22. Penilaian Akhir Semester

6.7K 1K 21
                                    

Buku pelajaran Sosiologi yang tengah gue baca tiba-tiba saja ditutup paksa oleh Hayam Wuruk. Ia menutup buku tersebut dan mengambilnya.

"Oce, kau sudah belajar sejak pagi tadi dan sekarang sudah malam! Kau bahkan melewatkan makan siangmu! Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Oce. Ayo makan malam!" ucap Hayam Wuruk sembari menatap gue dengan penuh ketegasan. Raut wajahnya menunjukkan sebuah perintah yang tak ingin dibantah, membuat gue mengiyakan ucapannya.

Gue berdiri dan berjalan untuk mengambil makan malam yang telah disiapkan oleh Hayam Wuruk. Menu makan malam kali ini adalah nasi goreng yang dibeli oleh Hayam Wuruk di Pasar Kaget. Tiga hari lagi gue akan mulai melaksanakan Penilaian Akhir Semester. Hal tersebut membuat gue menggila. Penilaian Akhir Semester di sekolah gue itu tak main-main. Soal-soal yang diberikan dapat setara dengan soal olimpiade. Mengingat akreditasi sekolah gue yang cukup terpandang di Jakarta, hal itu bukanlah hal baru di dunia pendidikan.

"Oce, kenapa kau begitu keras pada dirimu sendiri? Lihatlah! Tubuhmu terlihat kurus sekali sekarang!" kata Hayam Wuruk sambil memperhatikan gue yang sedang makan. Gue mengamati seluruh detail tubuh gue dan Hayam Wuruk benar. Sepertinya berat badan gue berkurang akibat seminggu terakhir ini gue terlalu sibuk belajar sampai-sampai lupa untuk makan.

"Oce, aku tidak suka melihatmu seperti ini. Aku tahu kau sedang berjuang untuk masa depanmu, tapi tolong perhatikan kesehatanmu juga," ucapnya dengan nada yang penuh kekhawatiran.

Gue mengangguk, mengiyakan ucapannya. Nada dering terdengar dari ponsel gue, dengan segera gue mengambil ponsel yang ada di atas meja belajar itu.

Incoming call from Ayah ...

"Halo, Yah? Ada apa?"

"Bagaimana keputusanmu untuk acara makan malam besok? Kamu bisa datang, kan? Ayah sangat berharap kamu hadir di hari bahagia ini."

Gue mengambil napas dalam-dalam, kemudian membuangnya dengan helaan yang berat.

"Ayah, Oce sepertinya gak bisa hadir besok. Maaf. Hari Senin besok Oce ada Penilaian Akhir Semester. Ayah tahu kan betapa ketatnya persaingan di sekolah Oce?"

"Kamu menjadikan ujianmu sebagai alasan untuk tidak hadir?"

"Ayah, Oce memang sedang disibukkan dengan sekolah belakangan ini."

"Kamu hanya mencari-cari alasan untuk tidak bertemu dengan keluarga barumu, Ce. Ayah tahu itu."

"Lantas jika Ayah sudah tahu Oce tidak mau berjumpa dengan mereka, untuk apa Ayah tetap meminta Oce datang ke acara makan malam itu?"

Gue gak bisa seperti ini! Kenapa ayah tetap meminta gue untuk datang di acara tersebut? Padahal, beliau sendiri pun tahu kalau gue belum siap untuk bertemu dengan keluarga baru gue. Mendengar suara gue yang bergetar, Hayam Wuruk langsung meraih ponsel yang gue pegang. Panggilan itu diputus sepihak oleh Hayam Wuruk, ia langsung memeluk gue dan mengusap kepala gue dengan penuh kasih sayang.

"Oce, tak apa jika kau ingin menangis. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini," ucapnya. Tangan gue memeluk tubuhnya erat, menjadikannya sebagai satu-satunya tameng yang gue miliki.

"Menangislah, menangislah Oseania. Aku ada di sini untuk mendengar seluruh tangismu tentang duniamu."

👑👑👑

Beberapa hari telah gue lalui dan hari ini adalah hari terakhir gue menjalani Penilaian Akhir Semester. Mengenai acara makan malam itu, gue tidak menghadirinya. Ayah juga tidak menghubungi gue lagi setelah panggilan itu diputus sepihak oleh Hayam Wuruk.

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang