New Jersey

5.3K 467 118
                                    

Song of the Part: Katy Perry - Dark Horse

-

Sifra Lee

Aku sedang membersihkan meja dan kursi seperti biasa di kafe milik Stella. Hari ini, Zelene tidak masuk kerja karena sakit, jadi aku yang harus bekerja sendiri. Untungnya ada Hans—suami Stella—yang kebetulan juga tengah bosan. Jadi, dia membantuku bekerja. Sedangkan Stella berada di belakang dapur.

Hans menoleh padaku. “Sudah bersih.” Katanya. “Kerjamu bagus sekali, Sifra. Pantas saja kau menjadi pekerja andalan Stella.” Lalu, ia memberikan sesuatu. Sebuah permen dari kantung celananya. “Aku hanya punya ini. Mau?”

“Terima kasih, Hans.”

Hans mengangguk, “aku akan menemui Stella. Kau bisa istirahat. Kafe nya juga belum ada pelanggan,”

“Iya, Hans.”

Lalu, Hans pergi meninggalkanku. Aku mengeluarkan ponselku dan menyalakan lagu Dark Horse yang dipopulerkan oleh Katy Perry. Karena keadaan kafe sepi, aku bernyanyi layaknya aku tengah melakukan konser.

Dengan tangan terkepal untuk kujadikan mic, aku mulai bernyanyi. “But you better choose carefully. Cause I, I'm capable of anything. Of anything and everything.” Tentu kalian tahu lagunya, bukan? Sungguh, lagunya membuat bersemangat.

Aku terus bernyanyi, tidak memikirkan siapapun. Memang kondisinya, kafe ini kosong, baru saja dibersihkan—belum dibuka.

Make me your Aphrodite. Make me your one and only. But don't make me your enemy—”

“Sifra.”

Aku membeku. Aku menoleh dan mendapati Jungkook berdiri di belakangku. Dia masih memakai pakaian hockey-nya. Meski dia bermain di arena lapangan yang penuh dengan es, tapi lehernya begitu berkeringat.

Aku mendekat padanya dan menyeka keringatnya dengan lenganku. “Mau minum? Kau kelihatan lelah sekali, Jungkook. Aku bisa membuatkanmu sesuatu. Tunggu di sini sebentar—”

Ia menahanku. “Sifra.”

“Iya, apa? Aku mau ambil minum.”

“Aku tidak butuh minum. Aku butuh ciuman.”

Lalu, ia menaruh kedua tangannya di pinggangku. Bibirnya menyatu dengan bibirku. Kejadian semalam pun kembali terngiang dalam benakku sekarang. Bibirnya yang lembut ini menari di atas bibirku. Desahan demi desahan yang tersalurkan sebagai penuntas kepuasan. Oh, Jungkook.

Aku meremas bisepnya saat ia memperdalam ciumannya.

Dua menit kemudian, kami masih terbuai dalam pagutan satu sama lain, hingga suara dehaman seseorang membuat kami berhenti. Aku menoleh dan mendapati Hans yang tengah menatap kami sembari tertawa kecil.

“Hans—maaf sekali tidak menyapamu.” Jungkook menunduk. “A-Aku hanya—”

“Tidak apa-apa, Jungkook. Lanjutkan kegiatan kalian. Aku akan berjalan-jalan keluar sebentar,”

Saat Hans keluar. Jungkook menghela napas lega. Aku terkekeh, “kau kenapa?”

“Entah. Tapi aku merasa kita baru saja ketahuan, Sif.”

“Haha.”

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu dan ini penting.” Senyum dan tawa di wajahku seketika lenyap saat mendengar nada serius dari yang diucapkan Jungkook.

Kumohon, jangan berubah pikiran lagi, Jungkook. Kumohon.

Ia meneguk salivanya dan menghela napas. “Aku harus pergi ke New Jersey. Ada pertandingan hockey. Pelatih Ryu mengatakan bahwa kami akan pergi saat Rabu pagi.”

FRIEND ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang