5. Kebun Raya Bogor

13.9K 1.9K 113
                                    

Gue baru tertidur tiga jam, tapi dengan wajah tanpa dosanya Hayam Wuruk membangunkan gue. "Oce ... bangun."

Rasanya gue mau marah, apa dia tidak ingat kalau kami baru saja begadang semalaman karena kopi sialan itu?

"Ce .... Bangun, sudah siang."

Siang apanya? Jam sepuluh saja belum!

"Oseania Kusumawardhani, ayo bangun!"

"Apa sih ...?" ucap gue sembari menguletkan badan.

"Ayo kita jalan-jalan!" katanya yang membuat gue mendelik.

Gue menguap sesaat. "Mau jalan ke mana?"

"Ke tempat yang jauh dari sini, aku ingin naik kereta! Aku ingin mencobanya!" Sudah pernah gue bilang kalau Hayam Wuruk kadang bersikap seperti anak-anak yang serba ingin tahu, kan?

"Duh ... naik kereta mau ke mana? Memang kau tidak mengantuk? Kita baru tidur tiga jam, loh."

Hayam Wuruk menggeleng, kemudian menggoyang-goyangkan tubuh gue agar gue segera bangkit dari kasur.

"Iyaaaa, Hayam Wuruk, kita pergi. Mau ke mana?" kata gue yang sudah cukup pusing dengannya.

"Aku sudah lama tidak melihat dunia luar. Selama ini kan aku selalu berada di kamarmu, keluar pun hanya untuk membeli makan atau kebutuhan lainnya. Jadi, aku mau pergi ke tempat yang berhubungan dengan alam!"

Gue mengernyitkan dahi, tempat yang berhubungan dengan alam di Jakarta di mana? Setelah berpikir beberapa saat, gue baru ingat kalau ada Kebun Raya Bogor yang bisa dijangkau dengan commuter line.

"Oke, ayo kita ke Kebun Raya Bogor!" Gue menyuruh Hayam Wuruk untuk mandi dahulu, lalu gue menyiapkan pakaian untuk gue dan Hayam Wuruk.

"Mandinya jangan lama!" kata gue. Biasanya Hayam Wuruk bisa menghabiskan waktu hampir satu jam untuk mandi, jauh lebih lama daripada gue. Mungkin karena sudah gue peringatkan sebelumnya kali ini Hayam Wuruk mandi hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit. Lalu, ia mengambil pakaiannya dan memakainya di kamar mandi.

"Oce, sambil menunggumu mandi aku ingin menonton video yang kemarin," pinta Hayam Wuruk yang sudah rapi.

Gue mengambil ponsel dan membuka history watch di youtube lalu memberikan ponsel gue padanya. Sekarang waktunya gue yang mandi. Lima belas menit setelahnya gue keluar dari kamar mandi dengan handuk yang gue lilitkan di kepala.

Hayam Wuruk masih menonton Youtube rupanya. Ia biasa meminjam ponsel atau laptop gue untuk mengakses internet. Hayam Wuruk akan meminta gue untuk mengetikkan pada kolom pencarian tentang apa yang ingin ia tonton, contohnya seperti tadi.

"Nonton apa sih, seru banget nih?" ucap gue yang sedikit penasaran dengan video yang tengah ditonton olehnya.

"Aku sedang melihat ini. Kenapa anak kecil suka memainkannya?" kata Hayam Wuruk sambil menunjukkan video yang ia tonton.

Oh, lagi liat video tentang slime.

"Ya ... namanya juga mainan anak-anak, wajar kalau mereka menyukainya."

"Ini terlihat menyenangkan. Di mana aku dapat membelinya?"

Mata gue membulat mendengar pertanyaannya. "Kau mau membelinya?"

Maharaja mau beli slime? Serius?

Hayam Wuruk mengangguk dengan semangat. "Aku penasaran, Ce!"

"Duh, kapan-kapan saja ya, aku tidak punya uang untuk membelinya. Sekarang lebih baik kau siapkan barang yang mau dibawa nanti, kita akan pulang malam," ucap gue dengan tangan yang tengah sibuk mengeringkan rambut.

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang