Dua bulan kemudian....
Pagi ini aku terbangun seperti biasanya. Aku melakukan semua rutinitas ku dari mulai merapihkan rumah, membuat sarapan untuk Harry, menyiapkan semua keperluannya, menyiram tanaman, dan masih banyak lagi.
Terdengar seperti asisten rumah tangga bukan?... Namun aku melakukan itu semua karena aku istrinya, ibu juga selalu mengajariku untuk selalu melayani suami. Dan lagi Harry tidak mau mempekerjakan asisten rumah tangga maka dari itu aku yang mengambil alih semua pekerjaan rumah meskipun itu sangat melelahkan mengingat rumah ini amat sangat besar. Belum lagi semua furniture mahal ini harus ku bersihkan agar terlihat bersih dan mengkilap.
Awalnya memang berat, namun aku sudah terbiasa. Aku bahkan sudah meninggalkan dunia lamaku, teman-temanku, kegiatan lamaku dan semuanya. Harry melarang itu semua. Kata ibu wanita yang sudah menikah harus patuh pada suaminya, jadi aku hanya bisa menuruti apa yang Harry ucapkan.
Ku lirik jam dinding yang berada di dekat meja makan, biasanya dia sudah keluar dari kamar dengan jas mahalnya untuk sarapan. Namun sampai detik ini Harry masih belum keluar. Ingin sekali aku menghampirinya namun aku tak memiliki keberanian untuk sekedar masuk kedalam kamarnya. Dia akan sangat marah.
Kami memang tidur terpisah. Dari awal kami menikah Harry sudah menyiapkan satu kamar untukku dan satunya lagi untuknya. Dia hanya memperbolehkan ku masuk kedalam kamarnya jika aku ingin menyiapkan semua keperluannya atau dia yang menyuruhku untuk membereskan kamarnya.
Terkadang aku bingung. Sebenarnya aku ini dia anggap apa?... Tetapi aku selalu membuang jauh jauh pertanyaan itu. Setidaknya dia sudah memberikan ku tempat tinggal dan makanan setiap harinya itu sudah cukup, meskipun dia masih juga tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia mencintaiku.
Haha. Bicara apa aku ini?.. Dia tidak mungkin mencintai gadis menyedihkan sepertiku. Sekalipun aku ini istrinya.
Toh kami menikah karena menuntaskan janji orang tua kami, jadi jika tidak ada cinta di dalamnya itu wajar saja.
Aku kembali melihat kearah jam dinding. Ini sudah lewat setengah jam dari biasanya. Jika dia belum siap juga dia akan terlambat untuk bekerja. Meskipun perusahaan itu milik ayahnya tetapi dia harus bersikap profesional. Jika tidak, dia hanya mencontohkan yang buruk kepada semua bawahannya.
Tok...' Tok...' Tok...'
Karena tidak ada jawaban aku memutuskan untuk membuka sedikit pintu kamar Harry. "Harry apa kau sudah siap?..." Masih tidak ada jawaban.
Huh.. pria itu. Selain brengsek, dia juga menyebalkan.
Aku mulai masuk kedalam kamarnya, siapa tahu dia belum bangun. Ku lihat tempat tidurnya yang berantakan itu, namun pria brengsek yang ku cari tidak ada. Aku juga membuka kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, nihil... Dia juga tidak ada disana.
"Aku baru selesai membersihkan tubuhku. Ada apa Roseline?."
Deg!
Hatiku sedikit bergetar mendengar nama itu. Dengan mengendap-endap aku mulai mendekati Harry yang sedang berada di balkon. Dia terlihat seperti sedang menelepon.
"Tenanglah Roseline, hari ini adalah hari liburku. Kita bisa bersenang-senang sepuasnya."
Aku hanya bisa memegang dadaku yang terasa sesak. Dia bahkan tidak memberitahuku jika hari ini dia sedang libur, dia malah ingin menghabiskan hari libur berharganya ini dengan wanita bernama Roseline itu. Wanita yang mendapatkan kecupan hangat di hari pernikahan kami.
"Yasudah kalau begitu... Aku siap-siap dulu. Sampai nanti." Aku langsung buru-buru pergi dari tempat persembunyian ku. Aku yakin dia akan mengeluarkan kata-kata pedas dari mulut tajamnya itu jika dia melihatku masuk kedalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE! [H.S]
FanfictionElleanor O'Conner harus menanggung perjanjian kedua orang tuanya yang telah meninggal akibat kecelakaan satu tahun silam. Dan di perjanjian itu mengharuskan Elleanor untuk menikah dengan anak dari salah satu sahabat ayahnya, dan orang itu adalah si...