Jeon Jungkook
Mau tau apa yang kupikirkan sekarang? Well, aku berpikir untuk memberitahunya bagaimana perasaanku padanya. Aku ingin mengatakan bahwa aku sangat mencintainya dan aku ingin dia menjadi pacarku.
Tapi, hati dan logikaku saling bertabrakan sehingga membuatku mengurungkan niatku itu.
Bagaimana aku bisa mengatakan hal itu jika pada kenyataannya, Sifra sudah sangat jelas memberitahuku bahwa dia tidak tertarik pada apa pun selain persahabatan?
Jadi, aku melakukan satu-satunya yang bisa kulakukan. Aku hanya membantunya memasukkan kopernya ke dalam rumahnya. Kondisi rumahnya sepi. Abigail pasti pergi menemui Jimin. Mereka tentunya akan melepas rindu satu sama lain.
Jika aku tidak menyatakan perasaanku, permasalahannya adalah, aku tidak yakin apakah kami bisa menjadi teman lagi setelah apa yang terjadi di antara kami di akhir pekan ini. Aku tidak akan sanggup melihatnya pergi berkencan dengan pria lain.
Kim Namjoon.
Entah mengapa bayang-bayang wajahnya yang menyebalkan itu terlintas di benakku. Ya, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Tapi, aku juga tidak bisa berbuat apapun. Sifra tidak ingin bersamaku. Itu kenyataan pahit yang harus aku terima.
Aku tidak akan pernah bisa melihatnya pergi berkencan dengan Namjoon, lalu saat di penghujung malam, mereka akan bercinta. No. Aku tidak ingin membayangkan Sifra disentuh oleh pria selain aku. No to the fucking way.
Aku memanggilnya. “Sifra?”
“Ya?”
Katakan Jungkook, katakan! Katakan padanya bahwa kau mencintainya dan kau ingin dia menjadi milikmu selamanya. Cepat katakan!
Hatiku berbicara begitu. Sedangkan logikaku berkata yang berkebalikannya.
Jangan, Jungkook. Sifra tidak suka padamu. Memangnya kau mau dia menjauh nantinya? Jangan katakan atau kau akan menyesal. Persahabatan kalian lebih penting. Pikirkan itu.
Aku menggelengkan kepalaku. “Ah, tidak. Tidak apa-apa,” ujarku. “Aku akan menunggu sampai Abigail kembali. Supaya kau tidak sendirian.”
Dengan cepat, Sifra menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Kau pulang saja. Aku ingin mengerjakan tugas kuliahku. Hampir satu pekan aku tidak masuk kuliah. Jadi, pasti tugasku banyak.”
“Tapi—”
“Aku tidak mau mengusirmu keluar. Namun, aku ingin kau sadar diri bahwa aku tidak menginginkan keberadaanmu di sini, Jungkook.”
“Oke. Aku akan pergi.” Ujarku.
Ia mengangguk. “Iya,”
“This is a goodbye, then.”
“Sepertinya begitu.”
Dengan penuh perasaan kecewa, aku menghela napas dan mengangguk. “Baiklah. Aku pergi dulu, ya. Aku akan meneleponmu nanti malam, Sifra.”
“Iya.”
Pada akhirnya, semua memang telah diputuskan bahwa Sifra tak akan pernah bisa menjadi milikku. Kesal, sih. Tapi, aku bisa apa? Mengeluh pada Tuhan? Memangnya Dia akan mendengarku? Aku saja jarang sekali pergi ke Gereja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE
FanfictionMenyukai, mencintai bahkan menyayangi sahabat sendiri itu memang hal tersulit yang sudah dijalani Jeon Jungkook selama tujuh tahun. Keinginan terbesarnya adalah menjadikan Sifra sebagai miliknya. Akankah dia berhasil? STARTED: March 25th, 2020. FINI...