-16-

1.4K 146 1
                                    

Happy reading

***

Untuk pertama kalinya Aksa merasa tidak waras, dia merindukan Bintang teramat dalam. Rendy yang menjadi korban akan kegalauannya, dia juga tidak bisa tidur. Dia bersumpah tidak akan menginap di rumah Aksa lagi, Rendy masih menyayangi masa mudanya.

Di dalam kamar, Aksa mematut diri di cermin, ada kantung hitam tebal di bawah matanya. Dia tidak bisa pergi ke sekolah dalam keadaan seperti itu. Aksa juga agak lesu, tidak bertenaga. Anggap saja dia sudah terbawa suasana Bintang yang berisik. Tanpa cewek itu, dunia terasa sepi.

“Bintang, aku akan jemput kamu.”

Aksa mengambil jaket kulitnya, memantapkan hati untuk membawa kembali kehidupannya.

Namun sebelum itu, ketukan pintu terdengar. Ada yang memanggil dengan nada yang ceria. Aksa takut sekali. Dia takut berhalusinasi. Suara itu mirip dengan Bintang.

Aksa membuka pintu perlahan, dia akan melawan apa pun yang ada di depan sana, tidak peduli apakah hantu atau hanya perasaan berlebihannya.

Lalu… seorang cewek menerjangnya hingga terjungkal ke belakang. Kepala Aksa terantuk lantai, punggungnya juga sakit. Tapi dari semua itu, dia bahagia melihat orang yang dirindukannya menampakkan diri.

“Bintang!” Aksa memeluk erat, tanpa sadar dia mencium kedua pipi anak itu.

“Abang, Bintang rindu.” Bintang menjerit riang sambil tertawa nyaring.

“Aku juga rindu.”

Bu Mala dan Pak Wiryo hanya memperhatikan dalam diam, dia membenahi barang bawaan mereka. Seharusnya saat ini mereka masih berada di luar kota, namun Bintang yang tidak bisa tidur membuat keduanya khawatir. Setiap malam Bintang mengigau dan memanggil nama Aksa berulang kali. Parahnya, Bintang juga menangis di dalam tidurnya. Mereka tidak bisa dipisahkan.

“Ma, jangan bawa Bintang kemana-mana. Aku nggak mau sendiri.” Aksa masih asyik memeluk Bintang, memeluk pinggulnya erat dan membawanya berputar.

“Rindu, ya?” Bu Mala sedikit menggoda.

“Banget.”

“Tumben rindu, biasanya juga ngeluh.” Pak Wiryo menyindir. Aksa merengut tidak suka.

“Pa, aku itu Abangnya.”

“Ah, iya. Tahu, kok.”

Aksa memalingkan wajah, dia menarik lengan Bintang ke taman belakang. Tidak ada yang bertanya mengenai sekolah Aksa, orang tuanya belum menyadari hal tersebut.

Di belakang rumah terdapat taman kecil, ada ayunan di sana. Beberapa bunga tertata rapi, Bu Mala dan Bintang yang menanamnya dan merawatnya dengan baik.

“Abang nggak sekolah?” Bintang menatap lekat, seakan mengadili.

“Tadi rencananya aku mau jemput kamu, abis aku rindu.”

Mata Bintang menyipit, dia tersenyum karena perkataan Aksa. Tidak ada yang lebih indah dari itu, mengetahui orang yang paling disayangi sedang merindu. Bintang senang sekali, dia melompat senang dan masuk ke pelukan Aksa lagi.

“Bintang nggak mau jauh, Bintang nggak bisa tidur.”

“Sama, aku juga nggak bisa tidur.”

“Abang sayang Bintang?” Bintang mendongak. Tatapannya agak sayu.

Aksa mengangguk. Dia sudah bosan ditanyai seperti itu, jawabannya masih sama dan akan selalu seperti itu. Tidak akan pernah berubah, walau Bintang semakin hari bisa menimbulkan hati yang panas. Aksa tetap akan berlaku sama, menyayangi Bintang apa adanya.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang