Guys, I Have Something To Say

4.9K 409 95
                                    

Jeon Jungkook, One Year Later

Kalau kalian memberitahuku setahun yang lalu bahwa Sifra akan menjadi kekasihku, aku tidak akan percaya. Karena, wanita itu benar-benar sulit ditaklukkan. Seperti ular yang bergerak lincah ke sana dan kemari. Yes, she’s a very tough and hard-to-get. Banyak sekali yang harus kulakukan agar aku bisa mendapatkannya.

Tapi, ya, itu namanya sebagian dari perjuangan cinta.

Ah, aku terdengar seperti pakar saja. Terima kasih untuk Jimin dan Abigail yang selalu membantu dan mendukung kami. Untungnya, mereka juga sekarang kembali bersama setelah Abigail membuat pengorbanan untuk tidak akan pernah berkirim pesan dengan pria lain lagi, dikarenakan Park Jimin memiliki riwayat penyakit cemburu akut yang tidak bisa dihilangkan. Aku juga, sih.

Sebut saja aku dan Jimin ini sama-sama bucin. Kalian tahu apa arti bucin? Ya, budak cinta. Tapi, aku tidak masalah. Karena aku menjadi budak cinta untuk Sifra, itu sudah membuatku senang.

Sifra tengah bermain video game di ponselku. Aku sedang mengerjakan tugas kuliahku. Lalu, tiba-tiba Pelatih Ryu masuk ke kamarku dengan senyum lebar di wajahnya.

“Jungkook!”

“Apa?” aku berpura-pura tidak peduli, karena aku memang sedang fokus mengerjakan tugas.

“Lihat ini, lihat!” katanya.

Aku mendecak. “Apa? Lihat apa?”

“Bangtan Sonyeondan berhasil masuk ke National Hockey League!” katanya. “Dan kau juga terpilih menjadi atlet hockey perwakilan dari London untuk ajang piala dunia, Jungkook. Wah, hebat sekali.”

Aku menaruh penaku, lalu aku menatap Pelatih Ryu dengan wajah datar. “Aku?”

“Iyalah!”

“Oke.”

Sifra mendecak. “Kau terpilih menjadi atlet perwakilan London untuk piala dunia, tapi responmu hanya oke? Jungkook, yang benar saja.”

“Aku tidak akan senang kalau belum dapat ciuman darimu.”

Pelatih Ryu memutar bola matanya. “Astaga,” ia menaruh map coklat di atas mejaku. “Hubungi aku kalau isi kepalamu sudah kembali. Silahkan nikmati waktu kalian berdua.”

Sifra menghampiriku dan segera naik ke pahaku. Aku menahan diri agar tidak horny sekarang, karena aku yakin, pasti dia ingin bicara sesuatu terlebih dahulu.

“Jungkook?” panggilnya sembari membelai rambutku. “Aku sayang padamu. Kau tahu itu, bukan?”

“Aku juga sayang padamu.”

“Aku tidak percaya bahwa kita akhirnya bersama. Maksudku, kita bersahabat selama 7 tahun dan ternyata, dengan bodohnya, kita saling memendam rasa pada satu sama lain.”

Aku mendecak. “Aku memendam perasaanku karena aku tidak mau merusak persahabatan kita, Sifra. Coba hitung berapa kali aku bilang bahwa aku mencintaimu? Ribuan kali!”

“Kau bukan takut untuk merusak persahabatan kita. Tapi memang kau ini pecundang. Jimin saja bilang begitu padaku.”

Sialan Jimin.

“Ya intinya, aku sudah bilang dan sekarang kau menjadi pacarku.” Aku membela diri. “Kau bahkan tidak tahu seberapa sakitnya hatiku melihatmu berkencan dengan pria-pria itu,”

“Aku tidak tahu kalau kau suka padaku sejak dulu.”

Aku mencibir. “Ya sudah, ya sudah.”

“Kau harus temui Pelatih Ryu. Kau kapten tim hockey nya, Jungkook.”

FRIEND ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang