-28-

1.1K 114 5
                                    

Happy reading

***

Matahari menyerobos masuk melalui ventilasi, merayap perlahan seakan membangunkan sosok berparas tampan yang masih terlelap. Sinar matahari menerpa wajah Aksa, tak tanggung-tanggung seluruh tubuhnya. Aksa sedikit lelah karena permintaan Bintang semalam, makanya dia kesiangan.

Aksa mengerjap, menggeliyat dengan manja. Pikirannya langsung teringat dengan Bintang. Aksa membuka pintu kamar, berharap sosok mungil tidak menjadi pemandangan pertamanya.

“Tumben kamu bangunnya telat, Sa.” Bu Mala berkomentar, mengangkut pakaian Bintang untuk dicuci.

“Bintang mana, Ma?”

“Sekolah.”

Aksa mengusap wajahnya untuk menghilangkan bekas kantuk. Dia masuk ke kamar Bintang dan memperhatikan segala benda yang ada di dalamnya.

Kamar Bintang cukup bersih, tidak ada sampah di sana. Itu karena Bintang cukup rajin, dia benci dengan sampah. Sampah menjadi penyebab utama adanya serangga, Bintang geli. Di sudut ruangan terdapat lemari khusus untuk buku, Bintang mengoleksinya dalam jumlah yang banyak. Bintang sering membeli buku, tetapi jarang membacanya.

“Maaf, Bintang. Pasti kamu sedih semalam, tapi ini buat kebaikan kamu juga. Aku takut lukain kamu terus….” Aksa meraih salah satu buku yang berjudul Little Sister, halaman tengahnya terdapat sebuah kertas. Kertas itu berwarna biru dengan beberapa kalimat diatasnya.

Bintang mau belajar, Bintang mau baca. Bintang pintar, Abang senang.

Sekali lagi Bintang berhasil mengusik pendirian Aksa, menghancurkannya secara perlahan. Aksa terjebak dalam permainannya sendiri. Ketika dia ingin menjauh, kalbunya berbisik untuk menemui Bintang. Terlebih lagi jika dia sudah mendapatkan hal manis dari anak itu. Aksa sepertinya harus berlatih giat terlebih dulu sebelum bertindak.

Menjelang siang, Bintang pulang. Dia berlari kecil naik ke lantai atas. Wajahnya berbinar bahagia, Bintang mendapatkan nilai yang tinggi. Gambarannya banyak disukai.

“Abang?” Bintang melangkah pelan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Aksa sedang tertidur di lantai, miring ke kanan.

“Abang capek?” Bintang bersuara lagi.

Aksa baru saja terlelap beberapa menit yang lalu. Dia lelah setelah menamatkan satu buah novel. Buku itu bercerita tentang perempuan penyandang tunagrahita, sama seperti Bintang. Bedanya, tokoh utama tersebut meninggal dunia karena kecerobohan salah satu anggota keluarga. Aksa sempat menangis, dia langsung teringat dengan Bintang.

Bintang mengambil selimut lalu menyelimuti Aksa.  Setelah mengganti pakaian, Bintang ikut berbaring di sampingnya, memperhatikan wajah itu damai.

“Bintang sayang Abang.” Kalimat itu akan terus terucap lembut dari mulut Bintang. Tersenyum manis seolah tidak terjadi apa-apa. Bintang bukan tipe orang pendendam, kejadian kemarin tetaplah kejadian yang telah berlalu. Hari ini tidak memiliki sangkutpaut apa pun.

“Jangan tinggalin Bintang. Bintang butuh Abang. Bintang mau Abang….” Lalu setetes air mata turun dari pipi gembilnya. “Bintang tahu, Bintang udah gede. Mama bilang Bintang jangan manja. Bintang harus mandiri. Tapi Bintang butuh Abang, Bintang butuh sayangnya Abang. Bintang sayang Abang tetap.”

Walaupun Aksa tidak mendengarkan, Bintang terus mengeluarkan isi hatinya. Bintang mulai takut lagi, Aksa pernah menjauhinya sampai tidak pulang ke rumah.

“Abang….” Bintang menggoyangkan tubuh Aksa. “Abang bangun….”

Mata Aksa terbuka, sedikit terbelalak melihat Bintang tepat di depan wajahnya. Aksa mundur ke belakang, setelahnya bangkit.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang