1. Hayam Wuruk, Katanya

22.6K 2.8K 377
                                    

Melihat orang aneh itu tak kunjung pergi dari depan kosan membuat gue cukup bingung. Untuk apa dia tetap berdiri di situ? Memangnya gak pegal? Gue pun memutuskan untuk menelpon Nasywan.

"Halo, Nasywan?"

"Oit, halo, Ce. Kenapa?"

"Gak apa-apa. Lo lagi di mana?"

"Rumah, what's wrong?"

"Nothing. Cuma mau tanya aja."

"Oh .... Oke, kabarin aja ya Ce kalau ada apa-apa!"

Jujur, gue bingung. Haruskah gue bercerita pada Nasywan tentang orang aneh ini?

"Ce? Kok diam?"

"Eh iya, sip nanti gue kabarin kok kalau ada apa-apa. Makasih, ya!"

"Anytime, Ce."

Gue pun memutus sepihak panggilan tersebut. Tangan gue bergerak mengambil laptop yang masih tersimpan di dalam tas sekolah gue. Dengan lihai, gue mengetikkan kata pada kolom pencarian Google.

MAJAPAHIT

Gue membaca beberapa informasi mengenai Majapahit. Mulai dari sejarah berdirinya, masa kejayaannya, hingga keruntuhannya.

'Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk beserta Patih Gajah Mada.'

Pikiran gue terfokus pada satu nama, yaitu Hayam Wuruk. Gue pun mencari lebih banyak informasi terkait Hayam Wuruk dan Majapahit. Sejujurnya, gue cukup kagum dengan biografi dari Hayam Wuruk. Menurut sumber yang gue baca, masa pemerintahannya adalah yang terbersih sepanjang sejarah dan yang lebih mengagumkannya lagi, ia diangkat menjadi raja pada usia 16 tahun!

Seumuran gue dong?

Tak terasa sudah hampir tiga jam gue berkutat dengan layar laptop gue. Jam juga sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Gue hendak mematikan laptop gue, tapi suatu artikel menarik perhatian gue.

'Terkuak! Inilah rupa Raja Majapahit keempat, Prabu Hayam Wuruk!'

Tanpa berpikir panjang gue pun langsung membuka artikel tersebut. Artikel ini berisi cerita tentang seorang pelukis yang diminta untuk melukis wajah Hayam Wuruk. Sang pelukis melakukan meditasi di petilasan tempat Hayam Wuruk dahulu. Gue membuka gambarnya dan betapa terkejutnya gue saat melihat bahwa sosok yang ada di lukisan itu sangat mirip dengan orang aneh tadi! Buru-buru gue membuka pintu kosan dan melihat orang aneh tadi. Orang itu duduk di samping pintu sembari menundukkan pandangannya, tapi setelah mendengar gue membuka pintu, ia pun mendongak.

BENAR-BENAR SAMA! PERSIS!

Gue memijat kening gue, pusing!

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil bangkit dan berdiri.

"Tidak, aku tak apa-apa. Kenapa kau masih di sini?" balas gue, tetapi ia tidak menjawab. Gue kembali masuk ke kamar dan mengunci pintu, kemudian merebahkan badan gue di kasur.

Gue mengedarkan pandangan gue pada isi kamar gue. Ya, kamar gue memang kecil. Hanya ada satu kasur, meja dan kursi untuk belajar, dispenser merangkap kulkas kecil, kamar mandi, dan barang-barang lainnya.

Sepertinya gue terlalu lelah hari ini. Gue pun mematikan laptop dan memilih untuk tidur, berusaha untuk melupakan apa yang terjadi hari ini dan berharap esok akan menjadi hari yang lebih baik lagi. Namun, baru satu jam gue tertidur, gue dibangunkan oleh suara gemuruh petir yang cukup dahsyat! Otak gue langsung teringat orang aneh tadi! Dengan cepat gue membuka pintu kosan, mendapati orang aneh tadi sedang memeluk dirinya sendiri sambil mengusap-usap kulitnya yang tak dilapisi oleh kain itu.

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang