18. Segarra, Segaran, Sempurna

7.4K 1.2K 29
                                    

Nanti malam, gue dan Hayam Wuruk akan menghadiri acara birthday party Zelita di salah satu tempat yang menurut gue keren banget!

Yup! Segarra Beach Club Ancol, Bro!

"Punten, Kak Zidan! Oce mau ambil tuxedo nih," ucap gue sembari mengetuk pintu kamar kos Kak Zidan.

"Iya, tunggu ya, Ce," sahut si pemilik kamar dari dalam. Kak Zidan membuka pintunya, kemudian memberikan gue sebuah tuxedo yang akan ia pinjamkan untuk Hayam Wuruk.

"Baik banget sih lo, Kak! Makasih, yaa!" ucap gue berterimakasih.

"Santai aja sih sama gue, Ce. Kalau butuh apa-apa bilang aja, oke?" katanya. Gue mengangguk, kemudian kembali masuk ke kamar. Ternyata, Hayam Wuruk sedang melihat pouch makeup gue.

Acara party dimulai jam tujuh malam nanti dan sekarang sudah jam empat sore. Gue tengah merias wajah gue, sedangkan Hayam Wuruk sedang menonton Youtube.

"Oce, kau jadi terlihat seperti seorang putri mahkota. Kau cantik sekali!" kata Hayam Wuruk memuji gue.

"Memang biasanya aku terlihat seperti apa?" tanya gue sambil merapikan rambut.

"Biasanya kau juga cantik, tapi hari ini cantikmu benar-benar berbeda dari biasanya! Seperti seorang putri mahkota!" Hayam Wuruk tiada hentinya memandang gue, tatapan matanya seolah-olah tengah memuja kecantikan gue yang menurut penuturannya terlihat seperti seorang putri mahkota. Gue menatap diri gue melalui pantulan cermin. Hayam Wuruk benar! Gue merasa kalau hari ini gue terlihat berbeda dari biasanya.

"Hayam Wuruk, tolong ambilkan ponselku. Aku mau memesan taksi online," pinta gue.

Setelah ponsel gue berada dalam genggaman, gue memesan taksi online untuk pergi ke lokasi acara. Dalam waktu lima belas menit, taksi online yang gue pesan sudah tiba di halaman kos. Kami pun menaikinya.

"Mau lewat tol atau gak, Mbak?" tanya sang pengemudi.

"Gak usah, Pak. Lewat Pancoran ke arah Manggarai aja, tinggal lurus aja kok," balas gue. Sebenarnya gue sengaja tidak memilih untuk melewati jalan tol karena menurut gue itu akan membuang-buang waktu, toh dari kosan gue hanya tinggal lurus saja ke arah Ancol. Acara party masih akan dilaksanakan sekitar dua jam lagi, tetapi gue ingin sampai di sana lebih awal karena gue mau melihat sunset di pantai!

"Terima kasih," kata gue kepada driver tersebut setibanya kami di Ancol.

Angin sore bertiup begitu kencang sore ini, membuat rambut gue beterbangan karena tertiup angin. Hayam Wuruk tertawa melihatnya, ia menyisir rambut gue dengan tangannya yang kekar itu. Kami tidak langsung berjalan menuju Segarra Beach Club, gue mengajak Hayam Wuruk untuk berkeliling sesaat di sekitar pantai. Gue berusaha mencari tempat yang nyaman untuk melihat sunset bersama Hayam Wuruk hingga akhirnya kami menemukan sebuah area yang cukup sepi dari keramaian pengunjung pantai.

Kami duduk di atas tikar yang tersedia di sana. Sudah hampir pukul enam sore, matahari mulai membenamkan dirinya perlahan. Warna langit senja ini benar-benar merupakan sebuah perpaduan yang sangat indah. Langit senja berwarna ungu yang bercampur dengan biru dan oranye membuat mata gue tak ingin lepas menatapnya.

Dengan perlahan, sang mentari mulai membenamkan dirinya. Hayam Wuruk menarik tangan gue menuju pesisir pantai. Air laut terlihat begitu tenang, sekeliling kami juga terasa sunyi. Hayam Wuruk menggenggam tangan gue dan mengayunkannya. Kami berjalan di pesisir pantai sembari menikmati angin yang bertiup dan momen terbenamnya sang mentari.

"Oce, apa kau suka melihat matahari terbenam?"

Gue mengangguk, momen di mana matahari terbenam di ufuk barat adalah salah satu momen yang sangat mengagumkan untuk gue. "Bagaimana denganmu, Hayam Wuruk? Apa kau juga menyukainya?"

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang