-18-

1.3K 144 12
                                    

Happy reading

***

Malam semakin larut, kendaraan sudah tak terdengar lagi melintasi jalanan. Suasana mulai sepi dan terasa sangat tenang.

Satu-satunya orang yang masih terjaga adalah Bintang, dia ke luar dari kamar dan menunggu kepulangan Aksa. Dia duduk di atas sofa sambil membawa jam beker yang ada di dalam kamarnya. Dia terus menghitung, menghitung, dan menghitung. Bintang berharap agar Aksa segera kembali.

Sementara Bintang sedang menanti, Aksa rupanya sengaja untuk pulang terlambat. Harus seperti itu, Aksa harus menjauh perlahan.

“Kamu beneran belum mau pulang?” Rendy meletakkan dua cangkir kopi di meja, melirik Aksa yang sangat mengantuk.

“Nanti aku pulang jam dua.”

“Nggak! Nggak boleh!”

“Emang kenapa?”

“Kok kenapa, sih? Kamu nggak penasaran sama Bintang? Siapa tahu dia nungguin kamu pulang.”

Sejak tadi Aksa memikirkan itu juga, sebelum dia berangkat bersama Sita untuk menonton film. Setiap kata yang diucapkan Bintang itu mutlak, dia akan memegang penuh janjinya. Tidak peduli apa pun.

“Kalau Bintang beneran nungguin, aku harus makin lama pulangnya. Dia harus terbiasa tanpa aku, Ren.”

“Takutnya Bintang nyariin kamu malam-malam begini. Kamu tahu, kan? Anak kayak Bintang itu agak nekad, nggak peduli sama keselamatannya sendiri.”

Aksa menggeleng. “Bintang udah bilang kalau dia mau nungguin aku pulang, bukannya jemput kalau aku telat.”

Rendy menghela napas pasrah, dia tidak tahu lagi harus berucap apa. Intinya, dia akan bersama Aksa. Persahabatan mereka memang kuat, baik Aksa dan Rendy sama-sama saling membantu. Bahkan Rendy merelakan waktu tidurnya hanya untuk menemani Aksa.

“Terus, kita ngapain?”

Aksa memiringkan kepalanya, berpikir. “Main kartu, yuk!”

“Ya udah, deh.”

Kedua cowok itu memulai permainan, melupakan sejenak waktu yang terus bergulir. Permainan itu cukup membantu dalam membasmi rasa kantuk. Aksa yang tadinya menguap kini bersemangat karena dia selalu memenangkan permainannya.

Tanpa terasa jam menunjukkan pukul empat pagi. Rendy yang terlebih dahulu menyadari bahwa mereka bermain terlalu lama. Di luar rumah sudah terdengar beberapa orang yang beraktivitas, Rendy mempunyai tetangga yang selalu berangkat pagi-pagi buta. Beberapa kendaraan juga sudah lalu lalang.

“Ren, aku pulang dulu.” Aksa memakai jaketnya, matanya langsung berubah sayu, kantuk tiba-tiba melandanya.

“Hati-hati, Sa. Kalau ada apa-apa, telpon.”

Aksa mengangguk. Dia pergi setelahnya. Melaju dengan kecepatan sedang agar angin yang menerpanya tidak membuatnya menggigil.

“Pasti Bintang nggak akan nungguin aku.” Aksa berucap mantap. Hatinya sangat yakin akan itu.

Saat pertama kali membuka pintu, tidak ada penampakan Bintang. Aksa masuk perlahan, memindai sekitar untuk memastikan dugaannya benar bahwa Bintang tidak menunggunya.

Benar saja! Bintang tidak terlihat sama sekali. Cewek itu tidak menunggunya.

“Pasti Bintang capek tungguin aku semalam.” Aksa melangkah lagi, dia berjalan ke kamar Bintang untuk memeriksa cewek itu. Di atas kasur Bintang sedang terlelap sembari memegang jam beker. Jam yang dulunya menjadi hadiah saat Bintang pertama kali ke rumah itu.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang