Prolog

41.1K 3.5K 524
                                    

Jakarta, 2020.

Hidup itu membosankan.

Well, itu yang ada di pikiran gue. Menjalani hari-hari sebagai pelajar SMA itu membosankan.

"Oce! Mau kerkom kapan?" tanya teman sebangku gue, Zelita.

"Kerja kelompok apa?"

"Lo lupa? Kita ada kerkom sejarah! Disuruh bikin PowerPoint terus di-record! Ribet banget emang Pak Cahyo!" gerutunya kesal.

Gue tertawa melihat reaksi Zelita yang kesal dengan tugas dari Pak Cahyo. Dengan segelas boba yang ada di tangan, gue pun membalas, "Pulang sekolah deh ayo kerkom, mau di mana?"

"Gue sih terserah, ngikut yang lain aja," balas Zelita.

Perempuan itu mengedarkan pandangannya, mencari satu-persatu anggota kelompok yang lain dan berteriak, "Dinda! Nasywan! Ilham! Sini dulu kumpul!"

Kami berlima mendiskusikan planning untuk kerja kelompok hari ini, keputusan finalnya adalah kami akan mengerjakan tugas tersebut di salah satu kafe dekat sekolah.

"Selesai kerkom mau jalan gak, Ce?" tanya Nasywan, teman laki-laki yang paling dekat dengan gue.

Gue menggeleng pelan sembari tersenyum. "Enggak deh, sepertinya gue mau langsung balik ke kosan aja."

"Oh, oke deh. Kalau butuh sesuatu cukup kabari gue aja ya nanti." Nasywan membalas ucapan gue seraya mengacak-acak rambut gue.

Jangan salah paham, Nasywan itu teman dekat gue. Hubungan gue dengan dia hanya sebatas teman dekat, gak lebih. Tak lama kemudian, bel pulang sekolah berbunyi. Gue dan Zelita langsung bergegas keluar kelas dan menunggu yang lainnya di gerbang.

"Eh, jangan di kafe deh," ucap Zelita tiba-tiba yang membuat gue menoleh ke arahnya.

"Kenapa?" tanya gue yang bingung dengan perubahan keputusan Zelita yang mendadak itu.

"McD depan sekolah aja, lagi ada promo!" kata Zelita penuh semangat.

Gue yang mendengar kata promo langsung mengangguk setuju tanpa pikir panjang.

"Guys! Kita jadinya ke McD aja, jangan ke kafe ya! Ada promo nih!" Zelita berteriak ke arah yang lain sambil berlari menghampiri mereka yang masih berjalan menuju gerbang.

Seperti yang diucapkan sebelumnya, sekarang kami berada di McD untuk mengerjakan tugas kelompok. Gue hanya memesan kentang dan es krim karena gue harus menghemat pengeluaran gue bulan ini. Hidup sebagai anak kos membuat gue harus lebih pintar dalam mengelola keuangan. Sebenarnya ini adalah keputusan gue untuk tinggal terpisah dari orang tua. Gue sudah lelah dan muak dengan perdebatan yang ada di rumah. Hal itu adalah alasan yang mendasari gue untuk hidup mandiri sebagai anak kos.

"Ah, finally kelar juga!" Zelita mengusap wajahnya kasar.

"Eh, gue cabut duluan ya!" pamit gue ke mereka.

"Ah, gak asik! Masa langsung balik? Baru jam lima, loh?" sanggah Ilham.

"Iya nih, baru jam segini, ngapain balik, sih. Nanti aja kelar maghrib," timpal Dinda yang tengah mengunyah kentang gorengnya.

Jujur, gue mau istirahat. Fisik dan pikiran gue sudah cukup lelah seharian ini. "Duh, next time, deh? Gue capek banget, butuh istirahat."

"Yah, Ce. Ayo lah stay dulu di sini, nanti ki–"

"Udah, si Oce mau balik tuh. Jangan ditahan anaknya, biarin aja istirahat," kata Nasywan, ia memotong kalimat yang hampir keluar dari mulut Zelita.

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang