Hayo, kalian menunggu adegan mature content nya, ya? Hahaha. Jangan ditunggu, nanti kamu jadi rindu. Dan rindu itu berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja. Hehe😂
-
Jeon Jungkook
“Wow, tempat ini indah sekali, Jeon,” Sifra benar-benar terkejut dan ia terlihat begitu senang. “Ini sungguh spektakuler.”
Ya, aku juga tidak menyangka bahwa Pelatih Ryu memesankan kamar hotel VVIP seperti ini. Fasilitas dan akomodasinya sangat bagus—terlalu bagus, menurutku. Pasalnya, semua yang akan dibutuhkan, ada dan tersedia di sini.
Sifra berjalan ke arah balkon, ke kamar mandi, berbaring di ranjang, lalu berlarian di kamar hotel kami seperti anak kecil. Dia terlihat bahagia sekali. Senyumnya itu terlalu polos. Rasanya, aku ingin sekali untuk terus membahagiakannya seperti ini. Yah, semoga saja aku juga terus bersamanya. Akan kulakukan apapun asal dia bisa tersenyum dan tertawa bahagia seperti ini.
Saat aku menghampiri Sifra di ranjang, ia menepuk tempat kosong di sebelahnya—bermaksud mengajakku berbaring. Tetapi, aku tidak mau berbaring di sebelahnya. Aku mau berbaring di atas tubuhnya.
Aku naik ke atas tubuhnya dan Sifra sedikit terkejut. Namun, kubisikkan, “rileks.” Ia mengangguk. Lalu, kubuka pahanya lebar-lebar agar aku mudah untuk menggesekkan penisku pada vaginanya. Kucium bibirnya dengan lembut, lalu pelan, lalu kasar.
Bibirnya Sifra ini—ya ampun!
Tanganku beralih untuk meremas payudaranya dari luar pakaiannya. Kalau aku tidak ingat dia ini perawan, maka aku akan menyetubuhinya detik ini juga secara kasar dan kencang. Tapi, Sifra masih perawan. Jimin bilang, take your time and be gentle to her. Aku tidak akan pernah melupakan semua nasihat yang Jimin berikan untukku.
“Kau kenapa?” tanyaku saat Sifra sedikit mendorong dadaku untuk menjauh. “Kalau kau berubah pikiran dan tidak mau melakukan seks nya, aku tidak apa-apa, Sif. Kita bisa melakukan hal lain di akhir pekan. Ya, seperti mengunjungi tempat wisata di New Jersey.”
Ia menggeleng. “Aku tidak berubah pikiran sama sekali, Jeon Jungkook. Aku hanya gugup saja. Ya, kau tahu, pada akhirnya, aku akan segera melepas status keperawananku. Agak sulit dipercaya juga, sih.”
“Jangan gugup. Aku di sini. Aku akan berusaha untuk memberikan hal yang terbaik—bahkan sempurna—untukmu. Aku ingin saat kita melakukannya, aku bisa memuaskanmu. Aku ingin memprioritaskan dirimu terlebih dahulu.”
“Oh, how noble, Jeon.”
“I love you. So much that it hurts.”
Ia membelai rambutku. “Aku tahu, Jeon Jungkook. Kau mencintaiku sebagai sahabatmu, iya, aku paham.” Katanya. “Aku juga mencintaimu. Dalam konteks persahabatan.”
Sif, andai kau tahu perasaanku yang sesungguhnya.
“Um, ya. Kita sahabat.” Ujarku.
“Bisakah kau berhenti bicara dan lanjutkan saja apa yang harus diselesaikan?”
Aku tersenyum dan mengangguk. “Oke. Iya, Tuan Putri yang paling cantik dan bawel ini—aku akan membuatmu orgasme. Dua kali, tiga kali, empat kali—berapa pun, semuanya terserah padamu.”
“Sebanyak-banyaknya.”
“Kalau begitu, lepas dulu pakaianmu.”
Saat Sifra ingin melepas semua pakaiannya, justru ponselku berdering. Kulihat siapa peneleponnya—Pelatih Ryu—ah sialan! Kenapa dia harus mengganggu kegiatanku, sih?
“Ya, halo?”
Suara Pelatih Ryu terdengar begitu nyaring di telingaku. “Hei, cepat datang kemari. Pertandinganmu itu hari Jum’at. Jangan ada main-main dulu, Jungkook. Ini permasalahan serius. Kau mau memenangkan pertandingannya sampai di National Hockey League, kan?”
“Iya. Oke. Aku ke sana.”
“Sepuluh menit. Kuberikan kau waktu sepuluh menit untuk tiba di sini, atau aku akan menghukummu dengan menyuruhmu membersihkan lapangan es nya.”
Aku memutar bola mataku. “Iya. Di Prudential Center, kan? Baiklah, aku akan segera ke sana.” Panggilan berakhir. Aku memasukkan ponselku ke dalam kantung celanaku. “Maaf, Sifra, tapi Pelatih Ryu memanggilku untuk berlatih. Aku tidak tahu aku akan berlatih sampai pukul berapa, tapi, aku ingin kau ada di sini. Jangan ke mana-mana, oke?”
“Iya.”
Aku mencium bibirnya. Walau aku diberi waktu sepuluh menit, tapi aku tidak peduli. Pelatih Ryu sialan. Dia menggagalkan rencanaku yang ingin menjilati vagina Sifra! Ugh.
Sifra mendorong dadaku, “Jeon, sudah, jangan cium aku lagi. Lebih baik kau pergi sekarang.”
Aku cemberut. “Aku masih mau di sini. Masih ingin denganmu.”
“Hei, kau harus menemui pelatihmu itu dan berlatih terlebih dahulu. Cepat pergi, Jungkook, selesaikan latihanmu, lalu kembali kemari. Aku akan menunggumu di sini, di ranjang. Jadi, saat pulang, kau bisa langsung menerkamku.”
“Oh, haha. Oke. Ide yang bagus.” Aku bangkit dari atas tubuhnya, kukecup bibirnya sekali lagi. “Tunggu aku, ya. Akan kuusahakan tidak lebih dari satu jam.”
“Iya.”
“I love you!”
Dan Sifra hanya diam saja. Dia tidak berniat membalas I love you too padaku, karena memang dia tidak mencintaiku. Sudahlah, Jungkook, jangan berharap. Sifra tidak akan pernah menyukaimu.
—
a/n: Sesungguhnya, aku tidak pernah bisa membuat karakter Jimin menjadi bajingan. Kenapa, ya? Mungkin karena wajahnya terlalu indah dan senyumnya terlalu manis—jadinya, Jimin selalu bersifat seperti malaikat dalam ceritaku (kecuali Babysitter)Kalau Jungkook sih, dia itu iblis! Siapa suruh terlalu tampan kayak gitu? Seksi juga! Jadinya fuck boy tapi bucin. 😂
Btw guys, aku hanya bercanda saja kok soal pengumuman di Wall aku. Aku tidak membuka kursus Belajar Bahasa Inggris online, karena aku malas. Hehe😂
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE
FanfictionMenyukai, mencintai bahkan menyayangi sahabat sendiri itu memang hal tersulit yang sudah dijalani Jeon Jungkook selama tujuh tahun. Keinginan terbesarnya adalah menjadikan Sifra sebagai miliknya. Akankah dia berhasil? STARTED: March 25th, 2020. FINI...