Bingung

200 28 12
                                    

Inoo berjalan kesana kemari. Tiba-tiba saja ia halangan lebih cepat dari tanggalnya dan persediaannya sudah habis. Mana ia sendiri di rumah karena ibunya sedang pergi arisan dengan teman-temannya. Tiba-tiba ia ingat satu orang yang bisa dimintai tolong. Ia langsung mengambil Hpnya dan menelfon orang tersebut.

"Akang gendang~ Maksudnya Akang Yuto?" ucap Inoo saat Yuto mengangkat telfonnya.

"Iya? Kenapa Neng sayang?" tanya Yuto sok manis.

"Itu... Akang sibuk gak?"

"Nggak juga, Ini baru mau keluar nyari makan siang. Kenapa?"

"Ehm... mau makan siang di rumah Neng gak? Kebetulan Mama lagi gak ada di rumah" ajak Inoo.

"Wah! Boleh banget Neng! Akang meluncur ke sana ya!" Yuto langsung berdiri dan merapikan barang-barangnya.

"Tunggu Kang!" seru Inoo dari balik telfon.

"Lho? Kenapa?" tanya Yuto heran.

"Neng boleh minta tolong gak?" pinta Inoo dengan nada memelas.

"Minta tolong apa aja boleh Neng. Gak usah ditanya. Langsung bilang aja. Semua bakal Akang jabanin" ucap Yuto penuh percaya diri,

"Ehm... tolong beliin Neng pembalut..."

~

Demi sang kekasih tercinta, Yuto pun mampir ke toserba Takaki sebelum ke rumah Inoo. Ia langsung menanyakan ke pegawai toserba dimana bagian pembalut. Sebenarnya Yuto agak malu menanyakannya tapi apa boleh buat. Daripada Inoo ngambek gara-gara gak dibeliin pembalut.

"Ehm... yang mana ya?" gumam Yuto saat melihat puluhan jenis pembalut yang tersusun rapi di rak.

"Ini sama ini apa bedanya?" gumam Yuto saat mengambil pembalut berwarna pink dan hitam.

"Lagi dapet, Yut?"

"Iya, ini—Astaghfirullah! Takaki!" Yuto mengelus dadanya saat melihat kemunculan Takaki.

"Emang gue Takaki. Ngapain lo megang-megang pembalut? Jangan bilang fetish lo ini. Emang aneh-aneh aja fetish orang sekarang" Takaki menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Enak aja! Neng Inoo minta tolong gue beliin! Sekalian makan siang di rumahnya. Katanya Mamanya lagi gak di rumah" kata Yuto panjang lebar.

"Wow... jadi berdua aja kalian di rumah dia?" Takaki tersenyum nakal,

"Iya dong" Yuto tersenyum menggoyang-goyangkan alisnya.

"Heh! Bantuin dulu milih ini!" Yuto menggeplak kepala Takaki dengan pembalut.

"Pilih aja satu. Ribet amat"

"Tapi ini beda-beda! Ini pake sayap, ini nggak. Ini buat malem, ini buat sehari-hari. Ada yang panjangnya 40 senti lagi!" gerutu Yuto.

"Lebih panjang dari punya lo ya" sahut Takaki.

"Iy—" Yuto langsung memicingkan matanya ke Takaki.

"Heh! Cowok-cowok mesum! Ngapain kalian ngumpul di tempat pembalut cewek?!" seru Chinen yang menghampiri mereka dengan keranjang belanjanya.

"Chinen! Pas banget lo dateng! Ini gue harus beli yang mana?" tanya Yuto heboh.

"Belum pernah beli?" tanya Chinen balik.

"Iya. Baru pertama kali" Yuto mengangguk

"Lama juga ya umur 27 baru halangan" gumam Chinen.

"Bukan gue! Buat Neng Inoo!" seru Yuto kesal.

"Oh... bilang dong. Yang 2 ini aja" Chinen menyerahkan 2 pembalut dengan bungkus berbeda ke Yuto.

"Kenapa beli 2?" tanya Yuto.

"Satu buat pagi-siang, satu lagi buat malem" jelas Chinen.

"Kalo yang ini buat apa?" tanya Takaki menunjukkan bungkus yang lebih kecil.

"Itu pantyliner. Biasanya buat cowok yang gampang tegang kalo liat cewek" jawab Chinen spontan.

"Serius?" Takaki memasang tampang bodohnya.

"Ya nggaklah bego. Udah ah, gue mau bayar" Chinen pun langsung berjalan ke kasir setelah mengambil pembalut.

"Itu cewek serem ya"

"Iya. Heran Yamada suka banget sama dia"

"Yamada khan bucin" ucap Takaki.

"Kayak lo nggak aja" sahut Yuto.

"Bucin ngomong bucin" ucap Takaki ngegas.

~

Di rumah Inoo...

"Akang baik banget beliinnya 2" ucap Inoo seraya menyajikan masakannya.

"Khan sekalian, Neng. Masa cuma 1" Yuto tersenyum bangga.

"Akang emang calon suami yang pas buat Neng" ucap Inoo lalu memeluk leher Yuto.

"Iya dong. Mana ada yang bisa ngalahin Akang~" sahut Yuto sambil mengelus-elus rambut pirang Inoo.

Komplek HebringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang