Part 13

324 26 19
                                    


Pagi-pagi sekali kediaman sementara Harry terlihat sangat ramai karena Ashton yang memaksa Harry untuk membuatkan telur dadar untuknya.

Harry menyadari betapa menyebalkan dirinya ketika Elle sudah membuatkan telur mata sapi namun ia bersih keras meminta telur dadar. Sekarang ia merasakan bagaimana posisi Elle saat itu karena kini Ashton tak ingin memakan telur mata sapi buatan pelayan.

"Iya seperti itu Daz."

"Daz?... Siapa Dazz?."

"Daddy Hazzy... Karena Ash tidak bisa mengucapkan huruf R dengan benar, mommy bilang Ash boleh memanggil Daddy Hazzy, karena Harry terlalu sulit." Harry hanya menaikan bahu mendengarnya.

"Berapa usia mu?... kau sangat pandai bicara."

"Eum... empat." Ujar Ashton sambil mengacungkan tiga jarinya. Harry pun membenarkan jari-jari mungil itu.

"Empat itu seperti ini... ternyata kau lemah dalam berhitung."

"Ash bisa berhitung satu sampai tiga puluh!." Balas Ashton tak terima.

"Hanya tiga puluh?... Aku bahkan bisa berhitung satu sampai seratus saat seusiamu."

"Tetapi Daz tidak bisa bernyanyi."

"Tentu saja aku bisa."

"Coba buktikan." Harry langsung terdiam. Ia tak menyangka akan diskakmat oleh seorang bocah yang baru hidup tiga tahun di dunia ini.

"Sarapan sudah siap, ayo makan." Ujar Harry lalu menurunkannya dari meja pantry.

"Mereka sangat akrab."

"Ya, lihatlah tuan Harry. Ia nampak lebih hidup hari ini."

"Sayangnya ia tak pernah menampakkan senyumnya."

"Omong-omong mengapa tuan Harry mengunci nyonya Elle?... dan lagi mengapa tuan Ashton dan nyonya Elle tak ada saat pertama kali tuan Harry datang kesini?."

"Iya, aku baru melihat mereka satu minggu terakhir ini... apa mereka sudah menikah?."

"Aku membayar kalian untuk bekerja, bukan untuk membicarakanku." Ujar Harry sambil berlalu ke arah ruang makan. Saat itu juga para pelayan itu langsung berpencar untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing.

Setelah menemani Ashton sarapan, mereka berdua pergi ke salah satu toko baju ternama. Harry membelikan Ashton banyak kemeja dan juga jas. Dari yang formal hingga yang bisa dipakai untuk sehari-hari semua sudah masuk ke dalam paper bag dengan label Gucci itu.

"Ada sesuatu yang kau inginkan?."

"Ash ingin ice cream." Ujar Ashton. Harry hanya mengangguk "Tapi, tapi.. hng... kalau Dazzy tidak punya uang tidak usah, kita bisa minta mommy membuatnya nanti." Lanjut Ashton.

"Adam, putar arah ke pusat perbelanjaan."

"Baik Mr. Styles."

Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di salah satu pusat perbelanjaan seperti apa yang Harry perintahkan.

"Ashton dengar... Aku bahkan bisa membeli tempat ini saat ini juga. Jadi, mari turun dan beli apapun yang kau inginkan... mengerti?." Ashton mengangguk lalu memeluk Harry erat. Tak bisa dipungkiri kebiasaan Ashton yang satu itu akan sangat sulit dihilangkan. Gemar memeluk seseorang yang ia sayangi.

"Dazzy kaya... hehe." 

"Ya, masuk dan beli apapun yang kau inginkan." Ujar Harry sambil mengikutinya dari belakang.

Dua jam telah berlalu, saat ini mereka benar-benar berada didalam kedai ice cream dengan belasan paper bag yang mengelilingi meja mereka.

"Huh, semangat Adam... tersisa lima belas paper bag lagi." Pikir Adam yang sedari tadi sudah mundar-mandir membawakan barang belanjaan Ashton dan Harry.

YOU ARE MINE! [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang