Enam belas tahun sudah lewat. Sudah seminggu lamanya mereka pindah ke Jakarta karena Angkasa harus pindah pekerjaan. Angkasa harus mempertahankan bisnis papanya yang sudah lama berjalan, dirinya dimintai untuk menggantikan bos mereka yang semena-mena dengan pekerjaannya, itu sebabnya Angkasa terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang dokter psikolog di Los Angeles beralih menjadi CEO besar diperusahaan papa.
Beruntung sekali karena dua anaknya Axelle dan Anasya bisa mengerti.
Lagipula, dua kakak beradik itu juga ingin mencoba hidup di Indonesia.
Axelle sekarang sudah duduk dibangku SMA kelas sepuluh, dirinya bersekolah di SMA Garda Dharmawangsa yang berbasis internasional tersebut, sementara Anasya duduk dibangku SMP tepatnya di SMP Harapan Nusantara.
Anasya dan Axelle yang terpaut usia dua tahun itu membuat mereka terus bertengkar untuk hal yang sepele sekalipun. Meskipun begitu, rasa sayang seorang Axelle kepada sang adik begitu besar.
Kini mereka berempat tengah sarapan bersama di meja makan.
Angkasa tidak bisa berlama-lama karena ia harus berangkat terlebih dahulu. Karena Anasya ikut dengan sang papa, jadilah ia juga ikutan bersiap-siap memakai sepatu sedangkan Axelle yang jam masuk sekolahnya masih ada waktu sepuluh menit lagi, tengah menyantap roti selai itu dengan santai.
"Sayang, aku berangkat ya"
Acha bangkit dari duduknya dan memberikan salam pada suaminya.
"Iya"
Axelle turut bangkit dan memberikan salam juga pada sang papa.
"Papa gamau ya dapat surat panggilan dari pihak sekolahmu lagi, Xell"
"Iya pa"
Angkasa mengacak rambut putranya itu, hal tersebut membuat Axelle sedikit kesal dengan kelakuan jahil papanya.
Anasya berlari memeluk lengan papanya, bergelendotan manja, padahal umurnya sudah empat belas tahun sekarang.
"Dah mamah! Dah Axelle jelek!"
Axelle hanya berdeham, dirinya tak tertarik untuk membalas ejekan adiknya barusan.
Setelah kepergian dua orang itu, Acha langsung membereskan kembali meja makannya.
"Axelle bantuin ma"
"Iya"
Selagi Axelle membantunya mengangkat piring-piring kotor itu ke westafel, Acha menyuci piring.
"Xell, kamu udah punya pacar belum?"
"Aku masih kelas sepuluh ma"
"Emangnya kenapa? Dulu mama pacaran sama papa kamu pas masih kelas sepuluh tuh"
Axelle tersenyum tipis,"tapi posisinya saat itu papa udah kelas dua belas"
"Iya sih, ya intinya kalo kamu udah punya pacar, jangan lupa bawa ke rumah ya?"
"Iya, udah ya ma Axelle mau berangkat"
"Oke"
Axelle keluar dari dapur dan menuju ke ruang tamu untuk memakai sepatu. Acha pun turut ikut untuk memantau putranya.
Axelle bangkit setelah memakai sepatunya dan memberikan salam pada sang mama, kemudian ia berjalan keluar rumah dan naik ke motornya.
"Axelle berangkat, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, hati-hati!"
⋇⋆✦⋆⋇
Axelle masuk kedalam kelas yang sudah lunayan ramai dengan anak-anak kelasnya. Ia menaruh tas abu rokoknya dan segera duduk.
Setiap baru datang, Axelle selalu memeriksa lacinya, ada stik coklat biskuit dan susu sapi dengan pengirim yang sama.
Gadis itu benar-benar tak pernah menyerah untuk mendapatkan hatinya, padahal Axelle sendiri sudah berlagak layaknya menolak dirinya mentah-mentah, tapi gadis itu tak mempedulikan perilaku Axelle yang dingin padanya.
Meskipun makanan dan minuman itu dikirimkan oleh seseorang yang ia tak suka, tapi ia tetap menyantapnya sebagai bentuk menghargai.
(( Tingg' ))
Notifikasi pada ponselnya mengalihkan pandangannya pada benda pipih yang ia taruh dilaci barusan.
Cewe sialan
Dimakan ya mas Axelleku😘Axelle berdecak kesal. Kapan cewek ini akan menyerah untuk mendapatkannya? Entahlah, sepertinya akan mustahil.
"Gue cuma berharap lo biarin gue bebas."
.
.
.
Berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA [ #1 PWR Series ]
Fiksi Remaja[ Selesai Revisi ] Angkasa Alandra Prawira, pria jangkung berkulit putih dengan sifat kalem. Menjabat sebagai ketua OSIS dan berposisi penting dalam tim basket membuat namanya melejit hebat. Pandai dalam hal akademik dan non-akademik membuat dirinya...