-13-

1.4K 152 1
                                    

Happy reading

***

Tidak ada yang penting di dalam hidup Bintang terkecuali Aksa. Bintang sendiri tidak tahu kenapa dia sangat membutuhkan kakak angkatnya itu setiap waktu. Jika Aksa pergi, Bintang sangat gelisah. Ada banyak yang dia pikirkan. Entah itu Aksa akan bersama orang lain, Aksa tidak akan kembali, Aksa akan meninggalkannya jauh. Semuanya pikiran negatif.

Dini hari Bintang terbangun dari tidurnya. Dia tadi sempat bermimpi terjatuh ke dalam jurang, membuatnya terkejut. Setelahnya Bintang tidak bisa tidur kembali, dia merasakan ada yang salah dengan tubuhnya. Rasanya panas.

“Abang….” Suara Bintang mulai serak, tenggorokannya kering.

Bintang mencoba untuk bangkit, dia harus menemui Aksa dan mengatakan kalau tubuhnya panas lagi. Seperti dulu. Bintang pernah masuk rumah sakit dan menginap di sana, dia demam tinggi karena terlalu banyak bermain.

“Abang?” Kepala Bintang melongok dari balik pintu, kakinya gemetar. Dengan susah payah dia menuju tempat tidur. “Abang….”

“Hm?” Aksa bergumam. Matanya terpejam.

“Abang, Bintang panas. Bintang sakit?”

Aksa sepenuhnya belum sadar, suara Bintang masih samar-samar di telinganya. Aksa cukup mudah untuk dibangunkan, telinganya sensitive dengan bunyi-bunyian.

“Abang….” Bintang terbatuk, dia terjatuh di sisi kiri Aksa, memeluknya dari samping. “Abang, Bintang sakit.”

Suhu tubuh Bintang meningkat dengan cepat, Aksa mulai merasakan hawa panas itu. Dia melirik sebentar, mengerjap, lalu dia menyadari kalau terjadi sesuatu dengan Bintang.

“Kamu kenapa di sini? Kenapa? Ada apa?”

“Sakit….”

Aksa bangkit tergopoh, dia menyalakan lampu kamar. Tangannya bergerak lincah memeriksa Bintang.

“Kamu sakit?” Aksa panik. Bintang tidak mendengar baik suaranya lagi. Mata cewek itu berubah sayu, di sudut matanya ada genangan air mata.

“Abang….”

“Tunggu di sini dulu, aku panggil mama sama papa.” Aksa berlari kencang, mengetuk pintu kedua orang tuanya dengan brutal. Aksa selalu khawatir kalau Bintang sakit. Sekali sakit biasanya akan sangat parah.

“Ada apa? Ini masih pagi banget.” Pak Wiryo muncul sembari menguap.

“Pa, Bintang sakit. Dia panas banget.”

“Hah? Sakit?”

Sementara itu Bintang terisak kecil. Pusing mendera kepalanya, tubuhnya lemas, tenaganya habis. Ketika Aksa datang, Bintang sudah tidak sadarkan diri. Dia pingsan.

***

“Ini pasti karena Bintang kehujanan kemarin.”

“Bintang sakit pasti karena kamu marahin.”

“Mungkin juga Bintang sakit karena sakit hati, terus kepikiran sampai sakit.”

Rendy masih terus berkomentar, pendapatnya sungguh tidak membantu, Aksa malah makin pusing dibuatnya. Hari ini Aksa izin sekolah untuk menemani Bintang, tanpa disuruh pun Aksa akan tetap melakukannya. Bintang sangat lemah. Ketika dibawa ke rumah sakit, Bintang sempat kejang-kejang. Bu Mala menangis histeris melihat Bintang seperti itu.

“Bintang kondisinya gimana? Dia masih muntah?” Sita bertanya. Dia datang bersama Rendy selepas sekolah.

Aksa melirik Bintang yang tertidur, ada selang infus di tangannya. Kondisi Bintang belum membaik, dia akan memuntahkan makanan yang jatuh ke lambungnya.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang