Nasi Goreng

230 26 7
                                    

Malam-malam, sehabis pulang kerja, di kostan belum tentu ada makanan. Enaknya beli nasi goreng depan komplek.

"Bang! Nasi gorengnya 1, telornya jangan dipisah. Kasian kalo dipisah gak ada temennya"

"Siap mas! Saya aja mas yang nemenin"

"Tanya telornya dulu, mau apa enggak. Hahaha"

Lama menunggu karena antrian yang cukup panjang. Yuto mulai sibuk memperhatikan keadaan sekitar. Gak ada angin, gak ada ujan bidadari dateng dengan suara-suara surga, alias Kei Inoo si kembang komplek juga ikutan beli nasi goreng malem-malem.

"Mas, nasi aking—eh, gorengnya 1 ya" pintanya lembut.

"Oke deh neng"

Memang! Kembang desa dan Kembang komplek beda! Kembang komplek jauh lebih bening dari kembang desa tjuy! Apalagi senyumnya Inoo yang bikin Yuto klepek-klepek.

Sesudah, pesanan mereka dibuatkan dan dibungkus. Yuto pura-pura sok kenal sama Inoo.

"Halo neng, sendirian aja. Diculik loh entar" canda Yuto

"Eh? Enggak kang. Mana ada yang mau nyulik eneng" balas Inoo

"Eneng sendirian aja. Emangnya gak masak dirumah?"

"Iya kang, mama gak masak hari ini. Akang juga gak masak?"

"Yah, akang mah beli kalo lagi pengen aja. Hehe"

"Oh gitu.."

Hening,...

"Oh iya, eneng namanya siapa? Akang Nakajima Yuto"

"Eneng Inoo Kei" senyum sejuta watt Inoo.

Yuto dengan sigap langsung memakai kacamata hitamnya.

"Duh, jadi malu akang sama eneng"

"Malu kenapa kang?"

"Eneng cantik banget sih. Jadi pengen akang nikahin"

"Eh?" Walaupun dalam temaram lampu, wajah inoo yang putih terlihat kemerahan karena gombalan receh Yuto.

Yuto pun makin salah tingkah. Akhirnya mereka pun berjalan dalam diam hingga sampai di pertigaan.

"Neng, akang lewat sini"

"kalo eneng lewat sini"

"Eum... Kalo gitu... dah~"

Inoo mengangguk. "Dah.."

"Ati-ati neng, udah malem"

"Iya, akang juga ati-ati"

"Dah.."

"Dah..."

"Dadah...."

"Dadah....."

"Dadah......"

"Dadah......."

Dengan canggung mereka berpisah di pertigaan. Bukan lautan atau gunung yang memisahkan mereka, namun pertigaan lah yang tega memisahkan mereka. Sedih.

Sepanjang perjalanan, degup jantung Yuto yang tidak beraturan menjadi temannya. Sekejap ia lupa sesuatu.
.
.
.
"Nasi gorengnya udah dibayar apa belum ya?"

Komplek HebringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang