Sifra Lee
Celana yang Jungkook pakai basah semua dikarenakan minumannya sendiri. Jungkook juga terlihat begitu terkejut, sampai-sampai, mulutnya masih terbuka lebar dan matanya membulat sempurna. Berlebihan sekali si Jungkook ini.
“Kau tidak apa-apa, Jeon?” tanya Stella yang datang dan menghampiri kami, lalu ia mengecek keadaan Jungkook.
Jungkook hanya mengangguk. “Iya, Stella. I’m really fine, jangan khawatir,” ia memaksakan senyum untuk terpancar di wajahnya. Namun, ia menggelengkan kepalanya padaku, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulutku.
Stella ikut mengangguk. “Aku akan membawakan minum lagi, oke? Tunggu sebentar.”
Stella pergi ke belakang dan mengambil minum lagi untuk Jungkook. Sementara, aku tetap duduk dan memperhatikan Jungkook saja. Tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutku.
“Ini,” Stella menaruh minumannya di atas meja. “Serius kau tidak apa-apa?” Stella memang selalu mengkhawatirkan Jungkook karena dia menganggap Jungkook dan aku seperti anaknya sendiri. “Kalau kau sakit, bilang aku. Aku bisa membuat minuman ramuan untukmu, Jeon.”
Jungkook menggeleng lemas. “No need to, Stella. Aku benar baik-baik saja, kok.” Ujarnya, “Stella, bisakah kau tinggalkan aku dan Sifra—berdua? Ada hal penting yang ingin kubicarakan empat mata dengannya, jika kau tidak keberatan.”
“Oh, oke. Tidak perlu bertanya pun, aku juga akan pergi. Silahkan nikmati obrolan kalian. Aku ke belakang dulu, ya.”
Stella pergi.
Jungkook mendecak dan memberiku tatapan tajam. “Sifra!” bentaknya. Ia mengacak rambutnya dan terus mendecak sebal kepadaku. “Kau gila, ya, Sif? Kepalamu terbentur apa sampai-sampai kau mengatakan hal itu, huh? Tidur denganku?”
“Kenapa tidak?”
“Kenapa tidak? Astaga!” Jungkook menggelengkan kepalanya lagi. “Kau mau kubuatkan daftar berbagai macam alasan bahwa kau gila? Kita tidak akan tidur bersama—apalagi melakukan seks. Aku tidak mau mengambil keperawananmu.”
“Jungkook, kumohon,” ujarku dengan memberikan puppy eyes dan mulut yang dimanyunkan. Biasanya, jika aku begini, Jungkook akan luluh. “Abigail akan setuju tentang rencana ini dan kau juga harus setuju. Ini demi kebaikanku, Jeon Jungkook. Aku tidak mau lulus dari kampus dengan masih menyandang status "perawan", oke?”
Jungkook memutar bola matanya.
“Kupikir, kau akan setuju, Jungkook,”
“Kenapa kau berpikir aku setuju? Jelas aku tidak setuju. Tidak akan. Kau gila atau apa, sih? Sepertinya kita harus ke dokter untuk mengecek kesehatanmu.”
Aku mendecak. “Ih, aku serius.” Kataku. “Kau itu berpengalaman dalam seks, Jungkook. Karena itu, aku ingin memintamu untuk membantuku. Yang perlu kau lakukan mudah, kok. Tiduri aku dan ambil keperawananku. Semua masalah akan selesai.” Kujelaskan padanya. “Lagipula, bagimu, seks itu seperti menggosok gigi. Sangat mudah untuk dilakukan.”
“Sifra,” panggilnya pelan. “Seks itu tidak semudah menggosok gigi.”
“Ah, ayolah. Kau sudah meniduri banyak wanita, dan aku yakin, tidak ada satu pun dari mereka yang kau ingat namanya.”
“Iya. Dan kau tahu kenapa? Karena aku tidak peduli dengan mereka. Aku meniduri mereka semua karena aku ingin orgasme, bukan ingin menjalin hubungan.” Lalu, Jungkook menghapus jarak di antara kami. “Berbeda halnya denganmu, Sifra. Kau sangat berharga dalam hidupku. Aku sayang padamu—aku cinta padamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE
FanfictionMenyukai, mencintai bahkan menyayangi sahabat sendiri itu memang hal tersulit yang sudah dijalani Jeon Jungkook selama tujuh tahun. Keinginan terbesarnya adalah menjadikan Sifra sebagai miliknya. Akankah dia berhasil? STARTED: March 25th, 2020. FINI...