Bisnis

195 23 2
                                    

"Nih pesenan lo" Yamada meletakkan sepiring kentang goreng di meja Keito.

"Lho? Why you yang nganterin?" tanya Keito dengan logat jakselnya.

"Pegawai gue lagi sibuk semua. Btw, lo udah tau anak yang ngekos di tempat pak lurah?" Tanya Yamada seraya duduk di lantai—eh, kursi kosong di depan Keito.

"Ye... bilang aja lo mau gossiping. Udah kenalan gue. Anaknya ramah gitu" jawab Keito sambil menelan kentang gorengnya.

"Katanya dia jadi pria idaman komplek. Emang seganteng itu apa? Masa Chinen ikut-ikutan heboh tentang dia" Nyinyir yamada sambil menikmati kentang goreng Keito juga.

"Ya... di atas rata-rata sih. Moreover, he's tall" Keito menekankan kata 'tall' sambil menatap Yamada.

"Lo nyindir gue?" Yamada memicingkan mata kucing—eh, matanya.

"Nggak... btw, gue lagi nyari bisnis nih. Lo ada ide gak?" Keito mengalihkan pembicaraan.

"Yang pasti jangan cafe sama toserba. Bisa dihajar si Takaki lo nanti" Yamada tidak bisa berhenti mencomoti kentang goreng Keito.

"Iya. Nyeremin sih that guy" Keito bergidik ngeri membayangkan Takaki mengejarnya sambil membawa kapak khas geng kapak.

"Kenapa gak buat les bahasa inggris aja? Khan lo pinter bahasa inggris" usul Yamada sambil terus menyomoti kentang goreng Keito.

"Gue gak pinter teaching. Terus harus nyari and gaji orang juga. Entar gak balance pemasukan sama pengeluaran kalo studentnya masih dikit"

"Namanya bisnis. Gue juga awalnya gitu" Yamada mendengarkan Keito, dan mulutnya pun terus mengunyah kentang goreng.

"Apa gue jadi bank berjalan aja?"

"Hah? Apaan tuh?" Untuk seper sekian detik Yamada berhenti, dan lanjut mencomoti kentang goreng.

"Orang bisa nabung sama gue terus kalo mau transfer, gue yang transferin. Kalo minjem gue kasih bunga" ucap Keito sambil menaik turunkan alisnya

"Yeu... itu riba namanya" Yamada melempar tisu ke muka Keito

"Loh? Kok kentang gue abis?! Lo abisin ya?!" seru Keito saat sadar hanya remah-remah yang tersisa di piringnya.

"Ng-nggak... gue gak ngabisin" Yamada langsung lari ke dapur sebelum gorilla mengamuk.

"Gak mau tau! Pokoknya gue cuma mau bayar setengah!" terlambat, Gorila—maksudnya Keito sudah mengamuk melemparkan piring ke segala arah dan memukul-mukul dadanya.

Komplek HebringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang