16. Birthday Party Invitation

8.2K 1.3K 48
                                    

Sejak pagi tadi, kelas gue freeclass! Tak ada satu pun guru yang masuk untuk mengajar karena ada rapat dengan kepala sekolah.

"Dean! Pinjam speaker lo sini, kita karaoke sekelas!" teriak salah satu teman gue. Orang yang bernama Dean itu mengeluarkan speaker dari dalam tasnya, kemudian memberikannya kepada anak yang berteriak tadi. Speaker itu dihubungkan ke salah satu ponsel kami melalui Bluetooth.

"Yuk monggo di-request mau lagu apa?"

"SECUKUPNYAA!" teriak kami serempak. Intro lagu mulai terdengar, kami semua telah menyiapkan diri untuk bernyanyi.

Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang? (Renggang)
Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang di esok hari

Tubuh yang berpatah hati, bergantung pada gaji
Berlomba jadi asri mengais validasi
Dan aku pun tak hadir, seakan paling mahir
Menenangkan dirimu yang merasa terpinggirkan

Dunia tak pernah adil

"KITA SEMUA GAGAL, ANGKAT MINUMANMU! BERSEDIH BERSAMA-SAMA!" sorak kami ramai-ramai.

A a a a aaa~
Sia-sia ... (Pada akhirnya)
Putus asa ... (Terekam pedih semua)
Masalahnya ... (Lebih dari yang)
Secukupnya ...

Rekam gambar dirimu yang terabadikan bertahun silam
Putra putri sakit hati, ayah ibu sendiri
Komitmen lama mati, hubungan yang menyepi

Wisata masa lalu, kau hanya merindu
Mencari pelarian, dari pengabdian
Yang terbakar sirna, mengapur berdebu

"KITA SEMUA GAGAL, AMBIL SEDIKIT TISU! BERSEDIHLAH SECUKUPNYA!"

Ya ... begitulah kira-kira keadaan kelas gue tiap kali freeclass. Kami biasa berkaraoke bersama atau melakukan hal-hal seru lainnya. Kebiasaan kami kalau lagi karaoke itu kami hanya bernyanyi di bagian reff saja. Lagu yang kami nyanyikan cukup menggambarkan suasana hati gue.

"Putra putri sakit hati, ayah ibu sendiri, komitmen lama mati, hubungan yang menyepi."

Gue jadi teringat dengan keluarga gue dulu. Keluarga yang dulunya gue anggap sebagai rumah untuk pulang, kini tak lagi terasa sama.

"Nih, undangan buat lo," ucap Zelita sembari memberikan gue sebuah undangan.

Gue membuka undangan tersebut, kemudian membacanya sekilas. "Wah! Birthday party lo nih?"

Zelita mengangguk bersemangat. "Sweet seventeen harus berkesan, kan?"

"Hahaha benar! Harus dirayain ini mah!" sahut gue.

"Ce, ajak kakak lo juga ya!"

"Siaap!" balas gue. Gue membaca ulang undangan tersebut untuk mengetahui dresscode, waktu, dan lokasi acara.

"ZELITA, LO SERIUS MAU PARTY DI SINI?" tanya gue yang terkejut setelah membaca lokasi acara. Gila! Zelita mau mengadakan birthday party di Segarra Beach Club Ancol!

Teman sebangku gue itu mengangguk sembari tersenyum senang. "Impian gue dari dulu mau bikin party di pantai, jadi sekalian aja gue rayain birthday party di pantai!"

Gue tidak begitu kaget sih sebenarnya. Memang mayoritas murid di sekolah gue berasal dari kalangan yang sangat berada. Jadi, hal seperti ini cukup lumrah di sini. Dresscode untuk birthday party Zelita benar-benar membuat gue tak habis pikir!

Masa yang cewek pakai beach outfit dan cowoknya pakai tuxedo? Gak cocok banget!

"Zel ini dresscode beneran begini?" tanya gue.

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang