Tumpangan

327 31 5
                                    

"Aduh~ panasnya~ panas-panas gini enaknya minum es di cafenya yamada" Hikaru mengipas wajahnya dengan centil sambil membenarkan sanggulnya. Saat ia sedang berjalan menuju cafe Yamada yang berada di ruko komplek, ada brondong—eh, pria bermotor tanpa helm melewatinya. 

"Heh! Mas toserba!" teriak Hikaru ngegas. Pria brondong—eh, bermotor itu pun menghentikan laju motornya. 

"Takaki!" serunya gak kalah ngegas. Hikaru berlari centil untuk menghampiri pria tersebut. 

"Eh, numpang ya ke cafenya Yamada. Khan sebelahan sama toserba lo" lanjut Hikaru dengan nafas ngos-ngosan. 

"Udah tua sok pake lo-gue" Takaki memutar bola matanya dan langsung digeplak dengan sanggul oleh Hikaru. 

"Enak aja! Gue masih muda ya! Btw, lo tau anak baru di barisan belakang?" Hikaru memulai bahan gosipannya. 

"Yang kayak bule itu khan?" ucap Takaki tidak -coret- peduli dengan gosipan. 

"Iya. Kaya banget kayaknya. Masih muda udah beli rumah paling gede di komplek ini. Pasti pake duit ortunya" nyinyir Hikaru, tidak lupa dengan bibirnya yang sedikit -coret-banyak-coret- dimajukan ala mpok Eli Sugigi. 

"Kalo ortunya ngasih kenapa nggak? Lo sendiri udah tua rumah masih gitu-gitu aja" balik nyinyir Takaki. 

"Enak aja. Emang rumah lo segede apa hah?" Hikaru naik pohon—eh, darah. Langsung menantang Takaki gede-gedean rumah. 

"Tante, mas toserba, ngapain ngumpul di tengah jalan gini?" tanya Chinen yang menghentikan perjalanannya menuju kantor karena melihat Tantenya dan Takaki sedang bergosip.

"Eh, Dek Chinen. Ini nenek—eh, tante lo tiba-tiba manggil ngajak gosip" jawab Takaki yang masih nongkrong di motor bebek nya. 

"Enak aja! Lo duluan yang mulai!" seru Hikaru berkacak pinggang. 

"Oh ya, mas bisa anterin aku ke kelurahan? Takutnya kalo jalan kaki telat, waktu istirahatku tinggal 10 menit lagi" pinta Chinen sambil melihat jam tangannya dengan wajah memelas. Siapa yang tahan dengan wajah memelas Chinen, Adek PNS cantik di kelurahan, termasuk Takaki. 

"Boleh. Naik aja. Gak pake helm gak papa ya?" 

"Oke. Nek—eh, Tante, Chinen balik kerja dulu ya." Chinen pun naik dengan anggunnya. 

"Iya sayang. Ati-ati ya. Lo ati-ati bawa keponakan gue" omel Hikaru khas dengan logat ibu-ibu yang kehabisan jatah diskon. 

"Iya cerewet" Takaki memutar bola matanya lalu melajukan motornya. Hikaru melambaikan tangan dengan senyuman sampai ia sadar maksud dia memanggil Takaki tadi.

"Lho? Takaki! Tadi khan lo mau nganter gue! Balik lo sini woy!" seru Hikaru seraya mengejar motor Takaki.

Komplek HebringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang