Jeon Jungkook
Aku tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Sifra. Sifatnya berubah. Dia menjadi lebih dingin sekarang padaku. Mungkin, karena memang dia tidak mau memikirkan New Jersey dan segalanya yang terjadi di sana.
Kalau aku, aku sama sekali tidak akan pernah bisa melupakan kenangan manis dan terindah dalam hidupku. Jika nantinya aku punya anak dan cucu, aku akan menceritakan pada mereka bahwa aku sempat bertemu dengan malaikat paling cantik di bumi ini yang kehilangan sayapnya.
Akan kuceritakan segalanya pada mereka semua betapa aku pernah mencintai seorang wanita bernama Sifra Maree Beaumont Lee. Mungkin aku tidak akan pernah menikah dengannya, tapi setidaknya, kenangan itu akan terus menetap di memoriku.
Aku membasahi bibirku dan aku hanya bisa mengulang semua kejadian yang terjadi di New Jersey.
Pintu kamarku diketuk dua kali. Aku menyuruhnya masuk—entah siapa. Saat pintunya terbuka, Jimin muncul di sana dengan wajah lesuh dan letihnya. Lalu, ia berbaring di ranjangku tanpa izin.
Aku mendecak, “menyingkir. Kau punya kamar sendiri. Kenapa ke sini?”
“Abigail meminta hubungan kami berakhir.”
“Kenapa?”
“Aku posesif.”
“Dia sudah pernah bilang bahwa dia tidak suka pria posesif. Seharusnya kau mengerti dia, Jim.”
Jimin mengangguk. “Iya, aku yang salah. Aku tahu.” Katanya. “Mungkin aku akan coba berbicara baik-baik dengannya nanti. Saat ini, aku ingin memberikannya waktu agar dia tenang dulu.”
“Oh.”
“Kau sendiri, kenapa?”
“Tidak apa-apa.”
Jimin mendecak dan memutar bola matanya. “Aku paham jelas dirimu, Jeon Jungkook. Tidak mungkin kau baik-baik saja, padahal jelas hatimu sedang bergemuruh meminta keadilan sekarang.”
“Keadilan untuk?”
“Perasaanmu.”
Aku menghembuskan napas panjang. “Serius, Jim, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit lelah karena bertanding dan berlatih tanpa henti. Dan kita harus menyiapkan untuk pertandingan berikutnya.”
Jimin bangkit dan duduk di sampingku. “Apa ini ada kaitannya dengan Sifra?”
“Jim—”
“Iya. Tentu saja. Ini ada kaitannya dengan Sifra,” katanya, “kenapa? Apakah nasihat yang kuberikan tidak berhasil? Atau kalian ada masalah? Masalah pribadi kalian atau masalah dengan seks nya?”
Aku menggeleng. “Bukan seks nya.” Kataku. “Lebih kepada aku yang berharap terlalu jauh padanya. Jim, Sifra sepertinya tidak akan pernah menjadi milikku.”
“Tahu dari mana?”
“Dia bilang, dia ingin menjadi sahabat saja.”
“Apa kau sudah menyatakan perasaanmu?” aku menggeleng. “Itulah bodohnya dirimu. Kau belum tahu perasaannya bagaimana terhadap dirimu, tapi sudah merasa paling tahu. Jeon Jungkook, jika kau tidak mencoba, kau tidak akan pernah tahu hasil.”
Aku membasahi bibirku. “Jim, tapi persahabatannya—”
“Itu urusan nanti. Yang jelas, jika kau serius mencintainya, perjuangkan dia. Jangan selalu pakai alasan persahabatan terlalu berharga. Saat semuanya sudah terlambat dan dia sudah bersama orang lain, penyesalan akan datang menghantuimu. Kau mau melihatnya tertawa karena pria lain? Kau mau dia membuka hati dan belajar mencintai pria lain karena kau terlalu pecundang untuk menyatakan perasaanmu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE
FanfictionMenyukai, mencintai bahkan menyayangi sahabat sendiri itu memang hal tersulit yang sudah dijalani Jeon Jungkook selama tujuh tahun. Keinginan terbesarnya adalah menjadikan Sifra sebagai miliknya. Akankah dia berhasil? STARTED: March 25th, 2020. FINI...