-30-

1.3K 119 11
                                    

Happy reading

***

Hari terus berganti. Bintang masih tetap sama. Bintang masih mempertahankan sifat manjanya. Sejak dulu sampai mereka sebesar sekarang pun tetap begitu. Aksa maklum, Bintang tidak seperti orang pada umumnya. Hanya saja Aksa agak kesal jika adik angkatnya itu meminta hal yang lebih. Aksa harus mati-matian menahan segala gejolak di hatinya.

Bintang berbaring di atas tubuh Aksa, menelungkup sembari memeluknya. Sejak semalam Bintang tidak bisa diatur. Aksa lelah untuk memberi pengertian. Apa pun itu Aksa tidak kuat lagi. Bintang bandel, bebal.

“Ini udah pagi, Bintang. Kamu nggak mau sarapan?” Aksa hendak melepaskan pelukan Bintang, tetapi dia kalah lagi.

“Bintang rindu Abang….”

“Itu bukan rindu!”

“Terus namanya apa?” Bintang memperhatikan wajah Aksa, jarak mereka hanya beberapa senti.

Aksa membasahi bibirnya, menggigit bibir bawahnya kuat. “Turun!”

“Nggak mau!”

“Kenapa nggak mau? Kamu berat, Bintang!”

Bukannya menurut, Bintang semakin menjadi. Dia bersembunyi di perpotongan leher Aksa, memeluk lehernya erat.

Sungguh! Aksa ingin meledak sekarang. Dia memang sangat menyayangi Bintang, lebih mementingkan anak itu daripada dirinya sendiri. Namun Aksa tidak bisa terus-terusan mengalah. Bahkan dia belum sempat menjalankan misinya untuk menjauh, yang ada mereka semakin menempel.

“Turun!”

“Bintang sayang Abang….”

“Iya, udah tahu. Nggak usah diperjelas lagi.”

“Abang sayang Bintang?”

“Iya! Aku sayang kamu!”

“Abang kenapa marah? Sayang itu nggak marah….”

Hening.

Aksa menutup matanya erat, darahnya berdesir cepat. Sudah cukup semua. Aksa tidak bisa membendungnya lebih lama lagi. Sejak kemarin Bintang agak menyebalkan. Anak itu menjatuhkan ponsel Aksa dan sekarang benda itu tidak berfungsi lagi. Belum lagi dengan debaran yang tidak irasional di jantungnya.

“Abang….”

Dalam satu gerakan cepat Aksa memutar badannya. Bintang cukup kaget. Aksa menatap tajam. Bintang mengerjap cepat. Sekarang mereka bergantian posisi. Aksa yang berada di atas.

“Abang?”

“Jangan nakal, Bintang! Kamu jangan kayak gini terus!”

Tiba-tiba pipi Bintang merona, dia langsung menutup muka. “Jantung sakit, Abang….”

“Hah?”

“Jantung dug-dug.”

Aksa gelagapan, dia langsung bangkit. “Maksud kamu apa lagi? Kenapa, hm?”

“Abang ganteng.” Bintang berkata pelan, mengintip dari celah jemarinya.

“Jangan bilang kayak gitu.”

Bintang tersenyum malu. Dia terkikik. “Kenapa jantung dug-dug terus, Abang? Bintang mau mati?”

Aksa mengacak rambutnya gusar. Sebelum Bintang bertanya lebih lanjut, Aksa sudah lebih dulu kabur. Dia berlari kencang, mengambil motor lalu melaju begitu saja. Aksa tidak mengerti akan perkataan Bintang tadi, terdengar ambigu di telinganya.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang