Author POV
Kebiasaan Angkasa pada saat jam istirahat itu hanya berdiri memandang pemandangan dari balik pagar pembatas dirooftop. Memikirkan segala hal yang membuat dirinya tak pernah merasakan ketenangan. Tapi, kali ini berbeda, Angkasa merasa ada sesuatu yang berbeda darinya saat berada didekat Tasya. Entah ada perasaan apa itu, tapi, Angkasa merasa sesuatu telah bergejolak dalam hatinya, apalagi saat dimana Tasya menyebut 'sayang' kepadanya. Angkasa tahu betul maksud Tasya menyebutnya seperti itu karena berniat untuk bercanda, tidak lebih maupun kurang, tapi, kenapa Angkasa merasa senang, mungkin?
Angkasa akui bahwa Tasya adalah seorang gadis yang hadir dalam kehidupannya hanya untuk mengganggu ketenangannya. Selama ini, ada berapa wanita yang berani mengganggunya? Tidak ada, bahkan Viona yang terkenal sangat bar-bar disekolah inipun tentu saja tidak berani. Tapi, apa Tasya benar-benar tidak takut padanya? Bukannya Angkasa merasa dirinya menakutkan, tapi, biasanya orang yang dingin itu sangat jarang ada cewek yang berani. Tasya itu sebaliknya, dia sama sekali tak merasakan apa yang cewek lain rasakan, ia bahkan selalu mengganggu hidup Angkasa, kapanpun dan dimanapun.
Tetapi, meski begitu, Angkasa merasa dirinya senang jika diganggu oleh Tasya. Tasya membawa keceriaan dalam hidupnya. Selama berada didekat Tasya, ia merasa nyaman, apalagi saat mereka sedang bertengkar, itu membuat Angkasa sadar bahwa menjadi orang yang sedikit terbuka tidaklah seburuk itu.
Memikirkan Tasya, membuat sudut bibirnya terangkat, menciptakan sebuah senyuman tipis. Disebut apa perasaan seperti ini?
Tasya POV
Demi apapun, aku masih dibuat bingung dengan ucapan tante Novi kapan hari padaku. Menjadi sumber kebahagiaan kak Angkasa nantinya? Kenapa harus aku? Jelas-jelas aku dan dia tidak pernah akur, bahkan berada didekatnya pun aku merasa seperti musuh bebuyutannya, dikit-dikit dimarahin, dikit-dikit dijelek-jelekin, ya mungkin dia seperti itupun karena aku yang terlalu jahil ya? Iya sih, wajar saja dia seperti itu, soalnya aku sering memancing emosinya, itu kulakukan karena melihat ia yang marah-marah seperti itu terlihat lucu, bahkan kurasa itu menjadi penaik mood terbaik bagiku. Iya, aku tau itu jahat.
Tapi, aku itu tidak cocok untuk menjadi sumber kebahagiaannya, lebih cocok jadi sumber keemosiannya. Iya, itu lebih menyenangkan, dan menegangkan.
"Tasya!"
Aku menoleh kearah ujung koridor disisi kanan, Widya dengan segala kehebohannya sedang berlari kearahku. Mendengus adalah hal yang aku lakukan saat ini. Dia itu menyebalkan, dan bisanya hanya menyusahkan orang-orang.
"Apa sih? Ganggu aja"
Widya menetralkan nafasnya yang terengah-engah. Setelah ia sudah bernafas beraturan barulah ia menatapku seperti tatapan penuh harapan. Aku sih sudah hafal dengan tatapannya yang seperti itu.
"Sya, kamu kan deket sama kak Angkasa, berarti kamu juga deket sama temennya, kan?"
"Jadi?"
"Bantuin aku dong, ini aku disuruh sama bu Ratna buat kembaliin bukunya kak Azka"
"Minta bantuan sama polisi noh, atau minta ama Shania gih, kan dia deket sama kak Gilang, kak Gilang itu temennya kak Azka"
"Tapi, Shania ga deket sama kak Azka"
"Aku juga ga deket sama kak Azka"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA [ #1 PWR Series ]
Fiksi Remaja[ Selesai Revisi ] Angkasa Alandra Prawira, pria jangkung berkulit putih dengan sifat kalem. Menjabat sebagai ketua OSIS dan berposisi penting dalam tim basket membuat namanya melejit hebat. Pandai dalam hal akademik dan non-akademik membuat dirinya...