Fucking Hell

4.5K 507 79
                                    

Sifra Lee

Saat aku berjalan memasuki kampus, bahkan berjalan di koridor, hingga masuk ke dalam kelas, yang kudengar adalah; dia masih perawan. Memalukan sekali. Pantas saja kekasihnya meninggalkannya.”—bahkan ada yang mengatakan, sudah 21 tahun masih perawan? Yang benar saja! Dia tidak laku atau bagaimana, sih?

Dan itu membuatku sakit sekali mendengarnya. Kenapa semua orang harus membicarakan hal itu, padahal permasalahan pribadiku bukanlah urusan mereka. Tidak bisakah mulut mereka diam barang sejenak dan lupakan apa yang terjadi di pesta malam itu?

Aku menahan diri untuk tidak menangis. Abigail tidak masuk kuliah hari ini. Dia sakit. Jadi, aku harus melewati hari ini dengan begitu berat. Seketika, aku menjadi insecure. Rasanya, aku ingin mati karena mereka semua.

Jungkook menghampiriku.

“Sifra?”

“APA?!” tanyaku dengan berteriak. “Tidak bisakah semua orang berhenti memanggilku atau menghampiriku? Tinggalkan aku sendiri, Jungkook. Aku tidak ingin bicara denganmu sekarang, jadi tolong, pergi.”

Ia menggeleng. “No and never.” Ia menggenggam tanganku, “bagaimana kalau hari ini, kita tidak usah kuliah saja? Aku malas sekali. Dan juga, semua orang di kampus membicarakanmu. Ada baiknya, kau tidak perlu datang ke kampus untuk beberapa hari ini. Untuk kebaikanmu juga.”

“Jungkook, ke mana? Kelasku sebentar lagi dimulai!” desisku ketika dia terus menarik lenganku pergi menjauh dari area kampus. “Jungkook! Jeon Jungkook—lepas tanganku.”

Ia mendecak. “Kita ke tempat Stella saja.”

“Tapi—”

“Tidak ada tapi, ayo!”

Sebal sekali. Jungkook memang menyebalkan. Tapi ucapannya ada benarnya juga. Lebih baik, aku tidak perlu datang ke kampus untuk beberapa hari ini, ya, untuk menghindari semua mahasiswa. Aku malas mendengar ucapan tidak berguna yang keluar dari mulut mereka.

Jungkook membawaku ke tempat Stella—kafe tempatku bekerja. Kami duduk di sana di kursi biasanya, lalu, kami berbincang. Stella ada, tapi dia membiarkan aku dan Jungkook untuk berbicara. Stella bahkan menyiapkan kue dan minuman untukku dan Jungkook secara gratis.

“Terima kasih, Stella.”

“Sama-sama. Kalau butuh apapun, panggil saja. Aku ada di belakang.”

“Iya, Stella,” Jungkook menimpali. “Aku sudah mengatakan padamu, kita ini harus berpacaran, Sifra Maree Beaumont Lee. Kau keras kepala, sih. Kalau kau setuju menjadi pacarku, maka semua orang akan berhenti membicarakanmu.”

“Jeon Jungkook, dengan adanya berita kita berpacaran, itu akan memperkeruh keadaan. Tidakkah kau berpikir bahwa aku akan dibilang wanita murahan? Seusai berakhir dari Taeyong, aku mengencanimu? Yang benar saja.”

“Aku tidak peduli pada ucapan mereka. Sebaiknya kau juga. Mereka tidak berguna, jadi, jangan dengarkan mereka. They can go fuck themselves, Sifra.”

Iya. Jungkook benar.

“Um, Jungkook,”

Ia memasukkan kue ke dalam mulutnya. “Apa?” matanya fokus pada kue, namun dia menjawab panggilanku. “Aku lapar. Kuenya aku habiskan boleh, Sifra?”

Aku tidak selera makan apapun.

“Habiskan saja.”

“Oke. Jadi, apa?”

FRIEND ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang