"Permisi pak."
"Ya, letakan disitu." Ujar Louis.
Setelah mengantar teh, sang pelayan segera pergi karena takut dengan suasana di dalam ruangan itu.
"Harold...
"Louis lihat yang satu ini."
"Harry kau...
"Tidak tidak, aku harus segera menyelesaikan ini semua." Ujar Harry. Louis hanya bisa menghela nafasnya.
"Sudahlah Harry, tinggalkan dokumen-dokumen itu. Kau berkerja terlalu keras hingga melupakan kesehatanmu sendiri."
"Semakin perusahaan ini diatas, semakin banyak pula yang ingin menjatuhkannya." Balas Harry.
"Kau telah menggemparkan dunia bisnis secara tiba-tiba Harold dengan membangun perusahaan mu sendiri... Apalagi yang kau inginkan?."
"Lebih baik menikmati hasil keringatmu sendiri daripada menerima pemberian orang lain. Mereka akan menagihnya suatu saat nanti."
"Harry dengar...
"Berhentilah bicara Tommo."
"Tidak. Aku tidak akan berhenti bicara." Harry hanya meliriknya sekilas setelahnya dia kembali fokus pada dokumen-dokumen itu.
"Haah... Bocah ini berubah menjadi robot menyebalkan. Sudah empat tahun berlalu sejak hari itu namun masih saja seperti ini." Pikir Louis.
"Kau tahu... Terlalu banyak yang terjadi empat tahun terakhir... Dari mulai kau memilih untuk membangun perusahaan mu sendiri hingga...
"Tutup mulutmu Louis."
"Haaah baiklah... Hei! Bukankah kita pergi ke kota antah berantah ini untuk merilekskan pikiran kita dari kekacauan yang terjadi disana?... Kau harus merilekskan pikiranmu Harold." Ujar Louis. Harry tertawa kecil mendengarnya.
"Saat ini semuanya terasa membosankan. Jika kau ingin berlibur pergilah... Aku akan tetap berada disini untuk menyelesaikan semuanya."
"Dude berhentilah menyesali semuanya...
"Aku tak menyesali apapun."
"Benarkah?."
"Ya, berhenti membahas hal itu. Aku tak ingin lagi mengingatnya." Ujar Harry yang membuat Louis terdiam.
"Kau ingin kemana?."
"Ada pertemuan sepuluh menit lagi."
"Hei.. apa-apaan kau ini!."
"Kau boleh istirahat jika kau lelah. Aku yang akan mengurus semuanya." Harry segera berlalu dari hadapan Louis.
"Jika kau tiba-tiba pingsan aku tak mau menggotong mu!." Teriak Louis.
"Haah... Kekuasaan, kekayaan, ketenaran tak menjamin kebahagiaan. Lihat saja kantor megah ini... Golden storm... Megah namun seperti tak ada kehidupan didalamnya... Hufttt..Apa yang harus kulakukan dengan si idiot itu..." Pikir Louis yang kini bingung sendiri.
.
.
.
"Papa Zee apa Ash boleh beli permen kapas?."
"Ya... Beli apapun yang kau inginkan."
"Yeay! Ash akan beli semua permen kapas..
"Dan kehilangan seluruh gigi mu." Lanjut Elle.
"Eh?... Kemana perginya gigi Ash?."
"Entahlah, mungkin ikut mencair bersama semua permen kapas itu." Ashton langsung terdiam di atas pundak Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE! [H.S]
FanfictionElleanor O'Conner harus menanggung perjanjian kedua orang tuanya yang telah meninggal akibat kecelakaan satu tahun silam. Dan di perjanjian itu mengharuskan Elleanor untuk menikah dengan anak dari salah satu sahabat ayahnya, dan orang itu adalah si...