Angkasa - Part 41 : Hancur

1.1K 62 0
                                    

Perpustakaan itu adalah satu-satunya yang menjadi tempat favoritku selain kantin dan lab IPA. Alasannya adalah membaca buku-buku seperti novel, sejarah, filosofi, dan lainnya membuat aku bisa melupakan setiap masalah yang ku punya. Ditambah lagi suasana perpustakaan itu benar-benar tenang, meskipun ramai sekalipun rasanya kita hanya sendirian disini sangking senyapnya. Tapi, ada satu hal yang tidak enak jika sedang berada di perpustakaan, yaitu, kita jadi bisa mendengar orang-orang sedang membicarakan kita diam-diam, seperti sekarang ini. Hey, telingaku itu tajam, mereka sedang membicarakan aku sekarang, bahkan yang tidak-tidak.

Ah sudahlah, itu urusan mereka. Lagipula, aku bisa mendapatkan pahala dari gibahan mereka. Lumayan.

Aku bangkit dari bangku untuk kembali mencari buku yang lain. Satu-persatu aku telusuri, mataku terus fokus pada rak-rak itu dan pada akhirnya aku menubruk seseorang di depanku.

"Eh maafin aku"

Aku mendongak untuk melihat siapa orang yang sudah bertubrukan denganku. Aku cengo seketika saat melihat Angkasa berada dihadapanku dan menatapku kesal.

"Lo kalo jalan pake mata"

"I-iya maaf"

Aku hendak pergi dari sana tapi mataku menangkap buku filosofi yang sejak kemarin aku cari. Ah, inikan rak bagian filosofi, pasti itu alasannya Angkasa berada disini.

Aku berusaha untuk mengambil buku itu. Ah sial, tempatnya terlalu tinggi untuk bisa aku gapai. Angkasa disampingku hanya diam dan tetap fokus membaca buku yang berada ditangannya sembari menyenderkan tubuhnya ke rak besar itu.

"Angkasa, b-bisa bantu aku ga?"

"Ga"

Aku mengerucutkan bibirku, tubuhku melemas begitu saja ketika mendengar jawaban singkat dan jelas yang keluar dari mulut Angkasa.

"Jahat banget sih" Ucapku pelan namun tak sengaja didengar oleh Angkasa, hingga membuat pria itu menatapku sebentar kemudian kembali fokus membaca.

Aku kembali berusaha untuk mengambil buku itu. Sudah tergapai namun masih belum sepenuhnya, dengan jari telunjuk dan tengahku, aku berusaha untuk mengeluarkan buku itu dari tempat persembunyiannya.

Saat sudah setengah keluar, buku itu terjatuh.

"Acha!" "Tasya!"

Angkasa ingin menarik lenganku namun sudah keduluan Azka, hingga sekarang aku berada di dalam dekapan Azka, aku yang shock dan tidak tau apa-apa itu hanya bisa menenggelamkan wajahku pada dada bidang Azka.

Aku mendongak dan tersadar, Angkasa berada disini! Akupun melepaskan dekapan Azka dan menjauh beberapa langkah. Aku membalikkan tubuhku dan melihat Angkasa yang menatap kami dengan tatapan mengerikan, tangannya terkepal.

Aku mendekat dan meraih lengannya,

"A-angkasa"

Angkasa menepis kasar tanganku hingga terbentur rak buku,

"Jangan sentuh gue, lo ga liat ada calon suami lo disini?"

"Sa, lo udah nyakitin Tasya"

"Lo pikir gue peduli? Urusin aja jodoh terpaksa lo"

Aku terdiam ditengah-tengah pertengkaran mereka, aku merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan mereka.

"Angkasa lo--"

"Atau mungkin, jalang lo?"

Plakkk...

Aku membelalakkan mataku lebar-lebar saat tanganku secara spontan menampar pipi kiri Angkasa, sementara Angkasa menatap kearah lain dan tak menyangka dengan apa yang sudah aku lakukan.

Aku mengepal tangan kananku dan menurunkannya. Aku sudah pasti akan mengutuk tanganku sendiri karena sudah melakukan hal seburuk itu pada Angkasa.

Tapi, kata 'jalang' yang keluar begitu saja dari mulutnya membuat hatiku sangat sakit hingga aku tak sadar telah menamparnya. Aku benar-benar tidak menyangka ia bisa berkata seperti itu padaku. Hatiku tak sanggup menerima ini semua.

Aku menunduk sedalam-dalamnya dan mulai menangis. Berusaha untuk menangis dalam diam, itu sulit bagiku.

"Sya, kita pergi aja dari sini ya?"

Aku masih diam dan menunduk, tangisanku masih belum mereda dan bahkan terus terisak.

Azka membawa ku ke dalam dekapannya dan membawaku menjauh dari Angkasa. Aku pasrah dengan keadaan, aku sudah tidak sanggup berada di dekat Angkasa lagi.

"Acha"

Panggilan Angkasa itu sudah tidak berarti lagi untukku. Maaf, namun aku sudah benar-benar muak dengan segalanya.

Author POV

Angkasa benar-benar merasa sakit saat ia harus mengatakan kata yang tidak sepantasnya untuk Acha. Berat baginya untuk menerima ini semua. Tamparan itu memang pantas untuk seorang bejat seperti dirinya.

(( Tingg' ))

Angkasa dengan niat tak niat melihat ponselnya.

+628-xxxx-xxxx
Gue Rico. Ini masih belum berakhir
Angkasa, lo liat aja nanti. Gadis
kesayangan lo itu bakal gue buat menderita.

Angkasa mengeraskan rahangnya, menahan emosi agar ia tidak melakukan hal yang tidak-tidak nantinya.

"Gue ga akan biarin lo nyakitin Acha gue."

.

.

.

Tbc


ANGKASA [ #1 PWR Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang