"Kamu udah kenal sama Gael?" Balas Alanna sembari menoleh ke Amara, terlihat jelas raut wajah kaget dari anaknya itu.
"Ihh dia anak baru di sekolah aku" Amara menatap balik maminya.
"Bagus deh kamu udh kenal sama dia, jadi mami gak usah capek-capek kenalin kamu sama Gael" Alanna menaruh handphonenya dan melanjutkan makan malamnya.
"Gael ganteng kan? Kayak papi" Ucap Elvano sembari terkekeh menggoda anak sulungnya.
"Idih, Gael ganteng? Mata papi kemana sih? Kayak curut kecemplung got gitu dibilang ganteng. Buka deh mata papi" Amara berjalan dan kembali duduk di kursinya.
"Heh, kamu gak boleh bilang gitu ke dia. Dia tuh baik loh" Balas Alanna yang membuat selera makan Amara berkurang.
"Idih najis bet. Baik dari mananya, nih ya papi, mami. Amara kasih tau kejelekan dia. Dia tuh sok kegantengan padahal muka kek curut, sok cool. Dia mau jadi permen mentos kali, sok jagoan. Dia kira dia superman apa. Masih banyak lagi kejelekan dia, pokoknya aku gak mau dijodohin sama dia" Amara memukul meja makan agak keras dan menatap sinis kedua orang tuanya.
"Yaudah, kamu ga bakal dapet duit jajan lagi" Alanna berhenti makan dan ia menatap balik anaknya.
"Nah bener tuh" Sambung Elvano sembari mengangguk anggukkan kepalanya.
"Ishh apaan banget sih pi mi. Lagian untungnya kalau Amara sama Gael nikah apa? Ga ada untungnya juga kan?" Amara berusaha mengontrol emosinya ia kembali mengambil garpu dan pisau untuk melanjutkan makan malamnya walaupun kini ia benar benar tidak berselera.
"loh, ada untungnya dong. Papi jadi dapet bantuan buat bangun perusahaan cabang papi di Australia" Ucap Elvano bohong, padahal bukan ini alasan ia menjodohkan anaknya.
"Nah, ntar kalau papi nambah kaya yang enak kita juga kok ra" Alanna menyetujui ucapan suaminya, ia tau apa alasan yang sebenarnya tapi mereka harus terpaksa berbohong agar anaknya menurut dan mau di jodohkan oleh Gael.
"Kok mami sama papi lebih mentingin kekayaan dari pada anak sendiri sih?" Ucapan Amara semakin lama semakin membuat kedua orang tuanya terpojok untuk membalasnya.
"Bukan gitu ra" Alanna menatap manik anaknya sendu, terlihat sudah satu air mata menetes di pipi mulus milik anaknya itu.
"Terus kalau bukan gitu apa? Mami sama papi pengen liat Amara bahagia gitu alesannya?" Amara berusaha menahan isakannya dan membuang muka agar kedua orang tua nya tak dapat melihat air matanya.
"Itu tau" Balas Elvano santai, ia tak peduli dengan semua air mata yang keluar dari manik sang anak.
"Haha lucu. Bahagia karena apa? Karena Amara menikah dengan anak tunggal dari salah satu perusahaan besar di Jakarta? Itu sama sekali ga buat aku bahagia!" Amara terkekeh tak percaya dengan alasan yang keluar dari papinya, ia terus berusaha tidak menangis namun apa daya ia sudah tidak tahan menampung semua air mata ini yang ia tahan dari tadi.
"Amara, denger dulu nak. Coba kamu kenalan dulu sama dia, dia anaknya baik" Balas Alanna lembut ia sebenarnya ingin sekali menghapus air mata milik anaknya.
"Iya. Baik di mata mama tapi busuk di mata aku" Penolakan Amara semakin menjadi, ia terus membalas semua perkataan orang tuanya dengan nada tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
When The Bad Boy Meet Bad Girl ✓
FanfictionStranger into lover? Kata ini persis seperti cerita Amara dan Gael. Amara merupakan perempuan yang terkenal karena ia adalah seorang pembuli di sekolahnya. Dan Gael merupakan panglima tempur di salah satu gangster terkenal. Mereka di jodohkan akibat...