Interlude

11.7K 737 83
                                    

































“Um, Jungkook, soal keperawananku,” ia berbisik sembari kepalanya menghadap ke kanan dan ke kiri—seperti memastikan bahwa tidak ada yang akan mendengarnya. “Aku mau melepasnya. Aku tidak mau menjadi perawan lagi.”

“Maksudmu dengan melepasnya itu apa?” nada bicaraku lebih tinggi darinya, dikarenakan aku sangat terkejut. “Bagaimana kau akan melakukannya?”

Aku mengernyit, tahu betul bagaimana dia akan melakukannya.

Sebelum dia bisa menjawab, aku yang lebih dulu berbicara. “Kau akan tidur dengan siapa? Jangan katakan padaku bahwa kau akan pergi ke bar dan melakukannya dengan sembarang pria.”

Sifra menggigit bibir bawahnya—and fuck, itu terlihat seksi sekali. Dan aku harus menahan diri untuk tidak menatap lebih lama, atau penisku bisa bergerak naik sekarang juga.

Akan sangat memalukan jika penisku menegang di hadapan sahabatku sendiri. Terlebih lagi aku tegang karenanya.

“Pria yang ada dalam benakku tidak akan sembarangan,” bisiknya dengan marah, wajahnya memanas.

Gagasan mengenai dia yang akan tidur dengan seseorang yang kukenal membuatku kesal bahkan lebih daripada gagasan bahwa dia tidur dengan pria asing di luaran sana.

Siapa? Dia berencana tidur dengan siapa?

Setahuku, Sifra tidak mengenal pria siapapun selain dari teman-teman di tim hockey-ku. Dia dekat dengan Seokjin, Namjoon, dan Jimin—

Oh, tidak!

Seketika, amarahku meluap. “Jangan bilang bahwa kau akan meniduri salah satu teman di tim hockey-ku. Sifra, astaga—”

Aku hampir kehilangan akalku sekarang ini karenanya. Bisa tidak, sih, jangan membuatku kesal seperti ini?

Dari semua pemain tim hockey, dia pasti menyukai Jimin. Ya, tentu saja. Dia paling lucu dan mudah mendapatkan hati wanita. Pasti Sifra berpikiran untuk tidur dengannya!

Namun, Sifra membuatku terkejut ketika dia menggelengkan kepalanya. “Ey, tidak akan. Kau tahu, aku tidak mungkin tidur dengan teman hockey-mu itu.”

Ah, entahlah. Aku pusing.

Intinya, siapapun pria yang akan ditidurinya itu, aku tidak suka. Mau siapapun atau bagaimanapun, aku benci. Karena aku ingin Sifra untuk diriku sendiri. Aku tidak suka jika dia berhubungan dengan pria lain, meski statusku hanyalah sebagai sahabatnya saja.

Aku geram. “Siapa?” tanyaku dengan kesal. “Siapa pria yang ada dalam benakmu? Siapa pria yang rencananya akan kau tiduri, huh?”

Merasa terganggu oleh ke mana arah pembicaraan ini, aku mengambil cangkirku dan menenggak air di dalamnya secara perlahan-lahan untuk meredakan emosi dalam diriku yang semakin meluap.

Genggamanku pada cangkirku mengerat. Terlebih ketika pada akhirnya Sifra mengatakan . . . “Kau.”

Seluruh air yang harusnya masuk ke dalam tenggorokanku, kini harus kembali keluar dan membasahi meja.

Fucking hell. Apa katanya?
























































COMING SOON

FRIEND ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang