Angkasa - Part 36 : Tega?

1K 63 0
                                    

Setelah selesai berpakaian rapi, aku memakai kembali kalung pemberian Angkasa lima hari yang lalu. Setiap harinya, Angkasa selalu mengecek leherku dan mewanti-wanti agar aku memakainya setiap hari. Kalaupun dilepas sebentar, jangan lupa untuk memakainya kembali.

Aku sih tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, aku menyukai kalung elegan ini, dan memakai hadiah pemberian dari seseorang yang teramat kita cintai itu memiliki kebahagiaan tersendiri didalam hati. Dan aku merasakan itu disetiap harinya.

Jam enam kurang sepuluh menit, aku dan Shania memutuskan untuk meninggalkan kamar dan berjalan kearah lapangan untuk berbaris terlebih dahulu. Itu memang sudah biasa dilakukan sebelum sarapan pagi, tujuannya adalah agar saat memasuki ruang makan tidak dorong-dorongan dan berdesak-desakan. Semua siswa dan siswi yang ada disini harus disiplin, dilarang keras untuk telat, bolos, tidak selesai mengerjakan tugas, dan berbagai macam lainnya. Itu sebabnya yang ingin bersekolah disini hanyalah anak-anak teladan, manusia seperti kak Rico, kak Viona, dan kawan-kawan saja yang sama sekali tidak ku mengerti mengapa mereka jadi lain sendiri.

Saat aku bertanya kepada Angkasa mengapa mereka punya sifat seperti itu dan berminat disekolah yang jelas-jelas peraturannya sangat ketat, Angkasa bilang kalau dulu mereka tidaklah senakal itu, kalaupun nakal mereka masih mencari jalan aman. Diam-diam contohnya, dan berhati-hati, kenakalan mereka tidaklah sebar-bar murid diluar sana. Mereka pintar, hanya saja, keserakahan mereka membuat mereka berubah menjadi seperti sekarang ini.

Kak Rico yang iri pada Angkasa karena Angkasa menjabat sebagai ketos, sementara untuk menjadi salah satu anggota OSIS saja kak Rico gagal. Dan kak Viona yang menjadi brutal setelah ia terobsesi dengan Angkasa. Kala itu, sebelum aku datang, banyak para cewek yang berusaha modus pada Angkasa dan kak Viona berusaha untuk menjauhkan Angkasa dari cewek-cewek itu. Itulah awal mula Viona bertingkah layaknya murid yang tidak dididik dengan baik.

Sudahlah, lupakan saja tentang manusia-manusia itu.

Kami sudah diperbolehkan masuk ke ruang makan dan mengambil makanannya masing-masing secara berurutan.

Aku, Shania, Claudia, dan Dina memutuskan untuk duduk didekat jendela.

"Sya, gimana tentang kak Azka?"

Aku melirik sebentar kepada Shania yang berada dihadapanku. Sejujurnya untuk membahas hal itu pagi-pagi aku sungguh malas dan memang sedang ingin berusaha untuk melupakan masalah itu.

"A-aku... Aku harus terima, Shan"

Shania menatapku dengan tatapan yang tak dapat terdefenisikan,

"Maaf, ga seharusnya gue nanyain itu"

Aku berusaha sebaik mungkin untuk terus tersenyum, tak ingin mereka semua melihatku sedih seperti ini.

"Kok gue jadi pengen nyanyi pelan-pelan saja dari kotak ya?"

Aku melirik Claudia sebentar kemudian kembali fokus pada makananku,

"Nyanyi aja Clau, tapi jangan sekarang, entar dimarahin"

"Ya iyalah, bisa-bisa gue diusir"

Kami berempat tertawa.

⋇⋆✦⋆⋇

Author POV

Angkasa berjalan dengan langkah santai sembari tangannya memainkan pulpen hitam miliknya. Barusan saja ia keluar dari ruangan kebesarannya, ruang OSIS, sebenarnya Angkasa sering ke ruangan OSIS meski sedang tidak ada rapat maupun kegiatan. Ia menyukai ruangan itu karena ketenangannya, jarang ada murid yang melewati ruangan ini, dan pastinya sangat nyaman jika berleha-leha saat sedang malah untuk kemana-mana diwaktu istirahat.

Setiap Angkasa berjalan menyusuri koridor didekat perpustakaan, adik-adik kelas selalu saja memandangnya dari ujung ke ujung. Angkasa sendiri heran dengan mereka yang memandang dirinya sampai segitunya, bukankah masih banyak lagi siswa yang tampan disini selain Angkasa?

Kalau boleh jujur, sebenarnya Angkasa risih dengan berbagai pandangan takjub terlebih lagi jika yang memandangnya itu kaum wanita. Angkasa juga manusia biasa yang memiliki rasa gugup, meski kelihatan diluar dia seperti biasa-biasa saja padahal dirinya tetap saja was-was.

Banyak juga gadis-gadis itu memotret dirinya secara diam-diam, Angkasa mengetahui itu, namun untuk dilarang pun rasanya percuma saja karena mereka tetap akan melakukannya disaat Angkasa lengah.

Apalagi dengan posisinya disini sebagai pacar Tasya, Angkasa takut jika Tasya salah paham padanya karena banyak siswi-siswi yang mendekatinya meskipun Tasya sendiri juga tidak keberatan dan memaklumi perbuatan mereka pada kekasihnya itu, tapi tetap saja Angkasa masih merasa tidak enakan pada Tasya.

Berjarak beberapa meter dari kelasnya, Angkasa sudah mendengar teriakan jantan Gilang dari dalam, tak lupa dengan pukulan pada meja yang membuat Angkasa geleng-geleng kepala.

Saat Angkasa hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, ia tiba-tiba berhenti saat mendengar mereka berdua menyebut nama Tasya.

"Jadi lo semalam kerumah neneknya Tasya lagi?" Itu suara Gilang.

"Iya"

"Lo terima perjodohan itu?"

Angkasa kaget saat mendengar rencana perjodohan yang barusan Gilang sebutkan tadi.

"Iyalah, kenapa harus nolak? Ini demi masa depan gue"

"Wah parah lo, Zka"

Angkasa terbelalak, dirinya sama sekali tidak mengerti situasi yang sedang terjadi. Apa Azka dan Tasya dijodohkan? Kenapa Tasya sama sekali tidak mengatakannya pada Angkasa? Mereka merencanakan ini secara diam-diam?

"Setega itu Acha?"

.

.

.

Tbc

ANGKASA [ #1 PWR Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang