Jeon Jungkook
Sifra tidak mengangkat panggilanku. Menyebalkan sekali sih dia? Kenapa dia mengabaikan panggilanku begini? Memangnya dia ada di mana, sih? Bahkan tidak ada satu pun pesanku yang dibalas olehnya. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak. Astaga.
Apa Sifra menghindariku?
Sifra tidak pernah sengaja tidak mengangkat panggilan dariku. Well, kalau dia berpikir aku akan membiarkannya menghindar dariku, dia salah besar. Aku sudah selesai latihan sekarang, jadi aku bisa ke apartemennya.
Pikiranku dipenuhi oleh ucapan Jimin mengenai Sifra. Walau aku benci mengakui ini, tapi apa yang diucapkannya ada benarnya juga. Aku harus ekstra melindungi Sifra siang dan malam, pagi dan sore, setiap harinya. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun mendekatinya.
Aku harus membuat rencana. Oh, tidak, yang benar adalah, aku sudah membuat rencana. Dan yang harus Sifra lakukan adalah menyetujui rencanaku. Ini untuk kebaikannya juga—tapi kebaikanku juga.
Saat aku ingin meneleponnya lagi, aku baru teringat sesuatu. Sifra tidak mengabaikanku, tapi dia sedang sibuk bekerja paruh waktu di kafe milik Stella. Oh, pantas saja. Ah, bagaimana aku bisa lupa, ya?
Oleh karena itu, aku menghampirinya di sana.
Sepanjang perjalanan, memoriku tentang ciuman dengan Sifra terus terputar hingga aku merasakan penisku bergerak naik. Sifra, inilah efek samping dari mencium bibirmu. Aku jadi ingin lagi dan lagi. Terus, setiap hari—tanpa berhenti. Ciumannya itu seperti narkoba. Membuat candu.
Kulihat, Sifra tengah membersihkan meja dan kursi. Lalu, saat dia melihatku, ia terkejut, “hei, apa yang kau lakukan di sini, Jeon Jungkook?”
“Aku harus bicara. Kita perlu bicara.” Sifra menatap ke arah bos-nya, yaitu Stella, yang sedang berjalan ke arah kami. Aku segera menyapanya. “Hai, Stella.”
“Hai, Jeon. Apa kabar? Mau sarapan?”
Aku menggeleng. “Oh, tidak. Aku kemari karena aku ingin bertemu Sifra. Boleh aku pinjam dia sebentar? Tidak lama, kok.”
“Oh, boleh. Silahkan.”
Lalu, aku membawa Sifra keluar dari kafe. Ia pun melepaskan tanganku secara paksa dan ia mengatakan, “aku sedang bekerja. Tidak bisa nanti saja memangnya? Ada apa, sih?”
Dia semakin cantik saat marah-marah begini. Terlebih lagi, kancing bajunya terbuka sedikit dan aku bisa melihat belahan dadanya dari sana. Sialan, sialan. Hormonku, jangan menyiksaku dulu, ya. Aku ada perlu sebentar dengan Sifra.
“Kalau ini tentang apa yang terjadi semalam, aku tidak mau membahasnya.” Katanya. “Tidak mau.”
“Ini tidak ada hubungannya dengan yang semalam.” Aku berbohong.
“Oke,” Sifra mengangguk. “Bagus.”
“Well, mungkin sedikit berhubungan dengan yang semalam.”
Ia mendecak. “Jungkook—”
“Dengar aku dulu, ya. Setelah ini, aku akan berhenti membahas apapun yang terjadi semalam. Oke?”
Sifra menghela napas.
Aku membasahi bibirku. “Sifra, aku berpikir bahwa kita berdua harus pacaran.” Kataku tiba-tiba.
“Pacaran? Aku dan kau?”
“Iya. Kita berdua.”
“Kau gila, ya, Jeon?”
Iya. Gila. Memang. Dan itu semua karenamu, Sifra!
-
Sifra Lee
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE
FanfictionMenyukai, mencintai bahkan menyayangi sahabat sendiri itu memang hal tersulit yang sudah dijalani Jeon Jungkook selama tujuh tahun. Keinginan terbesarnya adalah menjadikan Sifra sebagai miliknya. Akankah dia berhasil? STARTED: March 25th, 2020. FINI...