-02-

2.2K 180 6
                                    

Happy reading

***

Bintang tidak bersekolah, dia hanya di rumah. Dulu Bu Mala dan Pak Wiryo ingin memasukkannya ke sekolah anak berkebutuhan khusus, tetapi melihat Bintang yang sangat anti sosial akhirnya rencana itu tidak terlaksana. Bintang tidak suka keramaian, dia akan bersembunyi jika melihat orang lalu lalang di hadapannya. Makanya Bintang terus di rumah.

Namun ada saat tertentu Bintang melawan rasa takutnya itu, dia berani keluar rumah asal itu demi Aksa. Bintang akan melakukan apa pun.

“Pa, Abang lama….” Bintang mengadu, wajahnya lesu. Dia tidak henti-hentinya mengecek ke luar rumah, setiap menit.

“Aksa lagi sekolah, sayang.”

Bintang menghentakkan kakinya kesal. Pak Wiryo hanya terkekeh kecil melihat Bintang yang putus asa. Pak Wiryo bekerja di rumah, menjadi seorang penjahit. Kadang Bintang mencoba untuk membantu. Bintang bisa melipat baju, membuang sampah dan juga bisa melepaskan lelah dengan memijit.

“Pa, Bintang luar. Bintang tunggu.”

Pak Wiryo mengangguk saja, dia kurang mengerti dengan ucapan Bintang. Satu-satunya yang bisa mengerti Bintang hanyalah Aksa dan beberapa orang Panti. Serumit apa pun yang Bintang katakan pasti Aksa mengerti.

Bintang duduk di teras rumah, mencabuti rumput liar lalu membuangnya ke tempat sampah. Bintang pernah melihat Bu Mala melakukan itu, makanya dia tahu hal kecil seperti itu.

Selama beberapa menit Bintang masih melakukan hal yang sama, dia tidak tahu harus bagaimana. Dia sangat ingin bertemu dengan Aksa, Bintang ingin menunjukkan hasil gambar yang dibuatnya semalam. Bintang juga ingin mendengar cerita dari Aksa—tentang keseharian cowok itu.

“Papa, Bintang pergi. Abang lama.” Bintang meminta izin di depan pintu, mengecilkan suaranya agar Pak Wiryo tidak mendengarnya. Bintang tidak diperbolehkan untuk keluar rumah sendirian.

Bintang melanggar perintah, dia terus menyusuri jalan yang setahunya adalah jalan menuju sekolah Aksa. Dia menunduk karena tidak ingin bertatapan dengan orang-orang, sesekali dia hampir jatuh karena tidak memperhatikan jalan dengan baik.

“Bintang!”

Bintang mendongak, senyumnya melebar. “Abang!”

Aksa menggeram, dia memeriksa tubuh Bintang. “Kamu ngapain di sini? Kamu mau kesasar?”

“Bintang jemput.”

“Jemput apaan, sih?! Yang ada kamu nyasar!”

“Bintang tahu jalan.”

“Jangan sok tahu, deh! Pulang!”

“Abang pulang juga?”

Aksa menghela napasnya. “Iya, aku udah pulang.”

Bintang bersorak gembira, bertepuk tangan heboh. Beberapa orang memperhatikan mereka lalu berbisik-bisik. Aksa terganggu dengan tanggapan orang, dia tidak suka jika ada yang bergosip tentang Bintang. Walaupun Bintang menyebalkan, Aksa tetap menyayanginya sebagai seorang adik.

“Ayo pulang.”

Bintang mematung. Dia mengerjap imut.

“Ada apa?” Perasaan Aksa tiba-tiba tidak enak.

“Abang….”

“Apaan? Ayo pulang.”

“Gendong.”

“Jangan aneh-aneh, deh! Aku capek!”

Bintang merepet ke tubuh Aksa, berusaha naik ke punggungnya.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang