"
"Maaf ya Den"
"Iya pak, santai aja"
Azka menatap kosong keluar jendela mobil, beberapa gedung yang ia lewati serasa hanyalah bayangan karena pikirannya sudah dipenuhi dengan berbagai masalah yang selalu saja mengganggu.
Mobil ini berbelok pada perumahan-perumahan sederhana, bukankah ini rumah dinas angkatan udara?
Jadi calonnya adalah anak seorang tentara?
Mereka akhirnya sampai didepan rumah dari pihak cewek. Tanpa berpikir panjang atau berkata apa-apa, Azka langsung turun dari mobil dan masuk ke halaman rumah.
"Assalamualaikum"
Kedua orangtuanya, orangtua sang gadis, dan juga seorang nenek menoleh kearah Azka.
"Waalaikumsalam, mari masuk Zka"
Azka mengangguk dan masuk ke dalam rumah, ia segera duduk tepat disamping sang bunda.
"Akhirnya kamu datang juga, ayah udah dari tadi nungguin"
Azka tersenyum penuh paksaan, tentu saja ayahnya tidak sabar, ia ingin segera melepas keberadaan Azka dalam keluarganya.
"Maaf ya, daerah sini emang kadang macet panjang"
"Engga kok tante, tadi ga terlalu macet"
"Diminum dulu airnya"
Azka mengangguki tawaran ayah dari pihak cewek, ah, Azka sendiri belum mengenal nama mereka.
Azka menundukkan kepalanya, dirinya sudah sangat penasaran dengan calonnya.
Azka sendiri tidak peduli apakah gadis itu cantik ataupun tidak, yang penting hatinya benar-benar baik dan bisa menghibur dirinya.Tapi, jika dilihat dari wajah ayah dan bundanya, mereka perpaduan yang sempurna.
"Ayah, bunda"
Suara indah dari seorang gadis terdengar di indra pendengaran Azka. Pria itu langsung mendongak dan melihat kearah gadis itu.
Entah apa yang menguasai diri Azka malam ini, ia spontan berdiri, matanya terbelalak lebar saat melihat gadis itu.
"Kamu pasti kagum ya sama kecantikan gadis ini?"
Bahkan pertanyaan dari ayahnya sendiripun tak masuk kedalam otaknya. Azka benar-benar tidak menyangka semua ini bisa terjadi.
Azka menggeleng, dirinya mundur beberapa langkah menjauhi perkumpulan keluarga itu. Perilaku anehnya membuat semua orang yang ada disana menatapnya aneh dan bingung.
"Azka? Kamu kenapa?"
Azka menatap bundanya tidak menyangka.
"Engga bun, Azka ga bisa, maafin Azka"
Azka langsung berlari keluar rumah saat itu juga. Ia tidak mempedulikan ayah dan bundanya yang sudah memanggilnya berkali-kali.
"Gak! Gue gak akan pernah nerima perjodohan ini"
⋇⋆✦⋆⋇
Azka berjalan menuju ke kelasnya dengan langkah tidak semangat. Dirinya masih memikirkan kejadian semalam, kejadian yang seharusnya tak akan pernah ia alami, tapi semesta melakukannya.
Sekarang Azka harus apa? Azka tidak pernah diizinkan untuk bisa bahagia walau hanya sedikit saja. Setiap Azka menaruh harapan lebih, Azka selalu saja dijatuhkan begitu saja oleh sebuah kenyataan pahit.
Azka lelah dengan hidupnya yang penuh dengan tanda tanya, penderitaan, dan kesulitan yang terlalu berlebihan. Bagaimana cara Azka mengakhiri semua derita yang ia alami?
Apa Azka memang tidak akan pernah bahagia? Azka menyerah.
(( Tingg' ))
Suara notifikasi dari ponselnya membuat ia kembali pada kehidupan nyata.
+628-xxx-xxxx-xxxx
Maaf atas semua kesalahpahaman.
Aku bakal jelasin semuanya secara langsung.Tasya POV
Aku memutuskan untuk kembali ke kelas setelah mencari udara segar. Rasanya sudah cukup menenangkan dengan hembusan angin sepoi-sepoi yang menyusup kulitku.
Mood ku sudah benar-benar hancur karena kejadian semalam. Kejadian yang sama sekali tak pernah aku inginkan terjadi.
"Lo murung terus, kenapa sih?"
Aku menggeleng, malas rasanya ingin membuka mulut.
Saat badmood seperti ini, lebih bagusnya adalah bersantai-santai dikamar. Dan aku menginginkan itu.
.
.
.
Tbc ✿
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA [ #1 PWR Series ]
Teen Fiction[ Selesai Revisi ] Angkasa Alandra Prawira, pria jangkung berkulit putih dengan sifat kalem. Menjabat sebagai ketua OSIS dan berposisi penting dalam tim basket membuat namanya melejit hebat. Pandai dalam hal akademik dan non-akademik membuat dirinya...