-03-

1.9K 180 2
                                    

Happy reading

***

“Kita jadi pergi, kan?”

Aksa mengangguk cepat, matanya melirik ke pintu, takut jika Bintang muncul di sana.

Malam ini Aksa dan pacarnya ingin kencan, menikmati malam minggu sebagaimana mestinya. Sita datang duluan ke rumah Aksa agar acara kencan mereka tidak tertunda lagi. Sita keki jika Aksa selalu membatalkan janji hanya karena Bintang. Makanya dia nekad menemui Aksa.

“Tunggu di sini dulu. Aku mau ambil dompet di kamar.”

“Nggak usah! Nanti cewek itu tahu!”

“Tapi uang aku ada di dalam.”

“Gimana, sih? Kalau kamu masuk ke rumah lagi, yang ada kamu nggak ke luar lagi!”

“Rumah aku nggak sehoror itu, Sita….”

Sita berdecih. Kali ini dia tidak akan membiarkan Aksa terperangkap dalam kungkungan Bintang. Malam ini Sita ingin bermesraan dengan pacarnya, hal yang sangat sulit dilakukannya.

Sita dan Aksa tidak satu sekolah, makanya mereka jarang bertemu. Aksa juga tidak bisa pergi kemana-mana karena Bintang melarangnya, dia selalu ingin ikut.

“Tenang aja. Nggak akan ketahuan, kok. Aku cuman mau ambil dompet, masa kita mau jalan nggak bawa uang?”

“Ya udah, deh. Kamu masuk ambil uang dulu. Awas aja kalau kamu nggak balik-balik! Aku udah dandan yang cantik buat kita kencan, nih….”

“Iya, sayang. Nggak lama, kok!”

Aksa akhirnya masuk ke dalam rumah, memindai sekitar layaknya seorang pencuri. Bu Mala, Pak Wiryo dan Bintang sedang di ruang makan. Aksa sudah izin kepada orangtuanya untuk pergi sebentar, keduanya mengiyakan dan akan mengalihkan perhatian Bintang, jadi Aksa bisa pergi.

“Tinggal selangkah lagi….” Aksa ke luar dari kamar, dia bisa melihat Bintang sedang makan disuapi oleh ibunya. Dia bernapas lega karena Bintang tidak menyadari kepergiannya.

Aksa malam ini berhasil. Dia bisa bersenang-senang bersama Sita tanpa sepengetahuan Bintang. Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada itu. Aksa berucap syukur berkali-kali.

“Nggak ketahuan, kan?” Aksa tertawa. Merasa bangga karena lolos dari pantauan seorang Bintang.

“Kamu hebat!” Sita menepuk bahu Aksa.

“Kita mau kemana?”

“Kita makan dulu, abis itu kita nonton. Ada film baru yang bagus, lho.”

“Yang judulnya The Papa Hunter?”

“Kok kamu tahu?”

Aksa tentu tahu. Dia mengoleksi banyak film. Dia sering menonton bersama Bintang, menangis bersama jika terdapat adegan yang sedih. Keduanya mempunyai selera yang sama.

“Aku sering nontong bareng Bintang.” Aksa melajukan motor perlahan, tidak mengebut sama sekali.

Sita yang sedang duduk dibelakang merasa cemburu. Bintang lebih banyak menghabiskan waktu bersama Aksa daripada dirinya. Sita tahu kalau Bintang itu memiliki kelainan, tetapi Sita benci karena Bintang merenggut Aksa darinya.

“Kamu jangan terlalu dekat sama dia.”

“Kenapa?”

“Dia bukan adek kandung kamu! Nanti kamu suka sama dia!”

Aksa terkikik. “Nggaklah! Mana mungkin kayak gitu. Selama ini aku anggap Bintang kayak adik kandung aku sendiri, nggak lebih.”

Sita melengos. “Nggak ada yang tahu, Aksa. Buktinya, kamu lebih milih Bintang daripada aku. Kamu selalu ngalah sama Bintang!”

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang